Demian bergeming. Pikirannya tenggelam kepada sosok yang segera akan dipasangkan dengan pemuda dingin itu. Entah mengapa, dia kembali teringat dengan bau manis darah yang dimiliki Altha.
Kenapa aku harus dipasangkan dengannya?
Dia terus menatap kosong ke arah Altha yang berupaya menyeimbangkan tubuhnya dengan gaun pestanya. Perlahan gadjs itu menuruni satu per satu anak tangga dengan anggun. Membuat para tamu berdecak kagum dengan pesonanya.
Dia lebih cocok dijadikan mangsa dibandingkan tunanganku.
Semua tamu semakin terpana dengan kecantikan Altha. Beberapa diantaranya berbisik memuji gadis itu. Namun berbeda dengan situasi Demian di kala Altha berhasil menarik perhatian. Pikiran pemuda berjas hitam itu terus berkecamuk. Hasratnya untuk meminum darah gadis itu semakin membuncah.
Tidak. Lebih baik aku tidak berurusan dengannya lebih jauh.
Lamunan pemuda itu semakin tenggelam begitu dalam. Dia terus memikirkan cara untuk tidak terlebih dekat dengan gadis itu. Toh, disini dia hanya berniat 'membantu' ide konyol ayahnya, William.
Sial, Dad memang gila!
"Apa kau baik-baik saja?"
Suara lembut Altha mengalir lembut ke dalam gendang telinga Demian. Membuat pemuda itu segera tersadar dari pikiran dan hasrat yang ditahanannya.
Altha berdiri di hadapan Demian. Menatap kedua bola mata yang menarik perhatiannya dan mencoba memasuki netra pangeran vampir itu tanpa permisi. Tatapannya begitu meneduhkan dan membius.
Ditatap oleh Altha demikian, Demian balas menatap calon tunangannya dengan tajam. Dia kembali menguasai dirinya untuk terlihat tak tersentuh di depan semua orang. Wajahnya kembali dihiasi raut datar nan dingin.
"Bukan urusanmu," ucapnya.
Altha mengulum senyumnya. Terdengar helaan napas berat dari dirinya, menyadari jika situasi ini begitu sulit untuknya. Terlebih akan menghadapi sikap calon tunangannya yang terkenal dingin, Demian.
Apa aku bisa terus bertahan? Sedangkan aku saja disini ingin menyelamatkan diriku.
Pikiran Altha menerawang jauh. Memikirkan nasibnya nanti hingga dia mampu mengingat kepingan kenangan di dalam memori otaknya.
"Hei, kau jangan ikut melamun," bisik Anna pelan seraya menyikut Altha.
Altha segera tersadar. Kini dia beralih menatap gadis di sampingnya. "Aku tidak melamun," balasnya lembut.
Anna mendengus pelan. Putri bangsa werewolf itu jelas tahu jika pikiran Altha tidak berada disini.
"Aku tahu kau berbohong. Aku akan menagih ceritamu selepas acara ini, maka dari itu selamat bersenang-senang."
Anna melangkahkan kakinya riang, disusul dengan Felix di belakangnya. Meninggalkan kedua insan yang kini sedang dalam suasana yang sangat kontras.
"Apakah kalian sudah siap?" Gerard mencoba memastikan sepasang makhluk di hadapannya.
Altha mengangguk pelan sementara Demian berdeham. "Mari segera mulai saja, aku lelah," ketusnya.
Mendengar jawaban anak sahabatnya itu, Gerard hanya tersenyum ke arah Altha. Memohon kemakluman dari pasangan Demian itu.
"Baiklah. Acara akan segera dimulai maka dari itu kami memanggil para tetua bangsa vampir bersama tuan William Radford untuk melanjutkan acara."
Bersamaan dengan panggilan dari tangan kanan raja bangsa vampir, William dan lima orang tetua bangsa vampir berjalan beriringan menuju ke altar. Mereka segera mengambil tempat di samping Gerard.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD : The Vampire's Legend
VampireAltha tersesat memasuki sebuah hutan terlarang setelah dikejar beberapa penjaga wilayah perbatasan. Gadis itu terjebak di wilayah makhluk-makhluk immortal yang tak boleh diketahui manusia awam dan mengalami kehilangan sebagian memori. Demi menyelama...