Part 19 - Pacaran

13K 798 11
                                    

Aku dan Randa kini tengah duduk bersantai diruang tv, aku bersandar pelan di dadanya, kami sedang menikmati siaran tv siang ini.

Aku berdehem pelan."Jadi selama ini kamu pura-pura marah gitu?"

"Awalnya aku nggak ngerencanain ini sama sekali sih, aku mulai kesel sama kamu waktu dikantor itu, aku marah karena kamu nggak ngerasa cemburu sedikitpun dan waktu kamu anggap aku cuma tetangga, aku jadi marah beneran sama kamu," jelasnya.

"Tapi setelah denger kamu nangis tiap malam, aku jadi ngerasa bersalah, aku cuma mau tau seberapa penting aku buat kamu, maaf kalau caraku agak keterlaluan."

Aku mencubit perutnya pelan, Randa mengaduh pelan sambil tertawa.

"Dasar nyebelin," ucapku merajuk kesal.

Randa tertawa pelan."Aku minta maaf, sebenernya, aku udah mau minta maaf pas ngeliat kamu nangis waktu hari itu, tapi mau gimana lagi, aku harus tetap ngelakuin itu untuk tau seberapa penting aku buat kamu, dan ternyata aku udah nempel dikepala kamu," Randa terkekeh pelan.

Aku tersenyum pelan dan mengeratkan pelukanku dipinggang Randa.

"Ran?" Randa berdehem pelan.

"Pacaran yuk!" ucapku tiba-tiba, aku ingin memulai semua ini dari awal lagi, mungkin aku bisa memulainya dengan berpacaran dengan Randa.

Randa seketika mendorongku pelan dan menatapku kaget.

"Pacaran?! Kamu nembak aku?!"

Aku nyengir dan mengangguk pelan."Mau nggak?"

Randa terlihat berpikir pelan."Boleh," ucapnya pelan.

"Tapi cium aku dulu," sambungnya dengan senyum jahil.

Aku mendengus dan menciumnya dengan kecepatan kilat, Randa menggeleng pelan.

"5 menit."

Aku melotot protes, dia mau bikin aku sesak nafas apa?! Mana bisa ciuman sampai 5 menit?!

"Itu kelamaan!"

Randa menggeleng dramatis."Itu sebentar," ucapnya.

"Sini," aku kemudian mendekat.

Randa kemudian mendekatkan wajahnya dan mulai menciumku, awalnya hanya kecupan ringan, lama-kelamaan Randa mulai menciumku lebih dalam dan menuntut, Randa semakin menarikku mendekat, tangannya menekan tengkukku pelan, aku memejamkan mataku menikmati sensasinya, setelah mendorong pelan dadanya tanda bahwa aku kehabisan nafas, Randa akhirnya menjauhkan wajahnya setelah mencuri kecupan sekali lagi.

Aku menjilati bibirku pelan, Randa kemudian menunjukkan ponselnya, aku menatap ponsel Randa tak percaya.

8 menit?!

"Kok cepet yah?" tanyaku kagum.

"Mau lagi?" tawarnya dengan senyum menggoda, aku menggeleng pelan.

"Capek," ucapku pelan, kemudian kembali bersandar didadanya, menonton acara yang sedari tadi kami abaikan.

"Kamu kuliah pagikan?" aku mengangguk pelan dalam pelukannya.

"Besok aku anter," aku kembali mengangguk pelan dan mulai memejamkan mataku, aku mengantuk sekarang.

Tapi mataku tiba-tiba terbuka lagi saat mengingat sesuatu, aku menengakkan tubuhku dan menatap Randa penuh tanya, Randa balas menatapku.

Aku menggigit bibirku pelan."Kamu ngerokok?" tanyaku lirih.

Ekspresi wajah Randa berubah, dia menatapku lama sebelum mengalihkan pandangannya ke arah tv, mendiamiku.

"Ran?"

Aku menghela nafas melihatnya tetap diam, aku kemudian kembali mendekat ke arahnya dan memeluknya erat, kalau Randa memang masih belum ingin membagi masa lalunya, aku akan menunggu sampai dia bener-benar siap membagi masa lalunya denganku.

"Dulu aku pergi bukan karena aku benci kamu. Well, aku emang benci sama kamu sih dulu," aku bisa merasakan Randa menengang dipelukanku, aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Aku pergi karena Ibu sama Bapak mau ngurus tanah mereka yang ada di Sulawesi," jelasku.

"Jangan ngerokok lagi yah Ran, aku nggak mau ngeliat kamu yang kayak gitu," sambungku begitu lirih."Aku nggak mau ngeliat kamu ngerusak diri kamu sendiri karena aku. Aku nggak mau kamu kayak gitu."

Randa mengusap kepalaku pelan dan menciumi pucuk kepalaku. Randa berbisik lirih.

"Aku nggak akan kayak gitu lagi, selama kamu selalu ada didekat aku Sri."

Aku terdiam dan mencari posisi se-nyaman mungkin dan dengan perlahan mulai menutup mataku.

"Aku ngantuk," ucapku pelan, sambil semakin mendekat ke arahnya, sekarang aku sadar, aku tidak ingin Randa jauh dariku, aku tidak ingin Randa bersikap dingin denganku, aku tidak ingin melihat Randa merusak dirinya sendiri, dan sekarang aku tau bahwa Randa mulai menjadi bagian penting dari diriku dan aku tidak ingin menjauh darinya.

"Saranghae," bisikku tanpa sadar.

***

Not A Perfect Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang