凍えた心を溶かす (Mencairkan hatimu yang beku)

17 2 1
                                    

Sabtu, 11.12

             Sinar yang tengah mencuci tangan melirik Ifey yang tengah merapikan rambutnya sembari berkaca di toilet sekolah. “Shandy udah cerita kalau lo berhasil buat dia jatuh cinta selama lima hari, lo bakal jadi pacar dia.”

             Ifey menghentikan kegiatannya. Gadis itu menoleh ke arah Sinar. “Terus, lo nggak nolak?”

            Sinar menggeleng pelan. “Gue nggak bisa nolak permintaan dia. Toh, lagipula lima hari ke depan yang ditembak Shandy itu gue bukan lo.” Ifey mengepalkan tangannya melihat senyuman remeh Sinar.

            “Lo nggak buta, kan kalau selama ini Shandy suka sama gue dan gue suka sama dia. Gue nggak bakal ngelarang asal lo nggak kelewat batas,” Sinar melangkah menjauh sebelum satu kalimat terdengar di telinganya.

            “Kita nggak ada yang tau, kan gimana ke depannya? Tuhan bisa membolak-balikan perasaan seseorang dengan mudah.” Sinar hanya tersenyum sinis.

             “Terserah. Gue sebenarnya nggak mau berantem sama sahabat sendiri cuma karena rebutan cowok, tapi lo bikin gue pengen ngelakuin hal itu.”

           Sinar dan Ifey saling melemparkan tatapan tajam. Nyatanya persahabatan dapat hancur hanya karena masalah perasaan dan kali ini Ifey tidak akan mengalah.

[.]

       “Lo ngajak gue ke sini?” tanya Shandy sedikit tak percaya.

   Ifey hanya mengganguk. Cewek itu membuka bagasi dan mengeluarkan semua yang ada di dalamnya. Shandy menggerutu sebal mengingat kelakuan Ifey yang seenaknya menyeret dirinya ke mobil Azzam sepulang sekolah. Kalau bukan karena janji lima hari itu, Shandy tentunya tidak akan mau ke sini.

         Ia kira saat Ifey mengajaknya jalan, cewek itu akan mengajaknya nonton ke bioskop atau ke tempat romantis. Tapi nyatanya, ia malah mengajaknya ke sebuah lapangan luas yang dipenuhi rumput, tak jauh dari tempat ia berdiri juga terdapat sebuah sungai.

         “Fey, ambilin makanan sama alat pancing gue!” teriak Azzam tanpa menoleh pada Ifey. Cowok itu masih sibuk dengan kegiatan merentangkan tangannya sembari memejamkan mata, menikmati sejuknya udara sekitar.

        Sementara itu Ifey mendengus, sedikit menyesal meminjam mobil Azzam dikarenakan dirinya belum diperbolehkan membawa mobil ke sekolah. Jika saja cewek itu tau Azzam memaksa ikut serta dalam acara kencan pertamanya dengan alasan Ifey meminjam mobilnya, pasti Ifey tak akan mau meminjam mobil Azzam. Sial!

    “Nih!”

    Tanpa perasaan Ifey melempar keranjang makanan dan alat pancing Azzam begitu saja, membuat Azzam histeris seketika.

     “Kejam banget lo,Fey. Main ngelempar aja. Kalau makanan gue tumpah semua gimana? Kalau alat pancing gue rusak gimana?!” teriaknya histeris.

   Ifey cemberut. Cewek itu terlampau kesal dengan kehadiran Azzam yang secara tidak langsung merusak kencannya.

  “Jangan bilang kita date-nya main layangan?!” teriak Shandy tak kalah heboh dengan teriakan Azzam beberapa saat lalu. Cowok itu menatap dua layangan ditangan Ifey.

  “Memangnya kenapa?! Lo nggak suka?!” ujar Ifey sewot.

   Shandy berdecih. “Dih, sewot.”

   Azzam yang melihat interaksi. Ifey dan Sandi memang manusia teraneh yang pernah ia temui, memangnya ada orang kencan main layangan?

  “Lo mau ngajak date atau ngajak tawuran, Fey?” Azzam terbahak.

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang