TRANSIENT HAPPINESS

250 20 13
                                    

Dengan rasa gugup, Dila mengikuti rapat itu ditemani sang papah yang menerima semuanya dan tidak marah pada Dila, papah nya begitu tenang dan santai

Setelah beberapa lama, rapat itu diakhiri dengan diskusi bersama bahwa mereka semua tidak akan di keluarkan dari sekolah, namun mereka tidak boleh mengulangi kesalahan itu lagi

Semuanya keluar dari ruangan, begitupun Dila dengan papahnya yang masih setia berada di sampingnya

"Pah.." Dila memberanikan diri memanggil papahnya

"Iya sayang" jawabnya dengan lembut

"Makasih" ucap Dila dengan ragu, tanpa disangka papah Dila memeluk putrinya itu dengan sayang

"Sama-sama, kamu pulang ya" ajak papahnya pada Dila

"Tapi.." Dila melepaskan pelukan papahnya

"Gak ada tapi-tapian, kalau kamu ada masalah kamu harusnya bilang sama mamah dan papah" peringat papahnya

"Makasih pah" Dila langsung memeluk papahnya

"Yaudah sekarang kita pulang ya" ajak papahnya

"Sekarang? Tapi kan..." Dila terkejut, pasalnya ini bukan waktunya jam pulang

"Udah gak papa, yuk kita pulang" ajak papahnya yang langsung diangguki Dila

Dila dan papahnya berjalan bersama selayaknya ayah dan anak, banyak pasang mata yang memandang aneh sekaligus terkejut, apalagi guru-guru yang selama ini memandang remeh status sosial Dila

Dila berserta papahnya menaiki mobil bersama, mereka diantar pulang oleh sang supir. Saat sampai di rumah mereka segera masuk

Saat di dalam Dila melihat mamahnya yang sedang mengobrol berdua dengan Yuda (om nya), Dila langsung menghampiri Yuda

"Heh lo, ko lo ada di sini?" Dila membuat Yuda kaget

"Datang-datang teriak-teriak" perotes Yuda

"Ini semua pasti kerjaan lo kan? Gara-gara lo seantero sekolah tahu kalau gue keluarga ini" Dila marah pada Yuda

"Iyah deh gue minta maaf" ucap Yuda dengan rasa bersalah

"Memangnya kenapa sih kalau seantero sekolah tahu kamu keluarga ini?" Sahut mamahnya dari arah belakang Dila

"Mamah kan tahu sendiri alasan aku" Dila mengingatkan mamahnya

"Iyah mamah tahu, tapi kan sebenatar lagi juga lulus sekolah, apa jangan-jangan kamu malu punya keluarga ini?" Ucap Zahra tiba-tiba, Dila hendak membantah namun

"Harusnya kita yang malu punya keluarga kaya dia" suara bariton itu bagaikan petir di siang bolong yang menyambar hatinya Dila

"Kamu ngomong apa?" Tanya Fadli dengan sinis kepada putranya

"Yaiyalah lah pah, dengan kelakuan dia yang keterlaluan papah harus sampai ngorbankan nama baik keluarga gara-gara dia yang gak tahu diri" ia mengucapkannya seakan-akan itu hal yang biasa

"NIALL" bentak papahnya pada Niall

Dila yang tidak kuat lagi dengan kata-kata abangnya langsung saja pergi ke kamar dengan air mata yang bercucuran. Sampai hari ini, detik ini, ia bingung kenapa abangnya Niall sangat tidak menyukainya

Tok..tok..tok..

Ketukan pintu itu berasal dari pintu kamarnya, dan di luar terdengar suara yang mengintrupsi agar Dila keluar dan jangan mengurung diri

"Sayang.. ayo turun nak" suara lembut itu terdengar jelas oleh Dila

Dila yang ingat dengan perkataan Niall bahwa ia menunggu Dila tidak datang kebali ke rumah, segera ia mengambil kopernya dan memasukan seluruh bajunya beserta barang-barang yang ia butuhkan

Dila memasuka semuanya dengan air mata yang terus saja mengalir, tapi ia ingat sesuatu yang harus ia selesaikan, maka ia keluar tanpa kopernya dan menemui orang tuanya

"Mah.. Pah.." panggil Dila pada orang tuanya

"Ada apa sayang?" Tanya Zahra dengan sedih melihat putrinya yang sekarang ini

"Aku mau sesuatu dan kalian harus setuju" paksa Dila pada orang tuanya

"Katakan nak, apa ? Kamu mau apa?" Tanya Fadli antusias pada putrinya, karena Dila adalah tipe orang yang tidak suka meminta

"Aku mau perjodohan aku dan Reno dibatalkan" pinta Dila pada orang tuanya

"Apa?, kenapa?" Zahra terkejut dengan keputusan putrinya

"Iyah aku mau perjodohan itu diakhiri" jawab Dila dengan tenangnya

"Kenapa nak?" Tanya lembut papahnya

"Karena... aku gak suka sama dia" dusta Dila

"Kamu yakin? Mamah lihat kamu saling suka dengan Reno" bantah Zahra pada putrinya

"Aku yakin" Dila langsung masuk lagi ke kamar untuk membawa kopernya

Saat Dila turun ke bawah, Zahra bersama Fadli terkejut bukan main

"Kamu mau kemana?" Tanya Zahra shok

"Dila harus pergi mah, tempat Dila bukan di sini" jelas Dila pada mamahnya

"Tapi nak..." belum sempat papah Dila melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja mamahnya Dila jatuh pingsan

"Mah.. mamah" mereka mencoba untuk membangunkan Zahra

Zayn dan Liam yang baru datang terkejut melihat ibu mereka jatuh pingsan, segera mereka membawa Dila kedalam mobil untuk segera di bawa ke rumah sakit terdekat

Dila masih mematung di tempatnya, ia bingung sekarang, apa ia harus pergi atau tetap bertahan. Tiba-tiba saja Niall datang dan langsung membentak Dila, Niall menyaksikan semuanya di lantai atas dan itu membuatnya geram

"INI SEMUA GARA-GARA LO, LO ITU CUMAN BISA NYUSAHIN, CUMAN BISA BIKIN ORANG TUA SAKIT, CUMAN MALU-MALUIN" Niall membentak Dila

"Maaf bang" ucap Dila dengan lirih

Niall mengangkat tangannya hendak menampar Dila, namun sebuah tangan menahannya dengan keras dan kasar

"Lo gak pantes nampar adek lo sendiri" suara bariton itu membuat semuanya diam

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hy readerrrrrrr😄😄😄😄😄 update lagi nih, maaf ya kalau banyak typo 😂, kira-kira itu siapa ya yang nahan tangannya Niall? 😯

Aku mau mengingatkan kembali kalau aku bikin cerita baru yang judulnya "kaCamata" kalian bisa cek di profil aku 😉

Sekian dan terimakasih
Selamat pagi ☺😊😀😁😂😃😄

WHY (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang