รักคุณมาก (Love you so bad)

17 1 0
                                    

Jum'at 19.02

        “Siapa yang datang, Bi?” tanya seorang laki-laki pada Bi Suri, pembantu rumah tangga yang tadi buru-buru membuka pintu depan karena mendengar suara bel.

        “Den Shandy, Mas,” ujar Bisa Suri sembari menoleh ke arah Shandy yang berjalan tak jauh di belakangnya. ia hanya mengganguk dan kembali ke aktivitasnya.

        “Tur, abang lo mana?”

         Fatur yang sedang malas-malasan sembari menonton televisi itu menoleh ke arah Shandy. “Di belakang sama Bang Azzam.” Shandy mengganguk. Sifat Deka maupun Fatur, adik sepupu Deka yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas delapan itu sama-sama cuek dan dingin.

          Orang tua Fatur tinggal dan berada di Bogor. Namun, ia bersekolah di Jakarta dan tinggal di rumah Deka dengan alasan ingin mencari suasana baru dan ingin mandiri.

          “Lo nggak mau ikutan? Sesekali cinta alam gitu,”

           Fatur menggeleng pelan. Shandy  dan teman-temannya sempat merencanakan untuk mengadakan camping di luar rumah, dan di belakang rumah Deka adalah posisi yang tepat untuk mendirikan tenda dan membakar bakso tusuk, jagung ataupun daging. Mereka sedang ingin berbaur dengan alam tanpa barang-barang elektronik.

            “Nggak deh, Bang.”

             Shandy hanya mendengus. Ia sudah menduga jika Fatur akan menolak mentah-mentah ajakannya, lelaki itu tidak terlalu suka berbaur dengan alam. Jika bisa bermalas-malasan di rumah, kenapa harus berbaur dengan alam? Itu prinsip Fatur.

              Shandy melangkah ke bagian belakang rumah Deka. Ia membuka pintu dan melihat hamparan rumput yang hijau, bunga dan berbagai macam pohon. Matanya kian melirik Azzam yang tengah membakar bakso tusuk dan jagung sembari mengomel karena Deka yang tak membantunya dan malah asyik memakan salad buah.

              “Kok Alden nggak ada?” tanya Shandy. Kedua cowok itu menoleh ke arah Shandy.

              “Ponselnya nggak aktif, kayanya ketiduran.”

              Shandy hanya mengganguk dan melangkah menghampiri Azzam untuk membantu lelaki itu. Setelah dirasa cukup, kedua lelaki tersebut duduk di samping Deka. Ketiganya mengitari api unggun yang berada ditengah-tengah mereka.

               “Lo sama Alden masih belum baikan?” tanya Shandy tiba-tiba.

                Azzam menggeleng. “Belum, dia masih dingin sama gue.” Akhir-akhir ini memang Azzam tak menghindar lagi untuk berkumpul saat ada Alden, bahkan sebelumnya mereka juga berkomunikasi lantaran masalah Shandy. Namun, hal tersebut bukan berarti suasana dingin antara Azzam dan Alden akan mencair. Keduanya masih betah dengan hati yang saling membeku.
              
             “Gue denger lo deketin anak sepuluh IPS empat, Saras. Lo serius sama dia?” Shandy dan Deka menatap Azzam penasaran. Terlalu aneh jika melihat Azzam mendekati gadis secepat itu, mereka tau betul jika sahabatnya itu benar-benar menyayangi Alma.

             “Gue serius sama dia,”

            Azzam tersenyum tipis.“Dia cinta pertama gue sejak MOS SMP, dia gadis yang gue impikan sebelum gue dideketin dan jadian sama Kak Zalwa. Sayangnya waktu itu gue terlalu pengecut untuk deketin dia.”

            “Lo masih sayang sama Alma?” Deka sebenarnya tak ingin ikut campur, namun ia ingin tau apakah Azzam masih menyayangi Alma dan Saras hanya sekedar pelampiasan belaka.

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang