Balonku

224 73 13
                                    

“Kak, bisa nyanyi enggak?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kak, bisa nyanyi enggak?”

“Kenapa?” Aira menoleh dari buku yang tengah dibacanya.

“Nyanyi dong.” Aksa nyengir memperlihatkan gigi putihnya, sesekali jari-jari ahlinya memetik gitar yang tengah dipangkunya.

“Gue lagi ngapalin rumus,” kata Aira, “enggak inget-inget.” Aira menggembungkan pipinya sambil menatap sederet rumus yang harus dia hafal.

Aksa mengusap rambut Aira dengan lancangnya. “Nanti gue bantu.”

Mata Aira memicing. “Gimana caranya?”

“Sebut nama Aksa tiga kali, pasti Kakak inget.” Aksa tersenyum lebar dengan sorot mata jenakanya.

Kesal, Aira menabok tangan Aksa yang membuat remaja itu tergelak. “Inget gue maksudnya Kak,” jelas Aksa, “lagian inget rumus bikin pusing, mending inget gue ... senang lahir batin, gue jamin,” lanjut Aksa dengan senyum jenakanya.

Aira tertawa, dia tidak menampik jika mengingat rumus itu pusing, apalagi jika rumusnya ingat ... cara mengerjakannya tidak tau ... percuma juga.

“Ayo nyanyi buat gue aja Kak, latihan buat calon anak Kakak nanti. Sebagai latihan, sekarang nyanyinya buat Bapaknya dulu,” ujar Aksa masih dengan tawanya.

“Ngawur,” elak Aira dengan wajah bersemunya yang membuat Aksa tergelak dan mencuri cubitan di pipinya.

“Gemes banget sih, Kak. Bisa muda terus gue kalau sama lo,” goda Aksa yang justru membuat Aira mengingat umurnya.

“Gue kan, emang lebih tua,” gumam Aira sambil kembali menekuri bukunya.

Aksa menggaruk tengkuknya, sadar jika dia salah bicara. “Gue juga udah tua kok, Kak,” ujar Aksa mencoba menghibur.

“Gue lebih tua.” Aira menelengkan kepalanya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya yang membuat Aksa menahan tangan nakalnya yang siap menarik Aira ke pelukannya.

“Gue lebih tua.”

“Bohong!” dengus Aira sambil membuang muka.

Aksa justru tertawa, tak bisa menahannya Aksa pun menarik Aira ke pelukannya. “Gemes banget ih, kenapa sih jadi rebutan siapa yang lebih tua.” Aksa menggoyang-goyangkan pelukan mereka ke kiri dan ke kanan saking gemasnya.

Aira memberontak ingin dilepaskan, dadanya bergemuruh hebat dan Aira tidak ingin Aksa merasakannya.

“Gue deg-degan, Kak.”

Tak disangka justru Aksa terang-terangan mengatakan hal yang ingin Aira sembunyikan.

Menggigit bibirnya, Aira berkata, “Masih hidup kan,” ujar Aira dengan polosnya yang kembali membuat Aksa tergelak dan mengeratkan pelukannya ... meski terhalang gitar di pangkuannya.

“Nyanyi buat gue ya,” ujar Aksa setelah melepaskan pelukannya. “Mau lagu apa?”

Aira membenarkan posisi duduknya, dan menghadap Aksa sepenuhnya. “Balonku?” tanya Aira dengan mata yang membulat lucu.

Aksa lagi-lagi tergelak karena tingkahnya. “Lagu yang romantis gitu Kak, balonku buat calon anak kita aja.”

Dengan malunya Aira memukul tangan Aksa pelan. “Gue bisanya itu,” ujar Aira malu-malu yang membuat Aksa gemas.

“Enggak jadi aja Kak, Kakak belum nyanyi aja gue udah suka. Nanti kalau gue jatuh cinta, Kakak tanggung jawab, ya.” Aksa menaikturunkan alisnya yang membuat Aira memalingkan mukanya. “Cie malu,” canda Aksa dengan tawanya.

°°°
Selamat pagi semuanya, ini hari ke 6? AiRaksa, kan. Terima kasih buat yang baca, D enggak nyangka akan tembus 2k. Pokoknya, terima kasih buat yang baca.

Dikit aja ya, kemarin part ini baru D buat lain hal dengan yang lain. Mohon maklum, ya.

Tertanda, cerita ini milik D

AiRaksa ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang