" Jika aku saja memiliki luka yang sebesar ini, mungkin saja mereka semua juga memiliki luka yang sama sepertiku, hanya saja kami saling merahasiakan hal tersebut "
***
Setelah hampir 1 bulan menyiapkan ulangan kenaikan kelas, aku dan teman-temanku tak bisa melakukan banyak hal seperti biasanya. Hal tersebut sempat membuatku merasa begitu lelah, semua yang menimpaku saat ini cukup membuatku merasa lebih mudah sakit.
Minggu pagi ini, aku dan Nala berolahraga di sekitaran taman dekat rumah kami berdua. Minggu ini ujian baru saja berakhir, rasanya begitu segar bisa kembali menghirup udara bebas seperti saat ini. Di belakang kami ada Kin dan Kenzie yang berjalan mengikuti langkahku dan Nala. Keduanya masih belum bisa lebih dekat, mereka terus bertengkar meski hanya karena hal sepele.
Kin tak begitu menyukai Kenzie, karena beberapa alasan. Kenzie pun tak begitu menyukai Kin, karena Kin tak menyukai dirinya.
Aku berhenti di depan sebuah kafe, aku bisa melihat Naomi dari balik jendela kafe tersebut. Kebetulan Naomi juga menyadari kehadiranku, aku mengangkat tanganku, menyapanya dengan senyuman cerah. Ia segera berlari menghampiriku dan Nala di depan kafe tersebut.
"Kayla! Nala!" serunya, dengan ceria.
"Kamu ngapain di sini? kayaknya kafenya belum buka?" tanyaku penasaran.
"Oh, ini kafe ayah gue!" jelasnya, sembari menengok ke arah kafe yang ia belakangi.
Aku dan Nala mengangguk paham, kurasa Naomi memang anak yang cukup beruntung. Di sekolah dirinya di kenal karena sering memakai barang-barang mewah, ia juga begitu loyal dan baik pada teman-temannya.
Tak lama dari itu, Kenzie dan Kin tiba di hadapan kami. Membuat Naomi menutup mulutnya saking terkejut melihat kehadiran keduanya. Kin mendekat ke arah Nala dan berjalan sembari mendorong tubuh Nala perlahan.
"Ngapain?" tanya Kenzie, ia bingung melihatku yang berhenti di tengah jalan.
"Oh... ini temen sekelas aku, Naomi. Naomi, ini Kenzie" jelasku, memperkenalkan keduanya.
"Jadi lo beneran pacaran sama dia, ya..." ucap Naomi, takjub pada kenyataan yang ada di depan matanya.
Wajahku terasa panas begitu Naomi mengatakan hal tersebut, tiba-tiba aku tersipu karena Naomi terang-terangan mengatakan hal tersebut di hadapan Kenzie.
"Kamu mau gabung? yang lain pasti udah nunggu di taman" ucapku.
"Boleh?" tanyanya, dengan antusias.
"Bolehlah" balasku.
"Asik!" serunya, kemudian Naomi mengaitkan lengannya pada lenganku. Kami saling bergandengan selayaknya teman dekat.
Beberapa hari kemudian, Naomi datang dengan wajah cerianya, menghampiriku dan Nala sembari membawa 2 kantong besar berisi sepasang sepatu. Aku dan Nala tak mengerti dengan apa yang di lakukan Naomi pada kami berdua. Tanpa angin ataupun hujan, tiba-tiba ia memberikan kami hadiah seperti ini, tepat di hadapan teman-temannya.
Hal tersebut membuatku merasa tak enak hati, sebab begitu terlihat bahwa Shasa dan Tiara tak menyukai perbuatan Naomi pada kami.
"Kenapa ngasih ini ke kita?" tanyaku, merasa canggung.
"Gue juga punya satu, jadi kita bertiga bisa pake sepatu samaan!" jawabnya, sembari memamerkan sepatu yang ia kenakan dengan ceria.
Tanpa bisa menolak pemberiannya, aku dan Nala akhirnya menerima ketulusannya tersebut. Sejak Naomi ada bersama kami, pertemanan kami terasa lebih meriah, lebih ramai dan menyenangkan. Aku bahkan tak pernah membayangkan bahwa aku dan Nala akan mendapatkan teman baru seperti Naomi, sosoknya yang ceria dan aktif selalu bisa mewarnai kebersamaan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
I ( Everything In My Life )
Roman pour AdolescentsAileen Kayla Fawnia, pemeran utama dalam kisah ini adalah seorang gadis muda yang memiliki karakter lembut. Gadis itu tumbuh besar tanpa sosok seorang Ibu di dalam hidupnya, dia pergi dari kota kelahirannya dan menjalani kehidupan barunya sebagai mu...