(22)

7.4K 596 147
                                    

2 tahun kemudian

————

"Jiha! lepas celanamu!" aku berlari mengejar putraku yang berlari karena ia tidak ingin mandi bersamaku.

ya, Shin Jiha, Putraku. akhir tahun ini Jiha akan berumur 2 tahun. aku dan Jiha sudah terbiasa hanya memiliki satu sama lain, aku melahirkan seorang diri tanpa pendamping, aku mengurus Jiha seorang diri, Jiha tumbuh tanpa seorang ayah, kakek, nenek ataupun keluarga lainnya. aku memiliki beberapa toko kue disini, 1 tahun lalu aku membukanya bersama seorang teman, Namjoon.

Namjoon juga sama seperti ku, orang korea yang pindah ke London untuk mengadu nasib, aku bertemu Namjoon saat aku dirumah sakit akan melahirkan Jiha, aku sedang menangis turun dari taksi seorang diri, ia membantu menenangkanku dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja dengan bahasa korea yang membuatku terkejut sekaligus merasa nyaman, sejak saat itu Namjoon menjadi teman baikku. dia mengetahui drama hidupku dan selalu menguatkanku, mengatakan sekarang aku memilikinya.

aku memulai bisnis rotiku bersama Namjoon, 6 bulan pertama sangat berat, beberapa kali di tipu supplier, bangkrut dalam satu minggu, dan rintangan lainnya, tapi aku dan Namjoon terus berusaha hingga satu tahun akhirnya kami sudah memiliki 3 cabang di London, walaupun itu hanya cabang kecil, aku tetap bangga atas kerja kerasku dan Namjoon.

————

"Hana, kau pernah terfikir untuk kembali ke korea?" Namjoon duduk di sampingku di sofa nyaman apartemenku sambil menatapku dengan penasaran.

aku menggelengkan kepalaku. "aku berharap untuk tidak akan pernah lagi kembali ke korea."

"kau tahu Jiha suatu saat pasti menginginkan untuk bertemu ayah atau keluarganya di korea."

aku hanya diam, aku sudah pernah memikirkan hal ini. "aku berharap Jiha tumbuh di London." aku tersenyum tipis pada Namjoon.

Namjoon menghela nafas, "kau harus mulai membaca baca berita korea."

aku mengerutkan dahiku, "wae?"

"suamimu jatuh sakit."

sesuatu di dadaku seperti tertikam pisau, namun aku tetap memasang wajah masa bodoh, "bukan urusanku." aku memalingkan wajahku dari Namjoon, "lagi pula dia bukan suamiku."

Namjoon menarikku untuk menatapnya, "bagaimanapun dia adalah ayah Jiha."

aku terdiam.

——————

aku memberanikan diriku mengetik 'Park Jimin' di google. mengklik button search membuatku memejamkan mata, aku panik.

aku membuka mataku mendapati berbagai artikel berita yang membuat duniaku berhenti berputar.

'Park Jimin, dikabarkan mengidap penyakit parah'

'dikabarkan mengidap penyakit parah, seperti ini respon Park Jimin'

'Sirosis Hepatis, penyakit yang diderita Park Jimin membutuhkan donor hati'

aku langsung menutup laptop ku. "aku tidak peduli" aku meyakinkan diriku. tidak bisa ku pungkiri, jantungku masih berdetak untuknya. tapi aku harus kuat demi Jiha.

aku berdiri dan pergi kekamar Jiha, Jiha sedang tertidur lelap. aku mengelus pipinya, Jiha sangat mirip dengan Jimin, dengan pipinya yang chubby, eyesmile nya yang sangat miirp dengan Jimin, membuatku benar-benar tidak bisa melupakan Jimin. tiap melihat Jiha, aku seperti ingin menangis karena mendapati diriku merindukan Jimin.

aku mengelus rambut coklat Jiha yang sama seperti rambutku, "haruskah kita pulang ke korea?" aku bergumam sambil mengelus rambut anakku yang tertidur itu.

Don't You Dare [Park Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang