ALTHA melotot tak percaya. Irisnya sedari tadi melihat Alex yang baru saja menyelesaikan mandi. Tubuh pemuda werewolf itu begitu atletis walaupun telah terbalut pakaian. Tetesan air turun dari helaian rambutnya, membuat Alex terlihat semakin tampan.
Menyadari tingkah anehnya, Altha segera membuang tatapannya menghadap ke arah Anna. Semburat berwarna kemerahan muncul di pipinya.
Alex menatap Altha keheranan. "Kau sudah sadar?"
"Tentu saja, Kak. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa melihatmu," celetuk Anna.
"Aku tidak berbicara padamu, Ann." Alex melemparkan handuk yang sedari tadi di pegangnya.
Refleks Anna menghindari lemparan Alex. "Aku heran padamu, gadis kecil sepertiku masih saja kau ganggu," gerutunya.
"Kau itu yang pengganggu, dasar berisik," Alex membalas gerutuan Anna.
"Hei Altha, kenapa kau bisa bertemu dengan Alex? Apa tidak pemuda lain yang kau temui?" Anna mengalihkan perhatiannya ke arah Altha yang masih sibuk menahan malu.
"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja bertemu." Altha melirik sekilas ke arah Alex kemudian kembali menatap Anna.
Anna tampak terkejut, matanya membelalak lebar, "Benarkah?"
Altha mengangguk. Mengiyakan atas pertanyaan dari Anna.
"Kau sungguh sial bertemu dengannya," ledek Anna.
"Hei kau. Enak saja! Pergi dari kamarku," usir Alex. Wajahnya tertekuk kesal akibat adiknya.
"Tidak akan. Dad akan memarahimu jika membawa perempuan asing ke dalam istana, bodoh." Anna melipat kedua tangan di depan dadanya. Dia bersidekap dan menatap Alex tajam.
"Maaf, apa yang kau katakan? Istana?" tanya Altha tak percaya.
"Tentu saja, Altha. Kau sedang berada di kamar putra mahkota bangsa werewolf!" jelas Anna girang.
"Hei Anna, kau terlalu banyak bicara ya." Alex berjalan mendekat ke arah adiknya. Lalu menjitak kepala Anna pelan.
"Apa yang kau lakukan, Alex?" teriak Anna kesal. Dia menaikkan satu oktaf nada suaranya dan melotot ke arah saudara laki-lakinya itu.
"Altha, maafkan adikku. Dia memang sedikit tergganggu." Jari Alex dibentuk miring dan digerakkan ke atas-bawah.
Melihat pertengkaran kakak-adik itu, Altha hanya tersenyum kikuk. Dia menggosok tengkuknya yang tidak gatal, "Tidak apa-apa. Aku sudah mulai terbiasa."
Anna tertawa sarkas. Dia kembali melirik Alex, memberikan isyarat jika kakaknya begitu menyebalkan.
"Awas kau ya," Alex kembali ingin menjitak kepala adiknya.
Namun sial, pergerakannya terhenti akibat ketukan pintu dan suara panggilan dari pelayan istana.
"Masuk." Nada Alex berubah rendah namun terdengar tegas. Sangat berbeda ketika dia menghadapi adiknya barusan.
Pintu kamar Alex terbuka. Seorang pelayan perempuan dengan pakaian serba abu-abunya menundukan kepala.
"Tuan Muda Alex dan Putri Anna, saya ingin menyampaikan pesan jika Yang Mulia ingin menemui kalian beserta gadis yang Tuan bawa."
Alex dan Anna saling menatap keheranan. Ekspresi terkejut begitu mudah terbaca di wajah mereka.
Bahkan Altha pun turut mengangkat kepalanya menatap ke arah pelayan. Tak jauh berbeda dengan kedua saudara werewolf itu, Altha menunjukkan keterkejutan.
"Baiklah. Terima kasih, Lyra. Aku akan segera ke tempat Dad," ujar Alex masih dengan suara rendahnya.
"Saya permisi dulu." Pelayan bernama Lyra itu menunduk hormat dan menutup kembali pintu kamar Alex. Meninggalkan tiga lawan bicaranya dengan kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD : The Vampire's Legend
VampireAltha tersesat memasuki sebuah hutan terlarang setelah dikejar beberapa penjaga wilayah perbatasan. Gadis itu terjebak di wilayah makhluk-makhluk immortal yang tak boleh diketahui manusia awam dan mengalami kehilangan sebagian memori. Demi menyelama...