11-UNDICI

7K 508 25
                                    

GARVIN menghela napas. Dihadapannya Angela tengah tertidur pulas. Sedari tadi pemuda tersebut tidak pernah beranjak dari posisi duduknya. Dia terus menunggu gadis vampir bersurai pirang tersebut.

Garvin begitu khawatir jika Angela akan melakukan hal yang sama ketika terbangun. Apalagi kini kondisi gadis itu tak sama seperti dulu. Jiwa vampirnya begitu menggebu-gebu bahkan jika dia merasa terancam.

Perlahan, sebelah tangan pemuda itu terulur mengelus puncak kepala Angela. Disusurinya kepala gadis itu dengan lembut. "Aku takkan membiarkanmu seperti dulu lagi."

Tanpa disadari, tarikan kedua ujung bibirnya mengarah ke atas. Melukiskan sebuah senyuman indah di wajah rupawannya yang berhias kulit putih pucat.

Hening.

Bahkan hanya terdengar bunyi jarum jam yang masih setia mengelilingi keduabelas angka di dalamnya. Membuat pemuda itu semakin terhanyut ke dalam kenangan.

Garvin kembali teringat ke masa lalu dimana semua kenangan masih tampak baik-baik saja. Ketika semua masalah silih-berganti tidak menghantam kehidupan.

"Sejujurnya, aku merindukan masa-masa itu," ucapnya dalam nada getir.

Pemuda itu berupaya tegar menghadapi setiap permasalahan yang hadir ke kehidupannya. Andai dapat memutar waktu, Garvin ingin memperbaiki segalanya. Menjelaskan hal yang selama ini seharusnya tidak boleh dipendam olehnya. Bukan membungkam mulut dan terlihat pengecut di mata orang lain.

Namun lagi dan lagi, nasi telah menjadi bubur. Semua masalah membuat segala situasi berubah. Selama beberapa puluh tahun, dia berubah menjadi seorang yang tertutup. Hingga karena sikapnya, dia dipertemukan dengan Ametta melalui sebuah kejadian tak terduga.

Perasaan rindu menyeruak ke dalam diri Garvin. Hatinya begitu perih mengingat senyuman manis gadis pujaan hatinya.

Am, aku merindukanmu....

Dia memahami jika ini adalah sebuah keharusan untuk menerima kenyataan. Bahkan dia tak kuasa memberikan penolakan terhadap takdir yang menghampirinya.

"Apa kabarnya gadis itu ya? Apa dia baik-baik saja dengan Dave?" tanyanya monolog.

Garvin mendongakkan kepalanya, menatap ke arah langit-langit ruangan tersebut. Memejamkan mata sebentar lalu membuang setiap karbondioksida yang berupaya menyesakkan dadanya.

Aku berjanji, akan kulakukan apapun untuk menjagamu. Percayalah padaku.

***

Altha termenung. Tatapannya kosong menatap hamparan indahnya taman bunga milik keluarga Radford dari balik jendela kamarnya. Sedari tadi, gadis itu sibuk berperang dengan otaknya. Dia terus mencoba mengingat apa yang terjadi kepada dirinya.

Sejujurnya gadis itu masih dirundung rasa bingung yang begitu tinggi. Kenangan masa lalunya seakan sirna dalam sekejap. Bahkan yang tersisa hanyalah sebuah goresan ingatan mengenai kejadian saat memasuki hutan tempat tinggal barunya hingga acara pertunangan dengan Demian.

Bahkan aku tak mampu mengingat apapun, batinnya.

Lelah.

Altha mulai menjatuhkan diri di kursi dan menyandarkan diri disana. Dagu lancipnya ditopang dengan bertumpu kepada tangan kursi tersebut. Kemudian kembali menatap ke arah jendela dengan hampa.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa semua serba cepat," keluhnya.

Helaan napas Altha semakin berat. Otaknya yang dipaksa bekerja ekstra mulai memberikan bendera putih. Benda yang berada di tempurung kepala gadis itu memberikan isyarat untuk beristirahat. Lamat-lamat, Altha mulai dikuasai oleh kantuk yang mulai menyerang. Hingga tanpa disadari gadis itu terbuai masuk ke alam mimpi.

MOONCHILD : The Vampire's LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang