TELLING .2

101 12 3
                                    

" Sebenernya gue............................ gue................. gue....................... berobat Ren, gue sakit bahkan sekarang aja umur gue tinggal menghitung tahun" perkataannya bagaikan sambaran petir di siang bolong  "maaf hiks.. gue gak maksud bohongin lo tapi gue gak mau bikin lo sedih" lanjutnya yang bikin gue semakin tertampar

"Terus kenapa lo datang sekarang?" tanyaku dengan gelisah

"Aku pengen nebus kesalahan aku yang dulu karena udah ninggalin kamu gitu aja tanpa alasan dan tanpa pemberitahuan" ia mengungkapkan semuanya dan sekarang gue gak bisa menahan buat enggak peluk dia, gue langsung peluk dia, tapi tiba-tiba saja

"RENO...." suara mamah terdengar jelas marah dan kesal "Kamu ini apa-apaan?, kamu udah punya Dila, Reno" ucapan mamah seakan menyadarkanku untuk kembali ke dunia nyata

Sekarang aku bingung, aku harus memilih siapa, aku mencintai Dila namun satu sisi Lentera juga membutuhkanku, apalagi dengan keadaannya yang sekarang ini

"RENO" bentak mamah yang mengagetkanku "Mamah gak mau kalau kamu harus pisah sama Dila, mamah lebih setuju dengan Dila" mamah mengatakan argumennya dan aku semakin bingung

"Maaf mah buat kali ini Reno gak bisa nurutin mamah, mungkin keputusan Reno ini salah buat mamah, tapi aku rasa ini yang terbaik buat sekarang karena Lentera butuh Reno" jelasku panjang lebar yang entah kenapa memilih keputusan ini

"Kamu percaya sama omongan bohongnya dia?" mamah menunjuk Lentera dengan sangat marah

"Ren... maaf kalau kedatangan aku ini cuman mengganggu kamu, kalau kamu udah punya yang lain, aku rela kamu sama dia. Mungkin dengan cara aku merelakan kamu, aku bisa menebus semua kesalahan aku yang dulu" sahut Lentera dengan bercucuran air mata, entah lah serasa sakit saat melihatnya seperti sekarang ini

"Enggak Ra, aku bakalan tetap sama kamu, karena aku tahu kamu lebih butuh aku" jawabku menenangkannya

"Reno... dia cuman bohongin kamu, dia udah ninggalin kamu, dan kamu masih percaya dia?" mamah terlihat sangat marah

"Maaf mah, buat kali ini Reno gak ikutin kata mamah" aku langsung pergi membawa Lentera menuju apartementku

Selama perjalanan Lentera hanya diam dan terus saja menumpahkan air matanya, aku menggenggam tangannya untuk menenangkannya, namun dia terus saja menyalahkan dirinya dan itu membuatku khawatir dengan kodidi kesehatannya

"Shut... kamu jangan nangis lagi" kataku padanya

"Coba aja hiks.. dulu aku gak ninggalin kamu hiks..., pasti gak akan kaya gini" ia terus saja menyalahkan dirinya

"Udahlah ini kan udah terjadi, kita harus saling memahami dengan takdir ini" kataku mengingatkannya

"Lalu bagaimana dengan Dila?, apa dia akan terima?" pertanyaan itu sulit sekali aku jawab dan aku bingung harus menjawab apa, namun tiba-tiba aku mengatakan sesuatu

"Kalau dia memahami takdir, ia akan mengerti dengan kondisi ini" ucapku dengan setengah ragu, pasalnya dengan ini aku akan menyakitinya

Saat aku dengannya sampai di apartement aku mengajaknya ke kamar yang dulu pernah Dila tempati, rasanya aku masih merasakan kehadirannya. Lentera tersenyum lalu ia masuk ke kamar untuk beristirahat

Aku diam di ruang tengah, dan sekarang aku bingung harus apa dan bagaimana sampai akhirnya aku larut dalam mimpi.

Larut malam aku terbangun dan aku baru menyadari jika aku meninggalkan Dila di kantor ayahnya, aku segera pergi ke kantor ayahnya Dila namun aku tidak melihat Dila di sana. Entahlah aku harus senang atau sedih karena di satu sisi aku senang Dila pulang tanpa menungguku hingga larut begini, tapi di sisi lain aku sedih dan kecewa karena Dila tidak setia untuk menungguku

WHY (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang