Setelah acara akad nikah selesai dan kami sudah selesai menyalami tamu keluarga, kak prita mengantarku masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, aku menghela nafas dan duduk di ranjangku, kemudian melepaskan sepatu yang menyiksa ini.
Pintu kamar kemudian terbuka, aku mendongak dan menatap Randa tajam, aku diam dan terus memperhatikannya yang berjalan mendekat ke arahku.
Dia berhenti tepat dihadapanku, aku mendongak dan menatapnya tajam.
"Kamu cantik."
Kamu? Cih! Aku muak melihatnya, segera ku alihkan pandanganku darinya, lama-lama melihatnya, sepatu di tanganku bisa saja melayang ke wajahnya itu.
Aku terdiam kaku saat melihat Randa berlutut di depanku, aku menatapnya dengan mata menyipit, aku masih belum ingin berbicara dengannya.
Randa menatapku dalam."Maaf soal sikapku tadi, aku cuma lagi ngerasa penat dan nge-lampiasin rasa kesalku sama kamu waktu ngeliat kamu kabur, aku benar-benar minta maaf Sri. Akhir-akhir ini aku sedikit ngerasa tertekan."
Memangnya dia pikir aku tidak tertekan apa?!
Aku lagi-lagi terdiam kaku saat Randa membaringkan kepalanya diatas pangkuanku, sembari tangannya melingkari pinggangku dan entah kenapa aku tidak melawan kali ini. Entahlah, aku hanya merasa diterlihat benar-benar rapuh, aku diam dan membiarkannya seperti ini.
"Maaf," Randa kemudian mendekapku semakin erat.
"Jangan tinggalin aku Sri," ucapnya lirih yang entah kenapa terasa begitu tulus dan tanpa sadar, tanganku sudah bergerak mengusap rambutnya pelan, bisa kurasakan dimenegang kaku, kemudian lambat laun mulai rileks kembali.
"Lo kenapa?" tanyaku pelan, sepertinya dia benar-benar terlihat banyak pikiran.
Randa mendongak dan menatapku menyipit."Aku-kamu," paksanya.
Aku memutar bola mataku malas."Ters-"
Terdengar suara pintu di buka tiba-tiba."Dek itu ac-- eh?"
Kak Prita menatap kami kaget, aku hanya bisa diam dan tersenyum kaku, kak Prita terlihat tersenyum penuh arti padaku.
"Kalau gitu kakak tunggu dibawah yah mobilnya udah mau berangkat, jangan lama-lama pemanasannya," ucapnya dengan senyum menggoda, seketika wajahku berubah memanas.
Aku mengipasi wajahku, kemudian dengan pelan mendorong kepala Randa menjauh, Randa menatapku protes.
"Anu... Itu... kak Prita udah nunggu," ucapku yang tiba-tiba berubah seperti Aziz gagap.
Sial! Kenapa aku gugup begini?!
Randa menghela nafas protes namun tetap berdiri, aku ikut berdiri dan memilih berjalan lebih dulu, tapi panggilan Randa seketika menghentikanku, aku berbalik dan terkesip kaget saat tau-tau Randa sudah berada begitu dekat denganku dan mataku seketika membulat saat Randa mengecup bibirku kilat.
Aku melongo, mulut terbuka lebar, Randa sudah keluar sambil tertawa setan meninggalkanku yang masih terdiam layaknya orang bodoh.
Dia mencuri ciumanku, lagi?!
Not A Perfect Husband
Sekarang kami tengah berdiri sambil menyalami tamu-tamu yang kebanyakan adalah rekan dan teman kantor Randa, ruangan ini telah disulap dengan begitu indah, tirai-tirai bewarna emas dan perak di pasang dengan indah disetiap sudut ruangan. Bunga-bunga juga ditata dengan rapi disetiap sudut ruangan.
Aku menggunakan gaun bewarna perak yang terlihat simple namun anggun dengan beberapa peyet indah di sepanjang lekukannya. Sedangkan Randa menggunakan tuksedo hitam yang membuatnya tampak, well lebih gagah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Perfect Husband ✔
RomanceSaat sebuah lamaran mendadak datang ke rumahku oleh Bu Lia, dengan begitu semangat aku menyetujuinya tanpa berpikir dua kali karena yang ada di bayanganku saat itu adalah berdiri berdampingan dengan senyum lebar bersama mas Herman, setidaknya itulah...