Sosok itu menatap nanar. Tungkai yang semula terasa kuat untuk berjalan kian melemas setelah melihat sosok lain terkulai tak berdaya di hadapannya. Sosok yang berupaya melindungi bahkan hingga sang bilah pedang menancap di punggung lebarnya.
Perlahan didekapnya raga tanpa jiwa itu. Dia menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala amarah atas kebodohan yang telah dilakukan.
"Maafkan aku," lirihnya seraya mengelus pelan surai lembut yang takkan mampu digapainya kembali.
Netranya yang semula berwarna biru, kini menampakan perubahan warna yang begitu kontras. Merah. Seakan seluruh emosi melebur di dalam dirinya. Tak peduli jika aura di sekitar telah berubah menjadi sekelam langit malam. Membuat siapapun yang masih bernyawa menjauh dari kuatnya energi yang menguasai wilayah peperangan itu.
Rembulan yang kini mulai bersinar menjadi saksi bisu atas nyawa-nyawa yang melayang. Pun, semua makhluk yang tersisa kini membentuk lingkaran. Mengelilingi kedua insan yang telah terpisah oleh dua dunia dari berbagai penjuru mata angin.
Dihirupnya oksigen secara rakus demi melonggarkan rasa sesak di dada. Kedua kelopak matanya menutup pelan, memberikan sedikit sensasi ketenangan seiring dengan lembutnya angin yang menerpa kulit putih pucat nan dingin itu. Tak boleh ada korban lagi atas kebodohannya.
"Baiklah jika begitu. Kuharap semuanya akan membaik setelah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD : The Vampire's Legend
VampireAltha tersesat memasuki sebuah hutan terlarang setelah dikejar beberapa penjaga wilayah perbatasan. Gadis itu terjebak di wilayah makhluk-makhluk immortal yang tak boleh diketahui manusia awam dan mengalami kehilangan sebagian memori. Demi menyelama...