Gue Bucin dan Gue Bangga

248 68 34
                                    

Deon menatap nyalang pada Angga yang terpaku di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deon menatap nyalang pada Angga yang terpaku di tempatnya. “Lo malu jadi Abang gue, tapi lo enggak malu nampung si bajingan! Lo harusnya lebih tau gue gimana, Ga!”

“Kak Bagas juga manusia Deon! Dia juga bisa buat salah!”

Deon membuang muka. Bagas, yang tak lain adalah kakak kandung Deon itu lah yang pernikahannya akan diisi oleh penampilan band raksa.

“Kamu yang harusnya ada buat dia Deon. Selama ini Kak Bagas baik sama kamu,” lanjut Angga melirih.

Aksa menghampiri Deon dan menepuk bahu temannya itu. “Calm down boy.”

Mungkin orang lain akan berpikir buruk jika mendengar perkataannya Deon itu. Akan tetapi, percayalah, tidak ada manusia yang tidak kecewa saat seseorang yang menjadi panutannya malah berbuat hal yang mempermalukan dirinya dan keluarganya.

Angga menghempaskan dirinya di sofa setelah mengusap kasar mukanya. Vino dan lainnya memilih diam, mereka cukup tau bahwa diam saja cukup membantu keadaan Deon dan Angga saat ini. Lagi pula, yang Angga dan Deon perdebatkan adalah masalah pribadi keluarga mereka.

“Lagi pula kenapa kamu baru protes sekarang, kemarin-kemarin kamu diem aja.”

Deon diam, pertengkaran orang tuanya tadi membuat Deon kesal dan melarikan diri ke sini yang mana malah semakin membuat dia meradang saat teman-temannya latihan untuk acara pernikahan kakaknya yang menjadi alasan pertengkaran orang tuanya.

Vino mengernyitkan keningnya saat melihat seseorang yang cukup dikenalnya berdiri tak jauh dari seberang jalan. Melihat Aksa sebentar, Vino memutuskan keluar sendirian.

“Ra?”

Aira berbalik dan terkejut saat Vino berdiri tak jauh dari tempatnya.

“Vin,” panggil Aira, tak percaya akan berhadapan dengan mantannya.

“Lagi apa?” tanya Vino sambil melirik motor yang ditunggangi Aira.

Aira melirik sekitarnya. “Gue kesasar,” gumamnya yang masih bisa didengar Vino.

“Mau gue anter pulang aja?” tanya Vino hati-hati, tak ingin menambah kecemasan yang tergambar jelas di wajah Aira. “Ikut gue aja dulu, sambil lo hubungin temen lo,” usul Vino.

Aksa menatap lurus netra hitam yang kini berdiri kikuk di depan pintu kaca tempat nongkrongnya.

“Ra, masuk.” Vino yang berdiri di belakangnya meminta Aira masuk, tetapi gadis itu bergeming di tempatnya, matanya terpaku pada sosok yang tak jauh darinya. Dengan sendirinya Aira berbalik arah dan meninggalkan geng raksa yang menatapnya. Vino hendak menyusulnya saat Aksa lebih dulu melakukannya.

“Vin, ketemu di mana?” tanya Brian penasaran.

“Di depan, kesasar,” jawab Vino singkat.

“Eh, saya baru inget!” seru Angga panik dan langsung beres-beres barangnya. “Ada kerja kelompok sama Sesi, rumahnya ada di belakang. Aira pasti enggak tau.” Tanpa diminta Angga menjelaskan sebelum melesat ke luar.

AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang