FELIX menatap lekat ke benda petak yang menutupi ruang pribadi sahabatnya. Kakinya begitu kaku untuk terus melangkah maju ke dalam kamar milik Demian. Keraguan menghantui pikiran pemuda berkacamata itu. Bagaimana tidak, pemuda itu begitu hapal bagaimana Demian ketika diganggu dengan kesibukannya.
Ada dua pilihan pasti yang akan terjadi. Pertama, Demian akan mengusirnya dan menutup kembali pintu kamar tersebut; atau bisa jadi kemungkinan kedua, Demian menganggapnya seolah tak ada di sekitar.
"Ah, semua pilihan itu tak menyenangkan," desahnya pelan.
Segera Felix membuang berbagai spekulasi buruk lain yang akan menimpanya. Takut-takut akan membuat dirinya semakin nahas menghadapi kelakuan pangeran vampire itu. Dihirupnya udara segar yang hilir mudik di sekitarnya seraya memantapkan hati untuk sekadar menggangkat tangan. Beberapa ketukan pelan mendarat pada daun pintu bercorak kerajaan tersebut.
"Demian, apakah kau berada di dalam?" tanya Felix mencoba sopan, takut-takut jika Demian muncul dengan dua pilihan yang membuat situasi keturunan Gerard tersebut semakin kacau.
Felix menunggu namun dari dalam ruangan itu tak kunjung terdengar sahutan.
Sekali lagi, dia memberanikan untuk mengetuk pintu kamar sang calon penguasa bangsa vampire itu.
"Demian, jika tidak menyahut akan kudobrak pintu ini," ancam Felix setengah ragu.
Lagi, tak ada sahutan menggema dari balik daun pintu tersebut.
"Baiklah, akan kutunggu lima menit lagi di sini," batin Felix.
Lima menit berlalu. Felix tak kunjung mendapat respon dari sosok yang berada di dalam sana. Alhasil pemuda itu mencibir pelan. Sosok vampire muda berambut coklat itu merasa jengah dengan kelakuan sahabatnya. Entah keberanian dari mana, Felix akhirnya membuka pintu kamar sang semata wayang keluarga Radford tersebut.
"Demian, kenapa kau tidak menjawab..." Perkataan Felix terhenti seiring tungkainya yang berhenti mendadak. Sedetik dia melongo lalu terkekeh melihat kondisi sahabatnya.
"Sampai kucing bertanduk juga dia tak akan menyahut."
Di sana--ranjang--Demian tengah terbaring tak berdaya dengan pose memeluk guling. Seperti seekor anak kelinci yang kekenyangan memakan wortel. Gemas tapi sangat menyebalkan untuk digoda.
Felix melangkah kakinya menuju ranjang berukuran king size disana dan melirik sekilas ke arah Demian. "Kenapa masih sempat-sempatnya vampire sepertimu tidur di saat seperti ini," gumamnya.
"Demian, bangun!" Felix mengguncang tubuh Demian pelan mencoba memaksa sang pemilik raga terbangun.
Demian hanya bergumam singkat, menciptakan rasa jengkel di hati Felix. "Jangan bergumam saja. Ayo bangun!"
"Apa?" Hanya satu kata yang mampu keluar dari mulut Demian. Suaranya terdengar parau, pertanda dia belum sepenuhnya sadar.
Felix melipat kedua tangan di depan dada bidangnya. Air mukanya jelas menampakan raut kesal dengan helaan napas berat. "Ayahmu memanggil, Tuan Muda. Ya ampun, bahkan kamu masih sempat untuk tidur," teriaknya dengan meninggikan suara sebanyak satu oktaf.
Demian yang terjaga mencoba memproses setiap perkataan dari Felix. Memaksakan kedua kelopak matanya untuk terbuka.
"Siapa memanggilku?" tanyanya setengah sadar.
"Yang Mulia Raja William Radford memanggilmu, Demian Radford," jelas Felix masih dengan nada jengkel.
Sejujurnya pemuda bermata empat itu tak berminat untuk menyakiti kerongkongannya yang berharga, tetapi dia sadar bahwa hanya tindakan itu yang terbukti ampuh membangunkan Demian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD : The Vampire's Legend
VampireAltha tersesat memasuki sebuah hutan terlarang setelah dikejar beberapa penjaga wilayah perbatasan. Gadis itu terjebak di wilayah makhluk-makhluk immortal yang tak boleh diketahui manusia awam dan mengalami kehilangan sebagian memori. Demi menyelama...