Aku tengah melakukan pengamatan seperti biasanya ditemani secangkir teh dan juga beberapa kue kering hasil eksperimenku bersama kak Prita.
Aku duduk sembari menunggu mas Herman keluar dari rumah dan bersantai seperti biasanya, tapi hampir setengah jam aku menunggu pria itu tidak juga menampakkan wajah tampan-nya dan itu membuatku mendesah kecewa seketika. Tapi aku akan tetap menunggunya dan sesekali aku menoleh untuk memastikan apa dia sudah keluar atau belum.
Aku kembali menoleh dan menatap heran saat yang keluar adalah Randa, lain yang di tunggu lain juga yang muncul. Aku mendengus muak saat melihat Randa melambaikan tangannya ke arahku, dengan cepat aku memalingkan wajahku.
“Sri!” aku tersentak kaget saat tiba-tiba Randa sudah berdiri di sampingku.
Mau apa dia?!
Aku menatapnya dengan tidak minat.”Apa?”
“Lo mau jalan-jalan nggak?”
Aku mengerutkan alisku pelan.”Nggaklah! kalau sama lo gue ogah!” jawabku ketus.
“Oke.”
Aku bernafas lega saat dia mengatakan itu, kupikir dia akan pergi tapi ternyata, dia malah duduk di kursi di sampingku dan dengan tidak berdosanya mencomot kue-ku se-enaknya, aku melotot menatapnya kesal.
“Lo ngapain sih disini?!”
Randa menoleh dan menatapku heran.”Gue lagi makan kue,” ucapnya dengan tampang polos yang membuatku muak, Randa kemudian kembali mencomot kue keduanya.
Aku menggeram kesal melihat pria itu.
“Ini enak, lo yang buat?” tanyanya sambil mengunyah kue ketiganya.
Aku menarik nafas pelan.”Bisa nggak sih lo biarin gue tenang. Tolong balik lagi ke rumah lo,” ucapku berusaha sedikit lembut.
Randa terlihat berpikir.”Nggak, gue mau disini dulu. Di rumah nggak ada kue dan mumpung lo punya kue, gue bakal tetep di sini,” ucapnya santai.
Aku mendengus pelan dan memilih mendiamkannya, seperti kubilang, anggap saja dia itu tiang tak bernyawa.
Aku kemudian kembali mencuri-curi kesempatan menoleh ke rumah Bu Lia dan senyumku tiba-tiba mengembang saat melihat akhirnya yang ku tunggu keluar juga dari persembunyian.
“Lo suka Herman?” aku terdiam kaku mendengar suara tajam Randa.
Sial! Aku lupa dia disini.
“Oh... gue ...” lidahku tiba-tiba kelu.
Randa menyipitkan matanya kemudian pergi menjauh dan kembali kerumahnya, kulihat dia membisikkan sesuatu pada mas Herman. Mas Herman kemudian menoleh menatapku kaget.
Mataku membulat seketika, apa yang sudah Randa katakan pada mas Herman?! Mas Herman menatapku sesaat kemudian menepuk bahu Randa pelan dan kembali masuk ke dalam rumahnya, Randa kemudian kembali berjalan mendekat ke rumahku dan duduk lagi dengan tidak berdosanya.
“Lo bilang apa sama mas Herman?! Lo ngejelek-jelekin gue yah?!” tuduhku melihat wajah datarnya dan kembali memakan kue-ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Perfect Husband ✔
RomanceSaat sebuah lamaran mendadak datang ke rumahku oleh Bu Lia, dengan begitu semangat aku menyetujuinya tanpa berpikir dua kali karena yang ada di bayanganku saat itu adalah berdiri berdampingan dengan senyum lebar bersama mas Herman, setidaknya itulah...