Jimin POVAku dan Namjoon sampai lebih dulu kelokasi Jennie berada, aku dan Namjoon langsung menyadari satu hal, ini adalah rumah orangtua Jennie sebelum mereka pindah ke Ilsan. Rumah sederhana yang terlihat biasa-biasa saja, yang aku fikir sudah dijual oleh keluarga Jennie, menjadi tempat pilihan Jennie untuk menculik kedua putraku. Hal pertama yang aku lakukan saat keluar dari mobil adalah melangkah cepat hendak membuka pintu gerbang yang memisahkan halaman rumah dan jalanan, tapi Namjoon menahanku, aku menengok kebelakang dan melotot kearah Namjoon, "apa yang kau lakukan?! lepaskan aku! biarkan aku masuk! kedua putraku sedang diculik, dan penculiknya ada didalam rumah ini, kau bajingan!" aku sangat marah, atau sebenarnya aku hanya cemas dan khawatir akan terjadi sesuatu pada kedua putraku.
"Hei!," Namjoon balas melotot padaku, "dasar bodoh, bukankah ini terlihat mencurigakan? Jennie seperti sengaja membiarkan kita dengan mudahnya menemukan lokasi keberadaanya! aku hanya ingin kau berhati-hati!"
aku mengabaikan Namjoon, aku memutar bola mataku lalu menepis tangan Namjoon yang mencengkam bahu kiriku, Namjoon tidak mengerti, Jiha dan Yohan didalam rumah ini, didalam rumah yang berada di depanku saat ini, aku harus masuk kedalamnya jika ingin menyelamatkan kedua putraku, tidak peduli bagaimana caranya, karena aku adalah ayah mereka. Karena aku....mereka mengalami semua ini.
----------
TAEHYUNG POV
saat tiba dilokasi Jennie, aku melihat mobil Namjoon terpakir di depan sebuah rumah yang aku asumsikan adalah tempat Jennie berada, karena mobil Namjoon terlihat tidak ada orang didalamnya, Hana tidak berfikir panjang dan langsung berlari kearah rumah itu sesaat setelah mobilku terparkir, aku mengikuti Hana dari belakang sambil melihat keadaan sekitar, ini terlihat seperti daerah pemukiman warga pada umumnya, tidak ada yang mencurigakan.
aku dan Hana melewati gerbang yang memisahkan halaman rumah ini dengan jalan, Hana masih berlari menuju pintu utama untuk masuk kedalam rumah, awalnya aku melihat Hana berulang kali memencet bel dan berteriak, "Buka pintunya! Yha, Jennie! Buka-"
aku mencoba mendorong pintu utama. Pintu terbuka, hal ini membuatku aneh, kenyataan bahawa pintu itu bahkan tidak dikunci, sesaat setelah pintu terbuka, aku dan Hana mulai memasuki rumah itu, aku menahan tangan Hana mencegahnya untuk tidak gegabah dan berlari kesana kemari mencari Jiha dan Yohan, kami berjalan bergandengan menuju ruangan yang aku fikir ini adalah ruang keluarga, ada TV, sofa—
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh!"
sontak aku dan Hana menoleh kearah kiri, suara wanita berteriak sangat keras dari arah kiri, aku dan Hana segera menghampiri pintu yang berada di sisi kiri ruangan, pintu itu terlihat sedikit terbuka, saat benar-benar di depan pintu itu, aku mendorongnya dan terlihatlah halaman belakang rumah ini yang cukup besar dengan satu bangunan terpisah di ujung halaman. Kami berjalan lurus kearah bangunan itu, semakin dekat jarakku dan Hana ke bangunan itu semakin jelas kami mendengar wanita beteriak, suara Jimin dan Namjoon. samar-samar terdengar suara anak kecil menangis, sontak Hana dan aku berlari mendengar ini, aku menendang pintu bangunan itu lalu mendapati Jimin dan Namjoon dibalik pintu, dengan Jennie di hadapan mereka. Hana berteriak ketika mendapati Jiha dan Yohan dibelakang Jennie, Jiha menangis dan memanggil Hana dengan histeris, Yohan duduk terdiam menatap nanar kearah Hana dan Jiha bergantian. ketika Hana gegabah ingin mendekati Jiha yang berada di belakang Jennie, Jennie menarik Jiha dan menodongkan pistol kearah Hana, Jimin langsung menarik Hana memposisikan Hana kebelakangnya. aku menarik Hana kearahku dan merangkul tubuhnya yang gemetar dan lemah.
"Jennie—" Jimin berjalan perlahan-lahan kearah Jennie, Jennie melotot dan menyeringai seperti oranh gila menatap Jimin. "Jennie, ini tidak benar. kau bukan orang seperti ini Jennie."
"oh Jimin, kau tentu tidak tahu aku orang seperti apa!" Jennie berteriak membuat Jiha semakin menangis histeris dan Yohan yang sekarang mulai gemetar dan menangis dibelakang Jennie. Hana berteriak dan memberontak ingin menggapai Jiha dan Yohan, namun aku dan Namjoon menahannya. Jennie kembali mengarahkan pistol kearahku dan Hana yang berada di belakang Jimin.
Namjoon menarik Jimin perlahan dan kali ini ia berhadapan dan menatap Jennie, "Jennie," Namjoon maju selangkah namun Jennie semakin agresif, melotot dan mendorong Jiha kebelakangnya dengan kasar, Jiha yang menangis dan gemetar terdorong kearah Yohan, tangan kecil Yohan menggapai Jiha dan menariknya mendekat, Hana berteriak frustasi, Jimin berulang kali berteriak karena frustasi, aku mencoba tenang disaat seperti ini setidaknya harus ada satu orang yang tenang dan dapat berfikir jernih. Namjoon mengulurkan tangannya kearah Jennie yang masih menodong kan pistol lurus kearahnya, tatapan Jennie dingin, Namjoon maju selangkah lagi mendekati Jennie, "Jiha dan Yohan— kau harus melepaskan mereka berdua, Jennie. mereka hanya anak-anak, mereka tidak ada hubungannya dengan masalah orang-orang dewasa seperti kita."
Jennie mengangkat alisnya sebelah, aku bisa melihat tangannya yang memegang pistol gemetar, Jennie tertawa, "Tidak ada hubungannya?" Jennie menatap sinis kearah Namjoon sambil tersenyum miring, "yha Kim Namjoon, tentu saja bocah-bocah kecil ini ada hubungannya dengan masalahku, Jimin dan Hana. Oh jika kau dan Taehyung ingin ikut berperan dalam masalah ini, aku tidak masalah" Jennie tertawa lagi membuatku muak.
"Yha, Jennie, kau fikir ini lucu?!" aku berteriak dari belakang Namjoon dan Jimin. "kau fikir menculik Jiha dan Yohan, serta menodongkan pistol kepada orangtua mereka didepan mata mereka membuat mu akan mendapatkan keinginanmu?!" aku melepas Hana dari rangkulanku, Hana sepertinya sudah dapat berfikir jernih untuk tidak gegabah berlari kearah Jiha dan Yohan karena saat ku lepaskan dia hanya menangis dan gemetar menatap Jennie, Yohan dan Jiha bergantian.
"Wow, kalian semua disini benar-benar ingin menjadi pahlawan, huh?" Jennie tersenyum miring kini menurunkan pistol yang tadinya ditodongkan kearah Namjoon. "kalian tahu apa hubungannya Jiha dan Yohan dengan semua ini?"
tidak ada yang menjawab Jennie. hanya terdengar suara nafas dan isak tangis memenuhi ruangan sebelum akhirnya Jennie berkata, "Jimin tidak akan terlepas dari tanganku seandainya Jiha dan Yohan tidak ada di dunia ini"
"Yha! kau adalah manusia terbodoh yang pernah aku temui di dunia ini!" aku menarik Jimin dan kini berdiri didepan Jimin, berdiri disamping Namjoon dan menatap manusia terbodoh yang kini menodongkan pistol kearahku. "kau fikir dengan seperti ini kau akan merubah keadaan? Jimin akan kembali kepadamu? Namjoon akan tetap menuruti kemauanmu? semua orang akan kembali dapat kau kendalikan dengan kemampuan manipulasi mu yang sangat hebat itu lagi?" aku terkekeh sinis.
Aku berhenti terkekeh dengan tiba-tiba, ku tatap Jennie dengan tajam, "Kau. sakit jiwa. tolol. bodoh. gegabah. jahat. manipulatif. dan kau fikir dengan semua yang sudah kusebutkan tadi kau bisa mendapatkan yang kau mau? Hah, bahkan aku yang tidak terlalu mengenalmu dapat melihat bahwa kau tidak akan pernah mendapatkan apapun, sekarang ataupun nanti." Jennie terlihat sedikit terguncang karena kata-kataku, bibirnya gemetar, air mata mengalir di pipinya, tangannya yang menodongkan pistol sedikit gemetar.
"KAU SALAH!" Jennie tiba-tiba berteriak padaku dan kembali menatapku dengan tajam disela-sela tangisannya. "Aku adalah Jennie. aku pasti akan mendapatkan apa yang kumau. bagaimanapun caranya! hidupku-" Jennie menarik nafas dalam disela tangisannya, aku memutar bola mataku, "hidupku menjadi seperti i-ini karena dia!" Jennie mengarahkan pistol kearah Hana, aku menoleh kebelakang mendapati Jimin dengan cepat menarik Hana untuk berdiri di belakangnya, kini pistol Jennie mengarah tepat kepada Jimin. Jennie berteriak frustasi saat melihat Jimin melindungi Hana. Namjoon langsung menarikku kebelakang, dan langsung berjaga-jaga jika seandainya Jennie lepas kontrol dan melakukan skenario terburuk.
"Eomm-" Yohan membuka mulutnya, suara kecil dan gemetar keluar dari mulut mungilnya, "Eomma, a-aku takut." aku menoleh kearah Hanna dibelakang, Hana hendak berlari kearah Jennie namun lagi-lagi ia ditahan oleh Jimin kali ini.
Jennie menoleh kebelakang, "DIAM! aku bukan ibumu!"
"eomma-" Yohan makin menangis dan gemetar.
Hana berteriak dan semakin meronta dari pelukan Jimin. "Jennie! Jennie, Tolong— tolong lepaskan anak-anakku!" Hana masih berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Jimin dan aku yang sontak menarik tangannya berbarengan dengan Jimin karena Hana meronta seperti orang gila. "Jennie aku akan melakukan apapun-" Hana menangis lemah, suaranya melemah, tubuhnya melemah, "apapun. apapun."
![](https://img.wattpad.com/cover/131292512-288-k99939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't You Dare [Park Jimin BTS FF]
Fanfictiongadis itu sangat mencintai lelaki tampan berambut keemasan yang berada di depannya saat ini. lelaki itu menatap gadis berambut coklat panjang itu dengan datar. "apa yang kau lihat?" tegurnya mendapati gadis itu memandangi wajahnya. "ah tidak ada."...