❁ Dare

248 72 3
                                    

"Masih marah lo?"

"Diem!"

Aurora risih dengan keberadaan Nathan di sampingnya-di kursi kantin.

"Maafin gue, dong," ucap Nathan.

Aurora berdecak kesal. "Gak mau!"

"Kalau gue peluk, mau maafin?"

Deg!

Raut wajah Aurora berubah menjadi tegang. Keringatnya mulai keluar. Tangan dan kakinya mendingin, sedangkan pipinya sebaliknya. Aurora menatap Nathan.

"Cieee, bapeerrr," goda Nathan.

"Amit-amit gue dipeluk sama lo! Jijik tau, gak?"

"Jadi, lo maafin?"

"Enggak!" Aurora kabur. Wajahnya benar-benar merah. Malu. Dia pergi ke WC perempuan.

"Kalau gue peluk, mau maafin?"

"Ngomong apa dia? Ngomong apa barusan? Peluk?! Ngegas banget, tuh, cowok! Katanya cuma kagum!" Aurora mengacak-acak rambutnya sendiri, sambil terus berkata-kata di depan cermin.

"Sehat?"

Aurora menoleh. Dia mendapati Judy yang sedang memandangnya jijik. Aurora pun sama. Jijik sekali melihat dandanan Judy yang menor itu.

"Ngomong sendiri di depan cermin. Kayaknya RSJ gak mampu nyembuhin lo, ya?" Judy tersenyum sinis.

Aurora tidak takut. Dia membalas, "Lo butuh cermin, deh, kayaknya. Semua orang jantungan liat dandanan menor lo."

Judy naik darah.

"Ya, elah. Bisa aja lo ngejek orang, diejek balik malah emosi," kata Aurora sinis. "Gue jadi semakin yakin kalau Nicky terpaksa pacaran sama cabe gendot yang satu ini."

"LO ...!" Hampir saja Judy menampar Aurora jika saja Fasya tidak datang dan menggenggam erat pergelangan tangan Judy.

"Lo mau cari ribut? Emang bener kata Aurora! Atau gue tambahin juga? Lo itu CABE GENDOT YANG PIKIRANNYA PENDEK!" sentak Fasya.

"UGH!" Judy kehilangan kata-kata, kemudian dia memilih untuk mengalah dan pergi. Dia takut jika berhadapan dengan Fasya, karena Fasya merupakan anak dari Bu Dara-Kepala Sekolah SMA Trilogi.

Ada yang mau melawan Fasya?

"Lo gak apa-apa?" tanya Fasya khawatir. Aurora hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Ma-makasih ..."

Fasya tersenyum. "Kalem aja kali. Kan, ada gue."

Aurora tersenyum. Fasya menggandeng tangan Aurora menuju kelas.

🌸🌸🌸

"Masukkan buku dan HP kalian ke dalam tas. Setelah itu, taruh tas kalian ke depan kelas," suruh Pak Elvaro-guru sejarah, sambil menatap tajam murid-muridnya.

"HAH?!"

Ya, namanya juga ulangan dadakan. Di kelas kalian juga begitu, kan, reaksi murid-murid jika guru tiba-tiba mengadakan ulangan dadakan?

Mendingan aing makan tahu bulat dadakan :(

Pak Elvaro melotot. Ya, mau bagaimana lagi? Murid-murid hanya bisa angkat tangan dan menerima takdir.

"Wildan! Lina!" panggil Pak Elvaro. Yang dipanggil sempat jantungan dan menunduk. Tapi, akhirnya kedua murid itu menatap Pak Elvaro.

"I-iya?" tanya keduanya bersamaan.

Waiting Your Answer | Chou Tzuyu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang