21-VENTUNO

5.2K 415 31
                                    

ALTHA menatap takut ke arah Demian. Sedari tadi pemuda itu terus bergeming dan menatap tajam ke arahnya. Tangan mulusnya masih digenggam sempurna oleh sang tunangan. Membuat siapapun yang menatap akan merasa iri tanpa tahu apa yang terjadi.

"Demian," lirihnya pelan, "bisakah kau melepasnya? Aku ingin mengambil sesuatu di sakuku."

Sontak Demian tersadar dan segera melepaskan genggamannya. Pandangan pemuda itu beralih ke arah samping di mana foto para pemimpin Sekolah Bangsawan tergantung rapi di sana.

Aura tak bersahabat semakin menguar dari Demian. Menciptakan atmosfer canggung di antara keduanya. Meski begitu, Altha terus berusaha terlihat tenang di depan pemuda berparas tampan yang telah resmi menjadi tunangannya.

"Demian," panggil Altha lirih, bahkan hampir tak terdengar jika di pendengaran seorang manusia.

"Pergi lah, aku tak ingin melihatmu," ucapnya seraya terus bertahan untuk tidak memandang Altha.

"Tapi aku ingin membicarakan sesuatu padamu." Altha kian merundukan pandangannya. Kini dia ingin menangis akibat terjebak dalam situasi ini. Ada sesuatu yang membuat hatinya begitu sakit, tetapi dia tak tahu pasti penyebabnya.

"Aku tak peduli." Sikap Demian semakin acuh. Bahkan dia menganggap keberadaan Altha tidak ada di hadapannya saat ini.

"Tapi...." Perkataan Altha terputus seiring lengkingan dari suara yang dikenalinya. Pandangannya teralih ke sumber suara. Tampak Anna kini tengah berlari cepat ke arahnya.

"Altha kau tak apa-apa? Tadi Felix menghubungiku jadi aku segera mencarimu."

"Aku tak apa-apa Anna. Tak perlu mengkhawatirkanku," jelas Altha lembut. "Lagipula ada Demian di sini."

Anna segera menoleh. Alisnya terangkat sebelah begitu menyadari keberadaan Demian. "Hei Demian, apa kabar?" gadis werewolf itu mencoba berbasa-basi dengan Demian.

"Baik," balas Demian tak minat. Mengundang cibiran dari Anna.

"Tugasku sudah selesai bukan? Aku muak berlama-lama dengan manusia," sambungnya diiringi nada penuh intimidasi. Membuat Anna semakin mendelik ke arah pemuda vampire di hadapannya.

"Hei, bagaimanapun, dia adalah tunanganmu." Nada Anna mulai meninggi. Membuat Altha mendongak dalam keterkejutan. Air mukanya mendadak berubah panik. Dia tak ingin terjadi pertikaian di antara keduanya.

"Aku tidak apa-apa, Ann. Ayo kita pergi," ajak Altha dengan menarik tangan Anna paksa.

Lensa mata Anna berubah menjadi amber. Wajah mudanya mulai berubah menjadi dewasa. Bagian serigalanya mulai terbangun dan ingin menguasai raganya. "Altha, jangan takut. Meski Dad berteman baik dengan Paman William, aku takkan membiarkan harga dirimu diinjak oleh pemuda dingin ini."

"Cukup, Ann. Aku tak apa-apa."

"Altha, dia harus mampu melindungimu. Bukannya malah melukai hatimu," oceh putri bangsawan werewolf itu.

"Anna, hentikan!" sebuah suara lainnya menghentikan sikap Anna. Dari kejauhan, Alex berjalan santai. Masing-masing tangan kekarnya dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapannya yang tajam dengan pesona bak seorang dewa seketika menarik perhatian beberapa kaum hawa yang melewatinya.

Hingga semuanya tersihir akan pesona Alex, pemuda itu telah berdiri menatap mereka saksama. "Ehem," dehaman Alex membuyarkan lamunan dua gadis di hadapannya.

"Halo, Demian. Lama tak bertemu," sapa Alex dengan sedikit menundukkan kepala ke arah teman lamanya itu. Tentu, seperti biasa akan dibalas dengan dehaman singkat dari lawan bicaranya.

MOONCHILD : The Vampire's LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang