Part 9 - Malam Pertama

18K 939 27
                                    

Aku berdiri kaku di depan kamar kami, setelah membujuknya berkali-kali dan tidak berhasil, mau tak mau aku harus mengikutinya.

Randa kemudian membawaku ke apartemennya yang pernah ku datangi, katanya rumahnya masih dalam proses pembangunan dan rumah itu akan selesai 2 bulan lagi. Dan dia membawaku kesini untuk tinggal dengannya, jika bisa menolak, aku pasti sudah mengunci diriku di kamar seharian, tapi Randa sepertinya tidak mau memberikanku ruang untuk bergerak, karena pria itu langsung saja menarikku ke mobilnya.

Walau aku memang belum mencintainya, tapi aku akan berusaha untuk membiasakan diri dengan Randa dan sedikit mengurangi sikap sinisku padanya. Mungkin dia memang tidak seburuk itu karena aku sedikit tersentuh dengan sikapnya sepanjang hari ini, walaupun sedikit ada drama kejar-kejaran seperti di bandara dulu.

Tapi tetap saja aku masih merasa kesal dengan Randa dan juga wanita tadi. Aku juga tidak tau kenapa aku begini, yang jelas aku merasa panas dan tidak terima dan kenyataan itulah yang membuat moodku buruk dan kesal setengah mati dengan Randa yang tidak berusaha menjelaskan apa-apa.

"Mau berdiri sampai kapan disitu?" aku mendengus pelan saat kepala Randa muncul dari balik pintu, aku mendorongnya dan masuk dengan terpaksa.

Aku memang menerimanya sekarang tapi itu bukan berarti aku akan terbiasa di dekatnya, aku berdiri disudut ruangan sambil memantau pergerakan Randa. Well, aku masih sedikit takut pada pria itu.

Randa duduk di ranjang sambil menatapku yang bersedekap. Bisa kulihat dia menyunggingkan smirk andalannya yang membuatku rasanya ingin menghantam wajahnya dengan sendal berbulu yang belum ku copot ini.

Dia kembali ke mode menyebalkan.

"Tau nggak kalau orang udah nikah biasanya ngapain?" tanyanya dengan senyum menggoda, aku mengetatkan rahangku kesal, dia mulai menakut-nakutiku.

Randa kemudian mulai melepas dasinya dengan gerakan perlahan seakan sedang mengintimidasiku sedikit demi sedikit, membuatku membayangkan hal-hal mengerikan dikepalaku.

"Itu hak aku loh Sri," ucapnya sambil membuka dua kancing kemejanya dan menggulung lengan kemejanya.

Aku menenguk ludahku kelu, ya Allah bisakah bagian ini di skip saja, aku belum bisa melakukannya dan aku tidak mau melakukannya sekarang, kulihat Randa berjalan mendekat ke arahku, sontak aku seketika menggigil ketakutan, belum lagi senyumnya yang terlihat seperti pemangsa membuatku rasanya ingin pingsan saja.

Randa sudah berdiri dihadapanku, aku bahkan tidak berani mendongak melihatnya, aku benar-benar ketakutan sekarang! Yang bisa kulakukan hanya menunduk dalam dan harap-harap cemas.

Tubuhku berubah mendingin saat tiba-tiba Randa melingkarkan tangannya di pinggangku dan menarikku mendekat ke arahnya.

Rasanya aku mau mati saja! Tanganku terkepal kuat di sisi tubuhku.

Bulu kudukku meremang saat Randa meniupku angin dengan pelan di telingaku."Muka kamu pucet," bisiknya rendah.

Aku nyaris memekik saat merasakan sapuan pelan di daun telingaku, tanganku semakin terkepal kuat.

Aku terdiam kaku, aku bahkan lupa cara bernafas saking takutnya dengan Randa yang berada sedekat ini, dimana kau wahai keberanianku.

"Aku tunggu 30 menit buat siap-siap, aku keluar dulu," ucapnya kemudian melepaskanku tidak lupa mengecup pipiku sekilas, dia sepertinya sangat menikmati menyiksaku secara mental seperti ini.

Begitu pintu tertutup, tubuhku langsung saja meluruh seakan tak bertulang, tubuhku menggigil tiba-tiba, aku tidak bisa menggendalikan tubuhku, rasanya semua terasa kaku dan sulit di gerakkan, gigiku bahkan bergelutuk pelan.

Not A Perfect Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang