Kenapa sih, Mantan

285 90 27
                                    

Aksa berjalan beriringan dengan Alex dari parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa berjalan beriringan dengan Alex dari parkiran.

“Sa, itu Deon bukan?” Alex menunjuk remaja laki-laki bertubuh proporsional yang terlihat tengah beradu argumen dengan seorang gadis yang tak kalah familiar bagi keduanya.

“LO PIKIR GUE PEDULI GITU SAMA LO!” Suara ketus Deon terdengar.

“Ya, harus peduli, dong!” sahut suara yang tak asing di telinga Aksa.

“GUE ENGGAK PEDULI, SIALAN! Dasar cewek gak tau diri!” Lagi, makian Deon terdengar.

Meskipun begitu, dari gerakan tubuhnya Aksa dan Alex bisa melihat bahwa Deon tak semembahayakan perkataannya.

“LO TUH, YANG GAK TAU DIRI! Lo pikir sebagus apa diri lo itu, hah! Udah syukur gue mau sama lo.”

Deon membalikkan badannya hendak beranjak, tetapi matanya menangkap keberadaan Aksa dan Alex yang berdiri tak jauh dari tempatnya. “Ada apa sih, Yon? Pagi-pagi udah marah-marah. Santai kenapa.” Alex berjalan mendekat dan mengalungkan tangan kanannya ke leher Deon, yang membuat Deon memberontak, tetapi tak bisa melepaskan belitan tangan Alex.

“Sya, jadi lo balik sama Deon?” tanya Aksa pada Tasya yang menyeringai ke arahnya.

“Jadi lah. Doain, ya. Biar gue kuat menghadapi sikap temen lo yang nyebelinnya bikin gue mau balikan itu.” Tasya yang memang agak tomboi menepuk tangan Aksa yang mana membuat Deon melotot ke arahnya.

“Gak sudi gue balikan sama lo, dasar sampah!” Lagi, mulut tajam Deon mengeluarkan racunnya.

“SAMPAH, SAMPAH! LO TUH, SAMPAH!”

“LO CEWEK SIALAN!”

“LO COWOK SIALAN!”

“LO TUH, NGAJAKIN BALIKAN KAYA NGAJAK PERANG! MAU LO APA, HAH!”

Alex terkekeh, di sebelahnya Deon merenggut kesal. Setelah susah payah, Alex dan Aksa akhirnya dapat memisahkan Deon dari Tasya. Alex yang menarik Deon ke kelasnya dan Aksa yang masih menahan Tasya agar meredam sifat agresifnya.

“Sarap itu cewek,” gumam Deon yang tampak tengah berdiskusi dengan pikiran dan hati. Alex tidak menanggapi, dia memberi waktu untuk Deon sendiri.
Sedangkan Aksa di depan kelas masih berbicara pada Tasya.

“Balik sana, ke kelas lo. Soal Deon nanti gue bantuin.” Setelah ngobrol ngalor ngidul Aksa mengusir Tasya yang terlihat masih ingin mengobrol dengannya.

“Janji, ya, bantuin gue.” Tasya memelototi Aksa yang justru tergelak melihatnya.

“Nah, kalau gini gue yakin lo itu cewek.”

Tasya mengernyit. “Apa?” tanyanya dengan dagu terangkat.

“Cewek kan, maunya cowok itu buat janji, giliran enggak ditepatin aja sakit hati, nyalahin cowok, merasa paling tersakiti, basi tau enggak. Cowok kalau emang beneran cowok tanpa janji pun kalau emang cinta pasti ngelakuin yang terbaik buat ceweknya, enggak perlu ada janji-janji segala. Nambah-nambahin hutang aja.”

Tasya sukses melongo. “Sa, lo abis makan apa, dah.”

“Makan hati! Sialam!” Aksa tergelak dan Tasya pun terbahak bahkan dengan sepenuh hatinya memukul tangan Aksa.

“Njil, sakit Sya!” Bukannya berhenti, Tasya malah kembali memukul tangan Aksa. Yang membuat Aksa menahan tangannya dan mengacak rambutnya. “Udah sana ke kelas!” usir Aksa sambil mengarahkan badan Tasya menuju kelas di sebelahnya.

Matanya tak sengaja melihat Mita dan Aira. Kedua kakak kelasnya itu tengah menatapnya. Menggiring Tasya, Aksa mendorong masuk Tasya ke dalam kelasnya. Saat dirasa kedua kakak kelasnya masih memperhatikannya, Aksa pun menghampiri mereka.

“Ada urusan sama gue?” tanya Aksa menatap keduanya.

Mita tertawa sinis. “Gue sih, jelas enggak ada urusan sama lo, dan enggak mau berurusan sama lo.”

Aksa tersenyum menyebalkan. “Bagus lah.” Aksa menoleh pada Aira, dan matanya menangkap tote bag di tangan kanannya.
Aksa tertawa, dia menatap manik hitam Aira jenaka. “Harus banget gitu ya, gue kasih makan dulu baru berani nyamperin gue.” Gue kira dibuang.

Mita mengambil alih tote bag di tangan Aira dan menyerahkannya pada Aksa. “Nih, makasih. Yuk Ra, kelas.”

Aksa tertawa. “Buru-buru amat sih Mit, enggak tahan ya, lama-lama enggak lihat si Angga?”

Mita mendelik. “Gue enggak ada urusan sama lo dan temen lo itu, ya.”

Alis Aksa terangkat, dengan menantang Aksa bertanya, “Yakin?”

Mita menyeringai. “Kecuali lo ada urusan sama temen gue,” kata Mita dengan sudut mata yang melihat Aira, “gue tau apa yang lo rencanakan Aksa.”

“Jangan ikut campur!” Aksa menautkan kedua alisnya.

Mita berdecak tak suka. “Jangan deketin Aira! Lo kalau mau main-main cari cewek yang lain. Atau enggak, lo deketin gebetan temen lo kaya biasanya aja.”

“Temen lo yang sering liatin gue, tanya dia kenapa.” Aksa menyeringai saat Aira membuang muka. “Jelas dia suka sama gue, lah” putus Aksa dengan percaya dirinya.

“Gue enggak!” bantah Aira sebelum melangkah pergi begitu saja disusul Mita yang sempat melempar tatapan tajam pada Aksa.

Aksa menatap keduanya, di antara mantan temannya, Mita adalah gadis yang menurut Aksa paling naif. Aksa tidak menyesal telah masuk di hubungan Mita dan Angga, sebelumnya. Sekarang? Entah lah, Aksa malas memikirkan.

Saat itu, saat Mita menyadari kejanggalan di dalam hubungannya dengan Angga yang tiba-tiba Aksa mendekatinya. Mita langsung mendatangi tempat nongkrong raksa. Mita hanya bicara pada Angga, “Di sini gue cukup tau bahwa lo enggak percaya sama gue, sampai biarin Aksa deketin gue. Kita putus, salut gue sama cara temenan lo.”

°°°
D mau curhat, ini cerita mau dipublikasi cepet-cepet. Sekarang D nyerah, mau ada yang baca silahkan, enggak ya ... enggak apa-apa.

Tertanda, cerita ini milik D

Tertanda, cerita ini milik D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang