14-QUATTODICI

5.9K 488 8
                                    

SEPASANG kelopak mata milik Demian perlahan terbuka. Netranya mencoba menangkap sosok tanpa raga yang mencoba berkomunikasi dengannya.

"Mom?" tanyanya tak percaya. Sekali lagi dia mencoba memastikan jika penglihatannya tidak salah.

"Ini Mom, Nak. Terimakasih telah mempertajam penglihatanmu," wanita paruh baya itu mencoba mendekati Demian,"ada yang harus Mom bicarakan denganmu."

"Tentang apa, Mom?"

"Gadis yang sekarang menjadi tunanganmu. Dia bernama Altha, bukan?"

Demian mengangguk sekilas. "Ya, nama mangsa untuk kaum kita adalah Altha."

Evelyn menggeleng pelan kepada putra sematang wayangnya itu, "Dia bukan mangsamu, Nak. Bagaimanapun dia adalah tunanganmu saat ini."

Demian terkekeh pelan. Kedua ujung bibirnya ditarik ke atas membentuk sebuah senyuman manis penuh makna. "Dia tetap manusia, Mom. Walaupun Mom berkata jika dia adalah tunanganku tapi aku tidak mencintainya."

"Kau sungguh tidak mencintainya?"

Kedua ujung bibir Evelyn tertarik ke atas. Sebuah senyuman yang mampu membuat Demian membentuk kerutan di dahinya.

"Kenapa Mom justru tersenyum? Bukan kah aku benar?"

"Tidak. Mom masih tidak percaya akan pendirianmu yang kuat, Nak."

"Semua ini terjadi sejak kejadian itu dan aku tidak ingin lemah seperti pria yang sekarang duduk di singgasana vampir tersebut," ujar Demian penuh gejolak emosi.

Evelyn mengelus pelan kepala Demian. "Bagaimana pun dia adalah orang tuamu. Sama seperti Mom, Nak."

Demian menggeleng pelan. "Tidak, Mom. Aku tidak menyukai Dad."

Evelyn tersenyum lagi. Namun tatapannya berubah sendu. "Suatu hari kau akan mengerti, Nak. Mom tidak bisa menceritakan seutuhnya kepadamu tapi Mom akan selalu ada untukmu."

Lamat-lamat, sosok tanpa raga permaisuri raja vampir tersebut mulai menghilang dari pandangan Demian. Menyisakan pemuda itu sendiri di dalam ruang pribadinya dengan beribu tanda tanya.

Kembali kerutan di dahi pemuda berkulit putih pucat itu terbentuk. "Sebenarnya kenapa jiwa Mom masih berkeliaran?"

Hingga beberapa menit berlalu, Demian mulai menyerah. Pangeran vampir itu tidak mampu menemukan jawaban atas pertanyaan utamanya. Dahi yang semula terdapat kerutan, kini telah kembali rata seiring ekspresi datar menghiasi wajah rupawannya.

"Lebih baik kutanyakan kepada Felix."

Pada hitungan beberapa detik, pemuda tersebut telah menghilang dari ruangan khusus miliknya. Tujuan Demian hanya satu, mencari jawaban dengan menemui langsung Felix di ruang pribadinya.

***

Altha masih sibuk menutup erat kedua kelopak matanya. Tubuh mungilnya terbaring lemah tak berdaya. Beberapa kali perawat mengecek keadaannya. Mengharapkan gadis itu segera siuman.

"Apa yang terjadi padanya?" ujar sebuah suara memecah keheningan di ruangan serba putih tersebut.

"Maaf Tuan, dia hanya terlalu lelah. Tetapi saya perlu memastikan ulang keadaannya jika Nona Muda Altha telah sadar," ujar seorang perawat.

Sejak dihubungi oleh ayahnya, Felix terus memantau keadaan Altha. Pemuda itu menatap cemas sosok manusia di hadapannya. Bagi pemuda itu, menjaga dan melindungi tunangan Demian adalah salah satu tanggungjawab utamanya.

MOONCHILD : The Vampire's LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang