Lain Kali Belanja

236 80 35
                                    

Aksa baru saja tiba di bengkel langganannya, matanya menyipit saat melihat toko baju di seberang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa baru saja tiba di bengkel langganannya, matanya menyipit saat melihat toko baju di seberang.

“Wey, Sa! Si Zeky kenapa lagi?”
Aksa membalikkan bandannya dan melakukan salaman ala dirinya dengan orang yang memanggilnya itu.

“Ganti oli, kaya biasa,” kata Aksa sesaat setelah remaja laki-laki seusianya yang bernama Jo itu menghampiri motornya.

“Duduk deh, Sa. Bentar kalau ganti oli,” kata Jo sebelum masuk ke dalam bengkelnya.

“Gue ada urusan, Jo.”

Jo yang mendengar pun membawa serta oli dan kunci motornya ke luar. Tanpa bertanya Jo melemparkan kunci motornya pada Aksa. “Bawa aja, surat-suratnya di sana.” Tunjuk Jo pada motornya yang sudah biasa dipakai Aksa.

Aksa mengacungkan jempolnya pada Jo sebelum dia menghampiri motor matic modifikasi milik Jo. “DEBES POKOKNYA LO, JO!” Teriak Aksa sebelum dia melajukan motor Jo dengan kencang.

“Semangat banget itu anak,” gumam Jo yang masih sempat melihat kelakuan Aksa.

Sepanjang jalan Aksa bersiul riang. Sampai di depan gerbang rumah yang ditujunya, Aksa mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan.

Kak, keluar. Gue ada di depan.

Centang biru dan Aksa tersenyum lebar. Kebetulan sekali dirinya tidak memakai helm saat ini, sehingga wajah tampannya terlihat berseri-seri terpapar sinar matahari. Aira muncul dari balik gerbang, dengan baju rumahan dan sandal rumahan. Senyum Aksa semakin lebar, apalagi saat melihat kaos kebesaran yang dipakai calon pacar, eh.

“Ada apa?” tanya Aira dengan muka lempengnya.

Aksa nyengir. Dia bahkan belum beranjak dari motornya. Masih nangkring santai. “Temenin gue yuk, Kak.” Belum sempat Aira menanggapi Aksa sudah turun dari motor pinjamannya dan menggiring Aira untuk duduk di atas motor.

“Bentar Kak. Janji,” bujuk Aksa saat Aira kekeh tak mau ikut dengannya.

Aira sebenarnya masih bingung, sebenarnya apa tujuan Aksa mendekatinya. Apakah karena Aira mantan temannya? Mangkanya Aksa mendekati Aira? Atau ... apa?

Dengan sedikit paksaan, akhirnya Aksa pun berhasil membawa Aira bersamanya. Aira malu bukan kepalang. Tangannya digandeng Aksa mengelilingi berpuluh-puluh pakaian perempuan. Entah apa yang dicarinya, yang pasti Aira sudah kesal duluan.

“Kak, lo suka warna apa?” Aksa menoleh sebentar sebelum kembali mengedarkan pandangannya.

Aira diam, kepalang kesal untuk menjawab.
“Oh, warna ungu? Kok, jomblo banget sih, Kak. Warna biru aja ya, Kak. Biar gue suka.” Tak menyerah, ataupun merasa menyesal, Aksa justru menarik tangan Aira yang kini merenggut sebal ditarik-tarik olehnya.

“Sakit, Sa! Tangan gue bukan tali yang bisa lo tarik-tarik seenaknya,” kata Aira disela langkahnya yang terpaksa menjajari langkah Aksa.

Aksa berhenti, menoleh, lalu nyengir. “Tangan Kakak emang bukan tali, tapi gue ngerasa Kakak sejenis tali-talian. Soalnya gue merasa tertarik terus, gimana dong.”

AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang