Ah, Mantan

485 137 39
                                    

Aksa memberhentikan laju motor matic Deon yang dipinjamnya di depan pagar rumah Aira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa memberhentikan laju motor matic Deon yang dipinjamnya di depan pagar rumah Aira. Dengan sedikit paksaan, akhirnya Aira menumpang pada Aksa yang dengan sangat suka rela menukar Zeky agar bisa membonceng Aira dengan nyaman. Hari sudah gelap, bukan karena awan gelap, tetapi memang siang sudah berganti menjadi malam.

“Kayanya di sini gak hujan, ya, Kak.” Aksa sempat menatap sekitar sebelum menatap Aira yang kini berdiri di depannya.

Aira menoleh sebentar menatap rumahnya sebelum menjawab pertanyaan Aksa. “Di sini cuacanya sering beda dari sekolah.”

Aksa menganggukkan kepalanya, sudut bibirnya tertarik ke atas menciptakan senyum yang menawan. “Kemungkinan sama daerah rumah gue juga beda, Kak,” kata Aksa yang diangguki Aira. “Enggak apa-apa deh, beda cuaca, yang penting perasaan kita sama,” lanjutnya dengan tawa kecil khasnya.

Melihat Aira yang memalingkan mukanya, Aksa tertawa. “Gue enggak maksud gombal loh, Kak.”

Pipi Aira memerah, tak menyangka Aksa akan mengatakan itu kepadanya. Perasaan yang dulu pernah ada kini mulai menggoyahkan pertahanannya.

Suasana pun hening seketika.

“Enggak pulang?” tanya Aira memecah keheningan dengan menatap Aksa yang ternyata melamun sambil menatapnya. Aira jadi salah tingkah, kan.

Aksa terkekeh. “Ngusir nih, ceritanya?” tanya Aksa bercanda yang justru ditanggapi serius oleh Aira yang tersentak dengan pertanyaannya.

“Enggak, emang lo mau di sini sampai kapan?” tanya Aira panik.

Aksa tergelak. “Ya ampun, Kak. Bercanda gue. Gue mau pulang, kok. Meskipun tadinya gue nunggu ditawarin mampir.”
Aira memicing. “Gue enggak bawa cowok ke rumah.”

Aksa menaikkan sebelah alisnya. Aksa tidak tahu jika candaannya akan ditanggapi seserius itu sampai Aksa bisa melihat tatapan tak suka di manik hitam itu. Anehnya, kini Aksa pun merasa menyesal, kenapa? Aksa kurang peka aja kayanya.
Tak tahan dengan perasaannya, Aksa pun tersenyum seadanya. “Gue ngerti kok, Kak. Gue pulang, ya.” Aksa menyalakan kembali mesin motornya. Saat Aksa hendak melajukan motornya, Aira berkata, “Terima kasih tumpangannya.” Yang dibalas acungan jempol oleh Aksa.

Di lain tempat, Deon menendang motor ninja Aksa yang ditukar paksa dengan motor maticnya. Dia sibuk memaki teman-temannya yang tidak tahu diri, tanpa menyadari seseorang tengah menatapnya sedari tadi. Gadis cantik dengan kaca mata bulat itu bernama Tasya, mantan Deon yang putusnya karena ditikung Aksa.

Setelah mengamati, awalnya Tasya ingin tak peduli dengan melajukan motornya hendak melewati, tetapi tetap saja dia membelokkan motornya menghampiri. Sedangkan Deon sendiri yang mendengar suara motor berhenti di dekatnya langsung menyudahi acara memaki dan menendang-nendang si Zeky, motor Aksa, yang luar biasa sama menyebalkannya dengan pemiliknya.

"Mau ngapain?" tanya Deon kesal, setelah tau siapa yang berhenti di dekatnya.

"Ayo, ikut." Tasya menepuk-nepuk bagian belakang motornya.

Deon mendengus. "Enggak usah! Jangan sok akrab, ya!" sentak Deon galak.

Tasya mengangkat bahunya. "Ya, udah." Tasya menyalakan motornya. Saat Tasya akan menjalankannya Deon naik begitu saja di belakangnya.

"Ikut," jelas Deon judes. Harga dirinya anjlok begitu saja gara-gara Zeky yang ngadat lagi!

Tasya tak mengatakan apa-apa. Meskipun, dia menahan tawanya. Deon itu lucu, menurutnya. Sebenarnya, Tasya dan Deon itu bertetangga. Hanya saja Deon termasuk orang yang tidak ramah pada tetangganya, hampir ke setiap orang sebenarnya, itulah kenapa Tasya lebih memilih Aksa.

Di jalan Deon memilih diam, dia sudah mengirim pesan pada Aksa mengenai keberadaan motornya. Awalnya, diam memang rencananya, tetapi rasa ingin memaki gadis yang memboncengnya membuat Deon pun berkata dengan judesnya, “Gimana rasanya dibuang Aksa. Seneng lo?”

Tasya tersenyum geli. Dengan santai dia balas bertanya, “Kalau lo, gimana? Sakit hati, ditinggal gue ke lain hati?”

Deon meradang. “Dasar cewek sialan!”

Bukannya sakit hati, Tasya malah tertawa mendengar Deon memaki. “Gue tau kok, lo sakit hati. Maaf, ya. Mau enggak, gue balik lagi?”

Deon sukses geram dengan ucapan santai si mantan. “Lo kira gue cowok apaan! Udah ditinggal masih aja mau balikan! Ngaca! Lo tuh, enggak cantik-cantik amat, ya!”

Alih-alih tersinggung, Tasya malah tertawa. Sedikit, banyak Tasya merindukan umpatan mantannya dan mendengar tawa Tasya, Deon pun menyembunyikan senyumnya, dia pun merindukan tawa itu. Jika begitu, keduanya cocok, bukan.

°°°
Enggak tau nulis apa, gitu aja. Maaf kalau enggak nyambung dan maksa banget ceritanya.

Selamat pagi.

Tertanda, cerita ini milik D

Tertanda, cerita ini milik D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang