Cry If You Want To Cry

4.1K 541 25
                                    

Note : Ambil baiknya dan buang buruknya dari cerita ini. Jangan terlalu diambil serius karena ini hanyalah sebuah imajinasi yang tercipta dari otak saya.

Sejak kecil, Jeon Jungkook sudah dididik keras oleh ayahnya. Ia bahkan tidak pernah menangis karena ayahnya pernah mengatakan bahwa 'laki-laki itu harus kuat, jangan sekalipun menangis. Jika kau menangis berarti kau hanyalah laki-laki lemah'.

Didikan ayahnya membentuk kepribadian Jeon Jungkook menjadi seseorang yang tegas, dingin, dan kaku. Tegas ketika ia sudah memutuskan suatu keputusan, entah urusan perusahaan yang ia pimpin atau yang lainnya. Dingin, dingin sikapnya hingga tak pernah sekalipun ia menunjukan rasa kasih sayang terhadap siapapun. Kaku, kaku dalam mengekspresikan perasaannya.

Dan yang sanggup menghadapi kepribadian Jeon Jungkook hanyalah kekasihnya Park Jimin. Dari semua mahluk yang ada dikehidupan Jeon Jungkook, hanya Jimin lah yang paling mengerti sikapnya. Hanya Jimin lah yang sanggup menghadapi dinginnya seorang Jeon Jungkook.

Sudah satu tahun Park Jimin menyandang status sebagai kekasih Jeon Jungkook, tapi Jungkook tetaplah Jungkook yang dingin dan kaku. Selama satu tahun, tak pernah Jeon Jungkook memperlakukan Jimin layaknya pasangan yang lain lakukan. Tapi Jimin tak pernah mengeluh karena ia mengerti, Jungkook hanya terlalu kaku untuk memperlakukan dirinya sebagai pasangannya.

Jimin saja masih ingat, betapa kakunya Jungkook saat ingin berkenalan dengannya setelah mereka berdua sering bertemu di cafe yang sama berulang kali. Sungguh menurutnya itulah hal yang paling mengesankan didalam hidupnya melihat bagaimana berjuangnya seorang Jeon Jungkook untuk mendapatkannya.

Park Jimin, merupakan seorang mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi. Maka tidak heran, mengapa Jimin begitu sabar menghadapi Jeon Jungkook. Jimin tau, sebenarnya Jeon Jungkook adalah orang yang penyayang namun karena masa kecilnya yang tak pernah diberikan kasih sayang layaknya anak kecil lainnya membuat Jungkook tak mengerti bagaimana caranya menyampaikan rasa kasih sayang kepada orang lain.

Selama menjadi kekasih Jeon Jungkook, Park Jimin tak pernah mengharapkan perlakuan spesial dari kekasihnya. Walaupun begitu, Jimin tetaplah Jimin yang perhatian. Ia tak pernah lupa mengantarkan bekal yang ia buat untuk kekasihnya itu ke kantornya. Ia juga tak pernah lupa memberikan kecupan kecupan kecil pada wajah tegas Jungkook disaat ia merindukannya. Tak lupa pula Jimin selalu memberikan pelukan singkat disaat kekasihnya itu sedang penat karena pekerjaannya yang menumpuk, walaupun pelukannya tak pernah dibalas oleh Jungkook, Jimin tak peduli. Karna ia pikir, ia harus memberikan Jungkook seluruh kasih sayang dan cintanya agar Jungkook perlahan mengerti, bagaimana rasanya menerima sentuhan dan perlakuan kasih sayang yang belum ia dapatkan.

⚜️

Hari ini, hari yang tidak diduga duga. Ayah Jeon Jungkook beristirahat untuk selamanya. Namun selama acara pemakaman, Jimin hanya melihat mata Jungkook yang basah namun tak mengeluarkan air mata. Walaupun Jungkook tetap memasang ekspresi datar pada wajahnya, tapi Jimin tau bahwa Jungkook bersedih.

Jimin tau, Jeon Jungkook sangat menyayangi ayahnya walaupun ayahnya adalah sosok ayah yang kaku dan tegas pada Jeon Jungkook. Karena tidak ada anak didunia ini yang tidak menyayangi orang tuanya, sejahat apapun orang tuanya.

Jimin memutuskan untuk tinggal di apartemen Jungkook setelah acara pemakaman selesai. untuk memastikan bahwa kekasihnya itu baik-baik saja. Karna ia tau didalam hati kekasihnya itu, Jungkooknya tidak baik-baik saja.

⚜️

Minuman cokelat panas, menemani Jungkook dan Jimin dari dinginnya suhu karena langit yang sedang menurunkan hujannya.

"Sayang kau tidak istirahat?" Tanya Jimin pada Jungkook yang masih berdiri didepan jendela yang memperlihatkan lampu lampu kota.

"Sebentar lagi" balas Jungkook.

Jimin tersenyum maklum, ia menaruh gelasnya dan berjalan mendekati sang kekasih lalu memeluknya dari belakang.

"Paling tidak kau tidak berdiri seperti ini, apa kau tidak pegal?" Ucap Jimin.

Jungkook berbalik dan melihat Jimin tepat pada matanya.

"Mau temani aku tidur?"

Tanpa menjawab Jimin meletakkan gelas yang Jungkook pegang dan dengan riang menarik tangan kekasihnya itu menuju kamar pribadi kekasihnya. Lalu mengajak Jungkook berbaring disampingnya.

Jungkook tidak menolak, Jungkook segera merebahkan tubuhnya dan menarik Jimin dalam dekapannya. Jimin yang baru mendapat perlakuan seperti itu dari Jungkook sedikit kaget namun langsung menyamankan posisinya sambil tersenyum.

Jimin merasa aneh karena Jungkook yang semakin lama semakin mengeratkan pelukannya. Jimin lalu mendongakkan kepalanya melihat Jungkook dan mengelus lembut pipi tegas sang kekasih.

"Tak apa jika ingin menangis" ujar Jimin.

Namun Jungkook hanya menutup kedua matanya.

"Menangis itu wajar, laki laki ataupun perempuan semua berhak menangis. Dengan menangis, bukan berarti menunjukan kelemahan Jungkook. Tapi menunjukan bahwa kau masih memiliki perasaan." Lanjut Jimin.

"Paling tidak dengan menangis kau akan lebih tenang" tambah Jimin lagi.

Setelah itu, Jungkook menyembunyikan wajahnya di dada Jimin dan memeluk perut Jimin posesif. Perlahan bahunya mulai bergetar. Walaupun tanpa suara, Jimin tau, Jungkooknya tengah menangis. Karena bajunya yang terasa sedikit basah dibagian dada. Jimin tersenyum lega. Akhirnya Jungkook nya bisa mengekspresikan perasaannya.

Setelah 10 menit menangis Jungkook benar benar merasa lebih baik. Malah sekarang Jungkook sedang bermanja dengan tidur di perut kekasihnya. Dan Jimin yang menyisir  lembut surai hitam Jungkook dengan tangannya.

"Ayah adalah satu satunya orang yang ada disampingku saat aku kecil"

"Ayah adalah sosok yang kuat. Ia tidak pernah menunjukan kesedihannya didepanku."

"Padahal aku tau, ayah begitu sakit karena ibu yang lebih memilih pergi dengan pria lain"

"Walaupun ayah selalu keras terhadapku, tapi aku tau itu semua untuk kebaikanku."

"Aku tahu ayah sangat ingin menangis kala itu, tapi ayah tetaplah ayah. Ia tidak ingin aku melihat tangisnya dan menganggapnya lemah."

"Andai aku bisa, aku ingin berkata seperti kau mengatakannya padaku bahwa 'tak apa jika ingin menangis, menangislah bersamaku ayah'"

Jungkook menatap Jimin yang duduk bersandar pada sandaran kepala ranjang yang masih menyisir surainya.

"Terima kasih" ucap Jungkook.

"Untuk?"

"Untuk selalu ada disampingku, karena bersabar menghadapiku. Terkadang aku takut jika kau meninggalkanku karena pria yang begitu kaku ini. Tapi kau tidak melakukannya. Kau masih setia disini bersamaku" Jawab Jungkook menatap kekasihnya.

"Karena itu adalah kewajibanku sebagai seseorang yang mencintaimu Tuan Jeon" balas Jimin dengan senyum manisnya.

"Saranghae Jimin"

"Nado saranghae Jungkook"

END

Kookmin EnthusiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang