AG-31

1.8K 328 14
                                    

Chanyeol membuka matanya perlahan. Dia melihat ruangan asing yang rasanya dia tidak nyaman dengan aromanya.

Chanyeol yakin sekarang berada di Rumah Sakit. Peristiwa yang dia ingat terakhir kali, dia harus membanting setir keluar dari badan jalan saat menghindari kendaraan lain dari arah berlawanan. Setelahnya terasa gelap dan dia hilang kesadaran.

Pintu kamar perawatannya terbuka. Dia sempat melihat sosok tegap berjas berjaga diluar pintu. Tidak lama dia melihat tuan Do masuk dikawal seorang pria berjas membawa map dan tas kerja.

"Apakah kau sudah sadar?" Tanya tuan Do sesaat setelah sampai di pinggir ranjang Chanyeol.

"Aku sangat kecewa saat kau berusaha ingin membawa kabur anakku. Kau tau, dia adalah aset ku paling berharga saat ini. Aku bangga saat dia juga mengambil kuliah di jurusan bisnis. Dia bisa berfikir untuk tidak membuang waktunya di jurusan oceanography. Aku juga bangga saat dia mulai merintis bisnis bersama sahabat-sahabatnya..."

"... Kyungsoo adalah anak yang patuh. Tidak seperti hyungnga yang memberontak. Dia sangat menyayangi adiknya walaupun beda ibu. Dia juga selalu mengunjungi oemmanya yang terganggu kejiwaannya. Yang paling istimewa adalah, dia memaafkan aku. Appanya. Yang sempat menyakitinya..."

"...ku harap kau mengerti kenapa aku tidak membiarkan kau hidup bersamanya."

"Kyungsoo bahagia jika bersamaku!"

"Dia bahagia? Kau terlalu muda unthk menafsirkan arti bahagia. Kau tidak memiliki apa-apa untuk kau berikan pada Kyungsoo."

"Tapi kami saling mencintai."

"Jangan berhalusinasi anak muda. Cinta itu butuh materi. Kau tidak bisa membahagiakan anak ku hanya bermodal cinta. Dia berharga untuk ku."

"Jangan menghalangi kami! Kami saling mencintai!"

"Ck! Kau keras kepala sekali. Tidak ada cara selain langkah ini. Tuan Lee, berikan berkas yang saya minta..."

"... Apakah kau tau restoran Viva Polo? Ku dengar keluarga kalian bergantung sama restoran ini. Dan apa yang sudah kau lakukan dengan restoran ini, tuan Lee?"

"Ada nyonya dan tuan Park di restoran. Saya sempat merekam kegiatan mereka. Dan saya sempat menangkap kalau restoran ini tidak steril dan terancam ditutup jika pengawas makanan mengetahui rekaman ini."

"Kau! Kalian mengada-ada. Restoran kami mengutamakan kebersihan!"

"Tuan Lee, tunjukkan rekamannya."

Asisten tuan Do memberikan rekaman kepada Chanyeol. Dengan jelas Chanyeol melihat beberapa tikus dan kecoak lewat di sekitar restoran mereka.

"Kau!" Teriak Chanyeol sedikit geram.

"Dan, ummmm... Apakah kau mengenal nona manis bernama Park Yoora?" Tuan Do duduk menyilangkan kaki di sofa dengan nyaman.

"Jangan berani sentuh noona ku!"

"Aku tidak akan menyentuhnya jika kau menuruti mau ku."

"Kau! Ternyata kau lebih rendah dari yang ku bayangkan!"

"Mana sopan santunmu, anak muda?"

"Cih! Kau tidak layak untuk dihormati. Aku tidak menyangkan Kyungsoo memiliki appa sepertimu."

"Tenang anak muda. Aku melakukan ini untuk Kyungsoo. Aku yakin kau akan melakukannya jika kau memiliki anak kelak..."

"...aku hanya meminta, menjauh dari anakku. Jika kau menjauh, aku tidak akan menyentuh keluargamu. Tapi kau tau akibatnya jika kau tetap keras kepala. Aku melindungi anakku, dan kau melindungi keluargamu."

