5-CINQUE

8.6K 641 35
                                    

Altha berjalan menyusuri hutan yang meneduhkan jalannya. Mengamati satu per satu dunia yang tak pernah dilihatnya dari kecil.

"Padahal katanya ini hutan terlarang tetapi terasa aneh ketika memasukinya," gumamnya seraya melangkahkan diri.

Irisnya yang berwarna biru menatap ke arah kiri dan kanan. Hutan itu terasa sejuk bahkan sangat berbeda dengan lingkungannya. Jauh dari polusi.

Perlahan Altha menyunggingkan senyuman. Mengagumi tempat asing itu.

Bahkan dia sampai lupa untuk membuat tanda agar memudahkan dirinya untuk kembali ke rumah.

Tanpa disadari, kini dia melihat sebuah wilayah. Sebuah kota kecil yang sangat asri dan sederhana.

"Wah disini ada tempat tinggal," girangnya.

Altha mengintip dari pohon. Mengagumi pemandangan barunya itu secara diam-diam.

"Tapi kenapa tak terlihat ya?" Dia mengerutkan dahi, mencoba mencari sendiri jawaban atas pertanyannya.

"Karena ini adalah dunia yang tidak ditinggali manusia."

Sebuah suara mengejutkan Altha. Gadis itu membelalakan matanya.

"Siapa kamu?"

Di samping gadis itu berdiri seorang pemuda. Tubuh bagian atasnya tak tertutup sehelai benang pun.

Pemuda itu menoleh, "Kau yang siapa?" Senyuman manis disunggingkan oleh pemuda itu.

Altha meneguk salivanya. Otaknya sibuk berpikir. Kedua bola matanya melirik kesana-kemari. "Aku....Altha."

"Altha? Nama yang bagus," puji pemuda itu. Lagi, dia memberikan senyuman manisnya kepada Altha.

Gadis itu terdiam. Namun ia mencoba mengatasi ketakutan pada dirinya, "Terima kasih. Lalu namamu?"

"Oh, namaku Alex." Dia menjulurkan tangannya ke arah Altha dan disambut takut-takut.

"Tidak perlu takut. Aku tidak akan menggigitmu, Nona Altha." Tawanya membucah mengisi di antara kesunyian tempat mereka berada.

Altha tersenyum. Senyumnya mengembang seiring tawa Alex.

"Ternyata kau manis juga kalau tersenyum ya," pujinya kembali.

Blush

Wajah gadis berpakaian hitam itu kini semerah tomat. Dia menunduk malu.

"Hei, kenapa kau tertunduk? Apa kau sakit? Oh wajahmu sangat merah. Sepertinya kau kedinginan." Pemuda itu menatap cemas ke arah Altha.

Tanpa seizin Altha, Alex menempelkan kedua telapak tangannya ke pipi gadis itu. Menyalurkan rasa hangat yang dimiliki kepada gadis bermanik biru di hadapannya.

"Bagaimana?" Alex menaikkan sebelah alisnya. Dimiringkan kepalanya mencoba melihat wajah Altha.

Altha hanya menggangguk. Kini di pikiran gadis itu hanya cara bagaimana menetralisir rasa malunya.

"Te...ri...ma...kasih Alex," jawab Altha kikuk. Tentunya masih dalam posisi menunduk malu.

Alex mengangguk. Segera tangannya dilepaskan dari pipi Altha.

Lalu pemuda itu bersidekap. Ditatapnya mata Altha lamat-lamat.

"Altha, bolehkah aku bertanya?"

Altha mendongak. Ia menatap wajah pemuda yang membuatnya malu. "Ya, silakan."

"Dari bangsa mana kau ini?"

"Bangsa apa maksudnya?" batin Altha.

"Aku sudah jelas sepertimu, ha-ha-ha"

MOONCHILD : The Vampire's LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang