"Jimin, kau terlalu memanjakan Jiha."
Jimin tersenyum sambil menatapku, aku mengalihkan pandanganku darinya, tidak nyaman di pandang seperti itu olehnya. "kau saja yg terlalu keras padanya."
aku menghela nafas. "aku tidak mau dia menjadi anak manja sepertimu."
"yhaa, aku tidak manja."
——————
"eomma, appa dimana?" Jiha bertanya dengan polos padaku. aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku, "tidak tahu. kau selalu mencari appa disaat eomma ada di hadapanmu. Jiha tidak mencintai eomma lagi." aku pura-pura menangis.
Jiha naik keatas sofa lalu berdiri di sebelahku dan memelukku ya yg duduk di sofa. "cinta eomma. Jiha cinta eomma dan appa. dan samcheon. dan harabeoji dan halmeoni."
aku terkekeh mendengar ucapan polos Jiha. aku memeluk Jiha dan menciumi wajahnya membuat Jiha terkekeh. "kau selalu merindukan appamu."
saat tidur Jiha seringkali mengigau memanggil appanya, kadang aku jadi berfikir untuk memberikan Jimin kesempatan lagi melihat Jiha sangat mencintai Jimin sebegitunya. namun—"telfon appa."
"hm?"
"appa."
aku terkekeh lalu mengambil ponselku lalu mencari nomor Jimin dan menelfonnya. Jiha merebut ponselku ketika mendengar suara Jimin di speaker ponselku. dengan sekejap Jiha meninggalkanku lagi untuk berbicara dengan Jimin.
sudah hampir 2 bulan aku di Korea dan semua berjalan dengan baik akhir-akhir ini. kecuali tentang perceraianku, Jimin masi tidak mau menandatangani surat perceraian. itu membuatku frustasi sekaligus sedikit membuatku meragu, haruskah aku benar-benar memberinya kesempatan kedua?
-----
aku masih rutin mengirimkan surat cerai kepada Jimin setiap hari. walaupun yah-- tidak ada satupun yang dia tanda tangani.
aku sedang dirumah sore hari itu, besok adalah hari ulang tahun ku. orangtua ku bersikeras ingin merayakannya di rumah mereka.
-----
aku terbangun dengan banyak sekali notifikasi pesan di ponselku, aku tersenyum melihat ponselku mendapati banyak sekali ucapan selamat ulangtahun untukku. aku melihat Jiha di sampingku yang sedang berbaring melamun menatap atap kamarku, aku terkekeh "Jiha, apa yang kau fikirkan?"
Jiha menggelengkan kepalanya dan menoleh kearahku. aku tesenyum dan menariknya kepelukan ku, menghujani wajahnya dengan kecupan yg membuatnya terkekeh.
I guess it'll be a good day
I thought.
--
"Happy Birthday, To you~~"
aku tersenyum mendengar orang-orang melantunkan lagu ulangtahun untuk menyelamatiku, aku duduk di meja besar itu berhadapan dengan kerabat-kerabat yang di undang oleh orang tuaku tentu saja.
Jimin dan orang tuanya hadir. tentu saja.
orang tua Jimin sangat senang melihat Jiha tumbuh menjadi anak yang pintar dan ceria. mereka tidak berhenti tersenyum memperhatikan gerak-gerik Jiha. aku senang, sungguh.
Aku sedang berbincang dengan kerabat-kerabatku yang menghadiri pesta ulangtahunku, ketika tiba-tiba Jimin muncul dihadapanku, "Whoaa" aku terkejut, "ada yang dapat ku bantu, Jimin-ssi?" aku menatap Jimin dengan bingung melihatnya tersenyum seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't You Dare [Park Jimin BTS FF]
Fanficgadis itu sangat mencintai lelaki tampan berambut keemasan yang berada di depannya saat ini. lelaki itu menatap gadis berambut coklat panjang itu dengan datar. "apa yang kau lihat?" tegurnya mendapati gadis itu memandangi wajahnya. "ah tidak ada."...