ENTAH mengapa langkah kaki Demian menjadi begitu berat menjauhi kamar Altha. Sesekali dia menoleh ke belakang dimana kamar tunangannya berada.
"Sebenarnya aku penasaran kenapa gadis seperti dia bisa masuk ke wilayah ini?" tanyanya monolog.
Ditatapnya sekali lagi ke arah pintu kamar Altha berada. Sejenak, dia menghela napas pendeknya lalu memalingkah wajahnya kembali ke arah depan dan mulai melangkahkan kakinya ke tempat dia menumpahkan kerinduannya.
Seiring langkah kakinya melewati beberapa maid, dia kembali memasang raut wajah datarnya. Mereka menunduk hormat dan ketika Demian menjauh, mereka mulai berbincang mengenai tingkah pangeran vampir tersebut. Bahkan karena terlalu jarang tersenyum, tak heran jika sapaan tidak menghampiri telinganya.
"Padahal Tuan Muda Demian tampan tetapi jarang tersenyum."
"Benar. Jika dia tersenyum, pasti dia menjadi idola di kalangan bangsawan vampir."
"Ah, tapi bukan kah Nona Altha beruntung mendapatkan hatinya?"
"Aku rasa Tuan Demian mulai luluh hatinya."
Percakapan maid masih terdengar dengan jelas di indera pendengaran Demian. Sebuah kekehan keluar begitu saja dari bibir merah muda pucatnya. Samar namun terdengar jelas oleh Demian seorang.
"Dasar biang gosip," cibirnya dengan ekspresi kembali menjadi dingin.
Dilangkahkan kakinya kembali menuju ke sebuah ruangan dengan cepat hingga akhirnya tubuh tegapnya tepat menghadap ke arah sebuah pintu berwarna hitam bercorak mawar merah.
Sejenak pemuda itu mulai merapalkan beberapa kata dan pintu tersebut mulai terbuka perlahan.
"Kurasa pengamanan dengan kode ini cukup baik," pujinya dengan bangga.
Napas pemuda itu terdengar semakin berat. Dipenjamkannya mata sejenak untuk meredakan gejolak emosi di dalam hatinya. Kemudian dia mulai masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu yang tak pernah tersentuh oleh siapapun tersebut.
***
Sedari tadi Altha terus mengikuti langkah kaki Demian. Rasa penasaran yang meluap-luap, membuatnya terpaksa menguntit pemuda yang telah resmi menjadi tunangannya itu.
Sesekali dia tersenyum ramah kepada para maid yang membersihkan beberapa bagian di hunian petinggi kaum penghisap darah milik keluarga Radford.
'Mau kemana pemuda itu?' batinnya.
Langkah kaki kecilnya terus mengikuti laju kaki Demian dengan tanpa menimbulkan suara kegaduhan. Bahkan beberapa kali dia berjinjit untuk memastikan jika Demian tidak menyadari keberadaannya.
Sejenak dia melihat pemuda itu terhenti di sebuah pintu. Tubuhnya terlihat sedikit condong ke depan dan seperti membisikan sesuatu ke arah sebuah pelantang kecil yang terselip disana.
Setelah memastikan Demian masuk ke dalam ruangan tersebut, pelan-pelan gadis itu mendekati pintu bercorak mawar merah tersebut. Ditatapnya lekat-lekat corak yang menghiasi pintu ruang pribadi Demian.
Sejenak Altha memang terpana dengan mawar merah yang terlukis di pintu berwarna hitam pekat tersebut. Namun lamunannya seketika buyar ketika sebuah dehaman berat memasuki gendang telinganya.
"Sedang apa kau disini?" sebuah suara menginterupsi lamunan Altha.
Gadis bersurai panjang itu refleks menoleh. Ditatapnya pemilik suara yang kini tengah mentapnya dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD : The Vampire's Legend
VampierAltha tersesat memasuki sebuah hutan terlarang setelah dikejar beberapa penjaga wilayah perbatasan. Gadis itu terjebak di wilayah makhluk-makhluk immortal yang tak boleh diketahui manusia awam dan mengalami kehilangan sebagian memori. Demi menyelama...