Aku terbangun saat merasakan seseorang mencolek hidungku pelan, aku membuka mataku perlahan dan terbelalak kaget saat melihat Randa berada begitu dekat dengan wajahku.
“Udah subuh,” ucapnya pelan.Randa kemudian mendekatkan wajahnya berusaha menciumku, tapi dengan cepat aku menahannya dan menutup mulutku dengan tangan. Randa menatapku protes.
“Nggak ada morning kiss?” ucapnya merajuk pelan.
“Gue belum sikat gigi!” ucapku dengan tidak jelas karena tertutup oleh tanganku.
Randa mendegus pelan kemudian menjauh dan bergerak masuk kedalam kamar mandi, sementara aku sekarang sedang bersusah payah menetralkan jantungku yang berdegub kencang.
Tidak beberapa lama, Randa keluar dengan wajah yang basah oleh air, dia kemudian berjalan ke arah lemari dan mengambil baju kokoh dan kembali masuk ke kamar mandi. Aku memperhatikannya dalam diam saat dia keluar kembali dengan penampilan yang harus ku akui terlihat sangat lain dari dirinya.
Randa kemudian menoleh dan menatapku bingung.
“Kamu nggak shalat?”
Aku tersentak kaget dan segera berlari menuju kamar mandi dan segera berwudhu, aku kemudian keluar dan melihat Randa tengah shalat sunnah dan entah kenapa jantungku berdetak kencang melihatnya yang seperti itu, dia terlihat tak kalah tampan dengan pak ustad alias mas Herman.
Aku kemudian mengenakan mukena yang terlipat di atas kasur, mungkin Randa yang menyiapkannya, entahlah.
Randa menoleh ke arahku setelah selesai menunaikkan shalat sunnahnya.
“Udah?” aku mengangguk pelan mengiyakan dan Randa memulai memimpin shalat subuh kami.
Setelah selesai dengan sendirinya aku bergerak maju ke sampingnya dan mengulurkan tanganku, Randa terlihat ragu awalnya sat aku mengulurkan tanganku tapi kemudian dia tersenyum dan memberikan tangannya, aku meraihnya dan mencium tangannya pelan, jantungku berdetak kencang saat Randa meraih keningku dan menciumnya lembut. Aku membeku, terdiam bisu, hati menghangat tanpa bisa ku cegah.
Aku berdehem pelan untuk menetralkan rasa gugupku, sejak kemarin Randa terus saja membuatku gugup dengan tingkahnya yang tidak terduga seperti ini. Randa kemudian berdiri, aku ikut berdiri.
Randa menatapku heran.”Kenapa?” tanyanya heran.
“Oh.. Nggak. Lo kelihatan beda aja,” ucapku tergagu, Randa tersenyum lebar.
“Kamu tidur lagi aja,” ucapnya sambil mengusap kepalaku pelan.
Aku yang memang masih merasa mengantuk dengan cepat kembali naik ke ranjang, sedangkan Randa pergi keluar dari kamar, aku menunggunya kembali tapi dia tetap juga tidak muncul maka aku memutuskan untuk kembali tidur, badanku masih terasa pegal karena berdiri seharian kemarin.
***
Aku membuka mataku secara perlahan, kemudian sedikit merenggangkan otot-otot tubuhku, aku menoleh ke samping dan seketika sinar matahari menusuk indra penglihatanku.
Aku kemudian menatap jam weker di atas meja dan seketika terbelalak kaget.
8.15 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Perfect Husband ✔
RomanceSaat sebuah lamaran mendadak datang ke rumahku oleh Bu Lia, dengan begitu semangat aku menyetujuinya tanpa berpikir dua kali karena yang ada di bayanganku saat itu adalah berdiri berdampingan dengan senyum lebar bersama mas Herman, setidaknya itulah...