Part 7 - Nikah

14.5K 876 17
                                    

Air mataku tidak bisa berhenti sejak tadi, bahkan perias make up di sampingku sudah terlihat ingin memakanku karena berkali-kali menghancurkan riasannya karena aku tidak bisa berhenti menangis.

Bagaimana bisa aku berhenti menangis?! Aku tidak ingin menikah dengan Randa! Setelah bertapa selama sebulanpun, jawabannya tetap sama, aku tidak ingin menikah dengannya! Apa aku kabur saja?

Tapi aku tidak ingin dikutuk menjadi anak durhaka, aku tidak ingin Ibu dan bapak malu, tapi apa aku harus mengorbankan diriku? Rasanya aku ingin kembali menangis karena memikirkannya.

Aku dilema dan karena sadar bahwa aku tidak bisa melakukan apa-apa aku semakin merasa tertekan hingga ingin terus menumpahkan air mataku.

Tok... Tok... Tok...

Kepala kak Prita muncul dari balik pintu, kemudian berjalan kearahku sambil tersenyum menenangkan, aku menatapnya dengan senyum tipis, kak Prita menyuruh perias itu untuk keluar sebentar. Kak Prita memegang bahuku dari belakang dan menatapku dari cermin, aku balik menatapnya sendu.

Kak Prita tersenyum pelan.”Randa baru pulang dari kantor, jadi acaranya di undur sebentar yah, kamu bisa tunggu sebentar kan?” Aku malah berharap dia nggak datang sekalian sampai acara ini selesai.

“Kamu nggak bahagia?” saat mendengar pertanyaan itu, bibirku bergetar pelan.

Apa aku bahagia? Apa wajah sendu ini bisa di katakan bahagia? Aku jelas-jelas tak bahagia sedikitpun, aku bahkan tidak bisa menyembunyikan mataku yang mulai berkaca-kaca lagi sekarang, tapi aku tidak bisa menunjukkannya di depan kak Prita, aku mencoba untuk menampilkan senyum terbaikku walau aku tahu bahwa itu sia-sia karna kak Prita tau betul apa yang paling ku inginkan.

“Jangan berprasangka buruk dek, semua ini sudah rencana Allah, kamu harus menjalaninya dengan ikhlas biar semua rasa ragumu menghilang. Kakak tau kamu nggak cinta sama Randa, tapi kakak yakin cinta itu bisa muncul di hati kamu. Jadi jangan nangis lagi yah, nanti periasnya ngamuk loh,” ucapnya memperingatiku saat bulir air mataku kembali berjatuhan, aku mengangguk sambil tersenyum, tapi tetap saja air mata ini tak berhenti berjatuhan.

Kak Prita tersenyum dan memelukku erat.”Nikah itu enak loh dek bisa ena-ena,” ucapnya sambil terkikik geli, sontak aku melotot kesal.

“Kakak...” ucapku merajuk, bagaimana bisa kak Prita mengatakan itu di saat seperti ini, aku semakin merasa tertekan saja rasanya.

Kak Prita tertawa pelan kemudian pamit keluar. Saat kak Prita pergi, aku kembali meragu, kutatap pantulan diriku, gaun putih dengan bagian bawah melebar dan mengembang ini melekat dengan sempurna di tubuhku, tampilanku sederhana karena kami menggunkan tema pernikahan internasional yang tidak terlalu mewah. Gaun ini membuatku terlihat cantik, harusnya aku bahagia bukan? Ini salah satu momen di hidupku yang harusnya diisi dengan raut wajah bahagia bukan?

Pintu terdengar di buka dan perias itu kembali masuk, kemudian berjalan mendekat dan menatapku kesal, aku hanya bisa menampilkan senyum tipisku.

“Aduh mbak, mbak kok dari tadi nangis? Mbak nggak bahagia apa? Padahal calon suaminya ganteng banget mbak, kalau saya pasti sudah senyum terus dan cepet-cepet suruh ijab kabul!” ucapnya sambil tersenyum-senyum layaknya orang kasmaran.

Tanpa sadar aku mendengus, semua orang yang melihat wajahku pastilah berpikir aku tak bahagia tanpa perlu bertanya, lagi pula kalau dia mau dengan Randa kenapa tidak menggantikan aku saja coba!

Tunggu!

Seketika aku menatapnya dengan binar bahagia.”Mbak! Tolong saya!” Ucapku dengan nada memohon.

Perias itu menatapku menyelidik.”Apa?”

Aku tersenyum pelan dan memasan raut wajah terluka sebaik mungkin, kemudian mulai mengarang skenario apik layaknya seorang penulis drama romansa percintaan, ku katakan bahwa aku di paksa berpisah dengan pria yang kucintai, bahwa pria di luar sana yang sebentar lagi menjadi suamiku memaksaku menikah dengannya dan menyuruhku meninggalkan kekasihku  (Walaupun sebenarnya itu memang kenyataan karena aku di paksa lebih tepatnya di tipu), lalu aku menambahkan bumbu-bumbu dramatis bahwa pria yang ku cintai sedang koma dan tak bisa menolongku saat ini, jika dia tau pastilah dia akan mati-matian menyelamatkanku, walaupun sedikit berlebih tapi sepertinya berhasil.

Not A Perfect Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang