(24)

10K 655 149
                                    

aku merobek surat perceraian di depan wajah Hana. "aku tidak mau bercerai, Hana."

Hana melotot menatapku dengan kesal, "apa yang kau lakukan?!"

"Merobek surat tidak berguna ini."

Hana menatapku dengan tajam. "aku akan mengirimkan surat itu setiap hari ke sini sampai kau menandatanganinya."

aku menatap Hana dengan lembut. "Hana, aku tidak memintamu menerimaku kembali. hanya saja- tolong jangan bercerai-"

"apa lagi yang kau harapkan dari pernikahan ini Jimin-ssi?"

aku menghela nafas. "aku hanya mengharapkan Jiha tumbuh dengan kasih sayang ayah dan ibunya. jika kau tidak bisa melakukan ini untukku, lakukan ini untuk Jiha."

Hana terdiam mendengar kata-kataku. "Jiha tidak memerlukan ayahnya." Hana berkata sambil terus menatap surat di tangannya.

"Hana, aku tetaplah ayah Jiha."

"Kau pernah tidak mengakuinya!" Hana berteriak padaku, akhirnya dia meluapkan kekesalanny dan kemarahannya padaku. dua butir air mata jatuh di pipinya, aku menggigit bibirku. "maafkan aku Hana, aku sangat bodoh waktu itu mempercayai rencana Jennie."

Hana menghapus air mata di pipinya, "cukup tanda tangani ini." Hana memberiku salinan surat perceraian lagi.

"Tidak akan." aku merobeknya lagi.

"asshole." Hana berkata lalu pergi meninggalkan kantorku dengan frustasi.

—————

Hana POV

aku menjemput Jiha dirumah orangtuaku, aku sudah berbaikan dengan appa, namun aku tetap menolak tinggal dirumah mereka, lebih baik aku tinggal di appartemen kecilku dengan uangku sendiri, itu membuatku merasa aman dan nyaman bersama Jiha.

Jiha meraih tanganku saat ia melihatku di depan pintu, "eomma!"

"aigoo, jagoanku!" aku mengangkat Jiha lalu mengecup pipinya. "halmeoni, tidak memberimu coklat kan?" Jiha menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuatku terkekeh.

"tenang saja, tidak ada coklat, dan permen hari ini." eomma ku berkata, aku memeluk eomma sebelum berpamitan.

saat tiba di appartemenku, aku menghela nafas melihat Jimin didepan pintu appartemenku dengan beberapa kantong mainan di tangannya, Jiha yang sedang berjalan di depanku berhenti ketika melihat Jimin.

"Ahjussi, nuguseyo?" Jiha bertanya dengan lugu, membuatku tersenyum, aku melihat Jimin membungkuk lalu tersenyum.

"aku appamu."

—————

aku menggendong Jiha yang menangis, mencoba menenangkannya. "Samcheon! aku. mau. samcheon."

"Samcheon?" Jimin duduk di hadapanku memiringkan kepalanya.

aku menghela nafasku. "Taehyung."

"ah-," Jimin mengangguk. "Jiha-ya, kau tidak mau bermain dengan appa???"

"Tidak mau!"

aku terkejut dengan jawaban Jiha, aku melihat Jimin yang terlihat sedih. mau tidak mau aku merasa buruk melihat Jiha memperlakukan Jimin seperti orang asing, sedangkan Jiha langsung akrab waktu itu dengan Taehyung.

"Jiha," aku mencoba membujuk Jiha. "appa membawakanmu banyak mainan dan baju baru." Jiha menoleh kearah Jimin yang membawa beberapa kantong mainan dan baju baru. Jimin tersenyum pada Jiha.

"toys?"

Jimin mengangguk.

aku menurunkan Jiha, Jiha perlahan-lahan berjalan kearah Jimin yang menyambutnya dengan hangat. "aku membelikan mu mobilan besar! kau mau lihat?" Jiha mengangguk. Jimin mengeluarkan mainan mobil untuk Jiha membuat Jiha melompat bahagia.

Don't You Dare [Park Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang