32 : Pilihan Kedua

18 2 1
                                    

Kamis, 08: 42

          “Gila, jadi Pak Zachnes itu yang nyulik Shandy waktu kecil biar si Zachel yang dapat warisan?”

        “Nggak nyangka gue, licik banget.”

        “Kasian banget si Shandy,”

        “Gue denger-denger nilai dia juga dimanipulasi. Kejam banget.”

        Bisik-bisik terdengar begitu jelas saat Shandy berjalan di koridor. Ia mengepalkan tangannya saat mendengar bisikan menyebalkan itu.

         Berita Pak Zacnes a.k.a si kepala sekolah yang diringkus polisi kemarin malam menjadi pembicaraan hangat pagi ini. Tim sinematografi Ravalen High School sibuk mencari bukti-bukti terkait pemberitaan dan bahkan mewawancarai Pak Ravalen. Tak hanya pak Rafale yang ingin diwawancarai, melainkan juga dirinya yang sejak tadi ponselnya bergetar terus menerus menandakan banyaknya pesan masuk dari Kak Zalwa si ketua sinematografi alias mantan Azzam Radinka.

         Tentunya untuk ke sekian kali, Shandy menjadi pusat perhatian karena kasus menyebalkan itu. Berita tentang Pak Zachnes bahkan ditempel dimading. Langkah Shandy terhenti ketika melihat Ifey dan Alden yang berdiri di depan kelas sepuluh ipa dua.

         “Buat lo,” Alden memberikan susu kotak strawberry pada Ifey. Gadis itu tersenyum manis.

         “Makasih. Kok lo tau gue suka ini?”

         Alden tersenyum angkuh. “Apa sih yang nggak gue tau tentang lo?” tanyanya balik lalu mengusap rambut Ifey yang hanya tertawa geli mendengar perkataan Alden itu.

         Shandy mendengus. Ternyata berita Pak Zachnes tak semenyebalkan saat ia melihat interaksi Alden dan Ifey.

[.]

 

         Tak henti-hentinya mata Shandy melirik ke arah Ifey dan Alden yang duduk saling berhadapan. Tanpa sadar ia meremukkan kertas didekatnya, hatinya memanas melihat kedekatan Alden dan Ifey.

           “Udah dulu, Den. Gue capek,” keluh Ifey. Gadis itu meletakkan pulpennya dimeja dan meregangkan otot-ototnya. Otaknya begitu lelah belajar satu jam tanpa henti.

           Aktivitas belajar mengajar diganti dengan hanya memberikan tugas pada siswa-siswi dikarenakan guru yang mengajar tengah ada urusan mendadak. Tak seperti teman-teman lainnya yang menikmati jam kosong dengan tidur, ke kantin, ngobrol atau melakukan aktivitas unfaedah, Alden dan Ifey memanfaatkannya dengan belajar.

          Mereka harus mempersiapkan diri untuk di London nantinya.

          “Lo sama Shandy gimana, Fey?” tanya Alden tanpa menoleh ke arah Ifey. Lelaki itu sibuk membaca buku biologi. Tidak seperti Ifey yang lelah belajar, Alden seperti tidak bosan untuk terus-menerus belajar.

           “Ya gitu-gitu aja. Besok dia bakal milih siapa yang jadi pacarnya, entah itu gue ataupun Sinar.” Ifey terdiam memikirkan berapa persen peluangnya untuk dipilih Shandy.

          Gadis itu mendekatkan wajahnya ke arah Alden. “Menurut lo Shandy bakal milih gue nggak?”

          Alden menoleh dan mengangkat bahu pertanda tak tau. “Gue nggak tau, tapi yang jelas apapun pilihan Shandy entah itu lo ataupun Sinar. Lo harus datang ke gue, oke?” Ifey mengganguk meskipun heran.

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang