(9)

8.6K 616 25
                                    

Jimin menarikku pergi dari aula dan membawaku ke kantorku, ia mengunci pintu kantorku.

aku berdiri di belakangnya, aku tidak pernah melihat Jimin semarah ini. dia terlihat— sedih.
tiba-tiba Jimin berbalik dan menghadapku, mataku membesar dan aku menelan ludahku, Jimin menatapku— tatapannya tidak ku kenal.

dia menarikku.

mataku membesar saat bibirnya menyentuh bibirku. dia menciumku dengan kasar, aku mendorongnya. aku merasa ini salah—

"Jimin—" aku mendorongnya, ciuman kami terlepas. "apa yang kau lakukan?!"

Jimin menarikku lagi melumat bibirku dengan penuh gairah. lama kelamaan aku terbuai dengan lumatannya.

Jimin menarik diri dari lumatannya, "how come I never touch you even once?" Jimin menatapku sebentar sebelum melumat bibirku lagi. tatapannya membuatku sedih, dia terlihat kesakitan.

kali ini aku membalas lumatannya. lidah kami saling bertautan, Jimin membuat tubuhku terus mundur sampai punggungku menyentuh dinding.

aku merasa tangan Jimin menyentuh pinggangku, ia mengelus tubuhku sampai ke pahaku yang terbuka. tangannya tiba-tiba mulai membuka kancing bajuku.  tangannya mengelus kulit perutku, membuatku mendesah di sela-sela lumatannya.

tanpa membuang waktu, Jimin melepas lumatannya lalu membuka bajuku dan menjilati leherku.

tiba-tiba—

tok!
tok!
tok!

"nyonya, apa kah anda baik-baik saja?"

Jimin dan aku saling bertatapan mendengar suara asistenku.

Jimin melanjutkan aktivitasnya di leherku sambil berbisik disela-sela kecupan dan jilatannya.

"jangan berisik."

"e-eoh. aku baik-baik saja."

aku bernafas lega ketika mendengar langkah kaki asistenku menjauh.

tangan Jimin mulai lagi. ia meremas payudaraku, aku menggigit bibirku agar tidak mendesah terlalu kuat.

"n-nnghhh"

kecupan Jimin turun keatas dadaku, tangan kirinya membuka kaitan braku, dengan sekejap ia membuka braku.

ia langsung menghisap putingku seperti orang gila. tubuhku menggelinjang seperti orang gila pula, aku menatap Jimin yang juga menatapku, tatapannya penuh gairah yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. aku terus menggigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara.

Jimin berhenti menghisap putingku, ia menarikku dan membaringkan ku di sofa, ia naik keatas tubuhku lalu membuka bajunya.

mataku melebar menatap perut dan dadanya yang sangat terbentuk. tanpa sadar tanganku meraba perutnya, ia menepis tanganku.

"jangan sentuh aku."

he makes me even more turn on with his domanation side. aku membatin sambil mengangguk.

dia menarik rok dan celana dalamku, sekarang aku benar-benar telanjang. dia menatap tubuhku.

"kau tahu? waktu itu— aku melihat tubuhmu seperti ini, tapi aku tidak melakukan apa-apa karena kau sedang pingsan." Jimin tersenyum.

aku menatapnya bingung, belum sempat aku berreaksi, tangannya menarik kakiku membuatku menganggkang lalu tubuhnya sedikit menjauh dan ia meletakan kepalanya di depan vaginaku.

aku sangat terkejut dan berusaha mentutup kakiku, aku sangat malu. namun Jimin menahan pahaku.

"a-aku malu."

Don't You Dare [Park Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang