Gue Suka

269 84 31
                                    

Aksa sukses menyandang ojek dadakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa sukses menyandang ojek dadakan. Setelah menyandang status teman Aira, Aksa semakin seenaknya. Pagi sekali Aksa sudah berdiri di depan gerbang rumah teman barunya itu, masih memakai helmnya yang hanya memperlihatkan mata dan hidungnya juga sedikit rambutnya. Semalam Aksa sudah mengirim pesan pada Aira jika dia akan menjemput Aira untuk berangkat bersama.

Aksa menekan nama Aira di ponselnya, tetapi lagi-lagi panggilannya tak diangkat. Aksa hampir saja nekat menaiki gerbang jika saja netranya tak menangkap sosok yang ditunggu-tunggunya. Aira menghampiri Aksa setelah membuka gerbang rumahnya.

Aksa membuka helmnya, menyisir sedikit rambutnya, dan merapikan seragam sekolahnya yang tidak Aksa kancingkan memperlihatkan kaos dalamnya yang berwarna biru terang. Setelah merasa dirinya lebih layak dilihat, Aksa nyengir melihat muka lempeng Aira. “Senyum kenapa Kak, lempeng amat mukanya. Kan, gue jadi suka.”

Tak ada reaksi apa-apa dari Aira saat mendengar ucapan Aksa, Aira justru melihat sekelilingnya seolah takut ada yang melihatnya dengan Aksa. “Gue mau masak, ini baru jam enam, dan sekolah masuk jam delapan hari ini.”

Aksa menggaruk tengkuknya. “Gue kepagian, ya,” gumam Aksa yang masih dapat didengar Aira, tapi gadis itu lebih memilih diam.

Aksa nyengir, dengan tanpa bersalahnya Aksa berkata, “Masih pagi, ternyata. Gue numpang sarapan, ya.”

Belum sempat Aira mengatakan apa-apa. Aksa sudah berbalik arah menuju motor matic penjaga rumahnya yang Aksa tukar dengan motornya.

“Makan bareng,” ajak Aksa yang terdengar memaksa setelah dia berdiri di depan Aira dengan mengangkat tote bag di tangannya. Dengan santainya Aksa menarik tangan Aira menepi ke sisi gerbang Aira yang terdapat tempat duduk yang menyatu dengan gerbang rumahnya.

Setelah mereka duduk bersisian. Aksa mengambil tempat makan yang memang sengaja dia bawa dua. Menggeser satu kotak makan untuk Aira dan berkata, “Kali ini gue bawa bubur Kak, bukan masakan gue, tapi tadi gue beli depan rumah. Tenang, terjamin enak dan bakal buat Kakak suka sama yang bawa.” Aksa terkekeh kecil di akhir.

Aira menatap Aksa yang tersenyum membalas tatapannya dan tempat makan yang berisi bubur bergantian. “Gue enggak suka bubur.”

Lenyap, senyum yang tersungging di wajah Aksa lenyap begitu saja. “Enggak suka?” tanya Aksa dengan wajah yang kelewatan bikin gemasnya.

Aira mengangguk. “Boleh bacain doa sebelum makan,” tanya Aira lebih seperti meminta.

Meskipun bingung, Aksa tetap membacakannya dan diaminkan oleh Aira. Belum sempat Aksa bertanya, Aira mendahuluinya.

“Gue enggak suka, tapi bukan berarti enggak bisa makannya.” Aira mengangkat kotak makan jatahnya ke pangkuan, dan menyuapkan satu sendok bubur ke mulutnya yang sukses membuat Aksa terperangah.

Aira menatap Aksa yang membulatkan mulutnya dan Aira tertawa kecil setelah menelan buburnya. “Makan,” kata Aira mengingatkan.

Aksa mengerjapkan matanya, gue lagi dikerjain nih, ceritanya?

AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang