Part 17 - Reuni Yang Berakhir Kacau

12.4K 814 6
                                    

Aku berdiri sambil mematuk diri di depan cermin, berhubung hari ini aku tidak punya kelas apapun, dan karena aku tidak punya kegiatan maka rencananya hari ini aku akan pergi bersama teman-teman SMP-ku dulu, sekalian kami akan mengadakan reuni, tapi pada kenyataannya cuma ada aku dan Raya-temanku- karena yang lain sepertinya tidak bisa ikut bergabung karena banyak kesibukan.

Aku kemudian berjalan ke luar dari apartemen, aku sudah meminta izin tadi dengan Randa sebelum dia pergi dengan sikap sedikit dingin, dan dia mengizinkanku dan aku sekarang akan berangkat ke tkp, tempat dimana kita janjian akan bertemu, untuk sedikit melupakan hal-hal yang membuatku tertekan akhir-akhir ini karena sikap Randa yang agak menjauh.

Huft.. memikirkan itu membuatku kembali merasa lelah tanpa sebab, lebih baik aku berangkat sekarang.

***

Aku tertawa pelan bersama Raya, sambil sesekali menceritakan pengalaman kita masing-masing waktu SMA dan kuliah, dan yang membuatku cukup kaget aadalah Raya sudah menikah dan tengah hamil sekarang. Dan dia mengetakannya dengan begitu ceria, aku yakin pasti suaminya adalah orang yang dia cinta dan juga mencintai Raya.

“Jadi kalian pacaran berapa tahun baru nikah?” tanyaku antusias, Raya tertenyum malu.

“Kita nggak pacaran,” aku terbelalak kaget.

“Terus apa dong, kamu kenapa mau nikah sama dia?!” tanyaku penasaran.

“Sebenarnya sih awalnya aku nggak mau nikah sama dia soalnya kita dijodohin,” ucapnya sambil tersipu malu.

“Terus... terus gimana lagi?” tanyaku lagi.

Raya kembali tersenyum malu.”Ya gitu, dia juga nggak mau nikah sama aku, soalnya kan kita nggak kenal satu sama lain, aku juga baru pertama kali ketemu sama dia waktu hari perjodohan itu,” aku menyimak dengan serius cerita Raya sambil sesekali menyeruput minumanku.

“Tapi aku emang udah jatuh cinta sama dia pas pertama kali ngeliat dia, soalnya dia ganteng, kapan lagi coba bisa nikah sama cowok ganteng kayak gitu,” pujinya dengan senyum lebar, sedangkan aku hanya memutar bola mataku pelan.

”Jadi aku akhirnya mau. Aku juga nggak mau ngecewain Mama sama Papa kalau aku nolak.”

Aku mengangguk paham dan menatapnya serius. Aku sangat mengerti dengan perasaannya itu karena alasanku akhirnya mau menikah dengan Randa pun karena tidak ingin mengecewakan Ibu dan Bapak.

“Awal pernikahan tuh kayak neraka, dia selalu dingin sama aku, nggak pernah mau makan masakan aku, pokoknya bikin kesel aja tiap hari, terus aku mulai balas nggak peduli sama dia setelah semua yang terbaik aku lakuin tapi nggak di respon baik, aku mulai bersikap dingin juga sama dia, aku juga udah berhenti masakin dia, toh juga nggak dimakan, kan mubazir,” Raya berhenti sesaat dan meminum minumannya.
Kemudian kembali melanjutkan ceritanya.

”Dan karena sikap aku itu dia akhirnya sadar kalau mau nggak mau dia harus akuin kalau di rumah itu juga ada aku, dia akhirnya mulai buka diri dan sesekali nyapa aku dan dia juga udah mulai makan makanan aku, dan kita mulai lagi dari awal. Terus dia bilang, mau ngelakuin ini secara bertahap, dia mau kita saling kenal pribadi masing-masing, dia bilang pengen pacaran dulu.”

Aku mengerutkan alisku pelan.”Kok pacaran? Kan kalian udah nikah.”

Raya tersenyum.”Maksudnya pacaran halal gitu Sri, jadi kalau mau cium tiba-tibakan nggak dosa, kan udah halal,” ucapnya sambil terkikik geli.

Aku memutar bola mataku malas, dasar Raya mesum.

“Kamu kapan nyusul nikah nih?” tanyanya tiba-tiba dengan senyum menggoda, aku tersedak pelan.

Not A Perfect Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang