Manusia Gitu, Ya

367 112 25
                                    

Aksa berdiri di depan gerbang dengan si Zeky yang setia menemani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa berdiri di depan gerbang dengan si Zeky yang setia menemani. Kepalanya celingukan mencari seseorang. “Kok, sepi, ya,” gumam Aksa.

Dari belakang, Aira berjalan dengan kantung plastik berlogo mini market yang berisi makanan instan di tangan kanan. Matanya mengerjap saat melihat punggung seseorang yang berdiri di depan gerbang rumahnya. Dengan ragu Aira melangkah mendekatinya.

“Kak?” Saat remaja laki-laki itu berbalik, mereka sama-sama terkejut sebelum sedetik kemudian Aksa kembali menampilkan ekspresi biasanya.

Aira mengeratkan genggamannya pada plastik di tangannya. Kenapa dia ada di sini? “Ada apa?”

Aksa tertawa garing, lalu mengulurkan tote bag berwarna biru pada Aira. Aira tak langsung menerimanya, gadis itu malah memilih menatap Aksa seolah bertanya.

“Bukan, bom kok, Kak.” Merasa tak enak hati, dengan ragu Aira mengambil tote bag itu.

“Ya, udah. Gue pulang, ya, Kak. Jangan lupa di makan.”

“Ini apa?”

Aksa berbalik dan menenteng helmnya. Aksa menyugar rambutnya sebelum mendekati Aira yang justru melangkah mundur karena didekatinya.
“Makanan.”

Dahi Aira mengerut dalam, menandakan dia sedang berpikir keras. Aksa memasukkan tangannya ke saku celana. Tangannya itu terkepal saat melihat kerutan di dahi Aira, menekan keinginannya bertanya.

Gue yang enggak waras atau cewek ini yang bikin gue enggak waras, gue mau tau pikiran dia, sialam!

“Kakak enggak akan mau gue ajak makan, liat gue aja kaya lihat setan. Harusnya enggak keberatan, kan?"  Shit gue ngomong apa barusan!

“Tapi, buat apa?”

Aksa menggaruk. “Mau aja,” jawab Aksa cepat.

“Gue udah makan.” Aira mengulurkan lagi tote bag di tangannya.

Aksa memicing, dalam benaknya dia berdebat. Aksa bukan orang yang tidak menyukai penolakan ... bahkan nyaris terbiasa dengan penolakan, hanya saja ... ini tentang makanan, rezeki, apalagi yang bawa itu Aksa, si cowok tampan, masa harus berakhir dengan penolakan.

Enggak bersyukur, kan! Batin Aksa.

“Gue udah jauh-jauh bawa itu, gue males bawa balik. Kalau mau, dimakan. Kalau enggak, buang,” kata Aksa yang justru bertolak belakang dengan batinnya. “Gue pulang,” pamit Aksa begitu saja meninggalkan Aira yang terdiam.

Aksa memilih tak pulang, dan memilih berkumpul di rumah Vino bersama geng raksa.

“Vin, Kakek lo, mana?” Alex melempar keripik sukakunya ke arah Vino.

“Kenapa? Tumben tanya-tanya.”

Brian menjitak kepala adiknya. “Kepo lo!”
Alex balas menjitak dan terjadilah perdebatan antar saudara disaksikan tatapan malas Deon yang duduk tak jauh dari mereka. Memang, perbedaan usia di geng raksa tidak lantas membuat yang lebih muda merasa harus menghormati yang lebih tua, pokoknya jangan ditirulah.

AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang