"Demian, jangan terlalu kaku. Senyum."
Demian memutar bolanya malas. Hari ini Felix begitu sibuk mengatur posisi seluruh pemeran dengan rapi. Pemuda berkacamata empat itu sangat antusias untuk menjawab pertanyaan dari para pembaca.
"Hei, David, sisakan sedikit tempat untukku," gerutunya lagi.
"Memangnya badanmu sebesar apa? Beruang?" balas David.
Demian melirik tajam ke arah David. "Bisakah kau mengganti kata 'beruang' itu dengan hewan lain?"
Bulu kuduk David meremang. Entah mengapa Demian seperti ingin membunuhnya ketika berkata beruang. "Baik, aku ulangi. Memangnya badanmu sebesar apa, Felix? Umm, hewan apalagi yang besar ya?" tanya David seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Angela," celetuk Garvin tiba-tiba.
"Aku bukan hewan. Kurasa hewan itu adalah petunor."
"Petunor?" tanya mereka bersamaan.
"Iya, perebut tunangan orang." Angela tersenyum manis. Memasang wajah tanpa dosa kepada setiap orang yang berada di sana.
Ametta memiringkan kepala, menunjukkan ekspresi bingung yang kentara. "Memangnya siapa tunanganmu?"
"Demian."
"Kurasa kita sudah lama putus jadi dia bukan 'petunor' seperti katamu tadi," sela Demian.
"Belum ada kata 'berakhir' di antara kita, Demian," bela Angela.
Demian berdecih pelan. "Dasar halu."
"Hm, ada yang membela nih," goda David diselingi kerlingan jahil.
"Hei aku hanya-," sambung Demian,"Oke, mari mulai saja sebelum aku kembali berdebat dengannya." Tunjuk Demian tepat ke arah Angela.
Felix menghela napas. Cukup lelah baginya sedari tadi mengatur beberapa kepala yang ada di ruangan ini.
"Ayolah, kalian sudah dewasa. Jangan beradu argumen seperti anak playgroup," ejek Garvin sambil menopang tangan dengan bertumpu pada kakinya.
Ametta terkikik pelan bersamaan dengan Altha yang melihat wajah Demian yang telah berubah menjadi masam.
"Kita mulai ya. Beri aku tempat duduk di sebelah...ah, Altha." Felix segera duduk di samping Altha. Membuat Demian melirik tajam ke arah keduanya
"Nah, Am, mulai dari kamu ya." Felix mengomando Ametta dengan menunjuk ke arah kertas di samping gadis itu.
Perlahan, Ametta mengambil sebuah surat. Dibukanya perlahan isi surat tersebut. "Baiklah, pertanyaan pertama dari mannamufida95. Untuk Demian, 'kenapa dingin banget sama Altha?'"
Hening.
Semua mata tertuju kepada Demian. Menunggu sebuah jawaban pamungkas dari bibir merah mudanya. Entah itu sebuah kebohongan atau kejujuran.
"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanyanya jengkel. Pangeran vampire itu seakan ingin ditelanjangi di depan umum.
"Kami menunggu jawabanmu," balas Felix tanpa ragu.
Demian mengusap wajahnya kasar. Menatap satu per satu orang yang berada di dekatnya lalu menghela napas panjang. "Karena-," ungkapnya.
Semua orang menahan napas. Menunggu kelanjutan kata-kata lagi dari Demian.
"Tanpa dia menjawab, aku sudah tahu jawabannya," sela Angela,"karena Demian hanya mencintai aku saja."
"Dasar perempuan gila," sindir David pelan yang langsung disambut sikutan pelan dari Ametta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD : The Vampire's Legend
VampireAltha tersesat memasuki sebuah hutan terlarang setelah dikejar beberapa penjaga wilayah perbatasan. Gadis itu terjebak di wilayah makhluk-makhluk immortal yang tak boleh diketahui manusia awam dan mengalami kehilangan sebagian memori. Demi menyelama...