"Pikirkan lagi. Ku yakin Kyungsoo sebentar lagi akan masuk keruangan ini. Dia terlalu lemah, tapi kau lebih banyak mendapatkan luka-luka. Semua biaya Rumah Sakit aku yang tanggung, dan ku harap setelah ini kau tidak muncul lagi di hadapan kami."

Tuan Do bersama asistennya keluar dari kamar perawatan Chanyeol. Meninggalkan Chanyeol yang merenung menatap langit-langit kamar Rumah Sakit. Dia sungguh dihadapkan pada pilihan yang sulit.

......

"Gwenchana?" Suara lemah seorang pria mungil memasuki kamar perawatan Chanyeol menggunakan kursi roda.

"Ah, Kyungsoo. Aku baik-baik saja. Aku sudah sadar. Bagaimana denganmu?"

"Aku hanya mengalami luka ringan. Sudah tidak apa-apa sebenarnya. Tapi aku terlalu lemah untuk berjalan."

"Baguslah." Chanyeol berusaha bangkit dari tempat tidurnya, ingin menatap Kyungsoo lebih jelas.

"Aku tidak tau akan sesulit ini, Chan..."

"Aku juga."

Hening cukup lama. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

"Aku tidak bisa melanjutkannya." Chanyeol berkata lirih, berusaha menahan pedih disetiap kalimat yang dia ucapkan.

"Chanyeol..."

"Aku tak yakin perjalanan kita kedepan akan berjalan mulus. Jika tuan Do memberikan restu, bagaimana dengan keturunan? Benar kata orang-orang. Aku tidak bisa memiliki anak jika bersamamu."

"Chanyeol?" Kyungsoo menatap Chanyeol dengan heran. Tidak pernah sekalipun mereka membicarakan soal keturunan. Yang mereka tau, mereka saling mencintai dan ingin hidup bersama.

"Maafkan aku Kyung. Aku sadar kalau jalan yang kita tempuh akan panjang. Dan jalan itu pasti sangat berliku. Ini masih awalnya saja, dan akan banyak rintangan lainnya. Aku juga ingin memiliki seorang anak Kyung. Dan aku tidak bisa mendapatkannya darimu."

"Chan, kau berjanji tidak akan meninggalkan aku."

"Maafkan aku sunbae..."

"Sunbae? Mana panggilan sayangmu untukku? Kau bilang kau mencintaiku? Kenapa kau menyerah? Kita bisa melewatinya bersama?"

"Mianhe... Aku keliru selama ini sunbae..."

"Kau gila! Sudah selama ini kita menjalaninya, dan kau bilang kau keliru?!"

"Mianhe sunbae... Aku baru sadar. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku merasa lelah. Aku baru sadar aku tidak sepenuhnya mencintai sunbae. Aku hanya terobsesi."

"Kau!" Air mata tidak bisa dibendung dari wajah Kyungsoo. Dia sungguh terkejut mendengar jawaban dari Chanyeol.

"Mianhe sunbae. Aku mengecewakan sunbae. Tapi aku tidak bisa meneruskan hubungan ini. Aku tidak bisa memaksakan memperjuangkan hubungan yang aku sendiri tidak tau akan dibawa kemana."

Kyungsoo hanya terdiam. Dia kecewa karena sedikitpun tidak ada raut menyesal dari wajah Chanyeol. Sepertinya Chanyeol bersungguh-sungguh dalam setiap ucapannya.

"Ku harap kau tidak pernah lagi muncul di hadapanku, Park Chanyeol!" Kyungsoo memutar kursi rodanya dan meninggalkan Chanyeol yang menatapnya dengan yakin.

Sepeninggalan Kyungsoo dari ruang perawatannya, Chanyeol menangis dalam diam. Dia terisak sambil menggigit selimut untuk meredam suara tangisannya. Diremasnya dadanya yang terasa sakit sekali. Dia harus melepaskan orang yang sudah diperjuangkannya sampai sejauh ini.

TBC

ᴀʙᴀɴɢ ɢᴇᴍᴇᴢ - [𝘛𝘢𝘮𝘢𝘵]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang