Aku tengah berjalan pelan menyusuri Jogja sendirian, sedangkan Randa kembali bertemu dengan rekan bisnisnya itu. Aku sedikit kesal Randa malah sibuk pergi ke sana ke sini karena urusan bisnisnya itu, sedangkan aku hanya disuruh tinggal di hotel seharian dan menunggunya baru setelah itu pergi bersama. Mana mau aku tinggal seharian di hotel tanpa jalan-jalan, makanya sekarang aku putuskan untuk berjalan-jalan sebentar di sekitaran hotel dan sedikit lebih jauh ke pedagang kaki lima diseberang jalan sana.
Aku terus berjalan pelan sambil menatap pernak-pernik, makanan dan pakaian yang dijajakan di sepanjang jalan, sesekali aku singgah dan bertanya mengenai harga, dan beberapa barang yang kulihat ku butuhkan dan aku inginkan akan ku beli.
Aku terus saja berjalan dan tidak berpikir dimana aku sekarang, begitu berbalik untuk kembali, aku begitu kaget karena sudah tidak mengenali daerah di sekitarku.
Ini dimana?! Sial! Sepertinya aku harus mulai mendengarkan Randa.
Aku kemudian dengan cepat mencari ponselku dan menelpon Randa.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan...
Kenapa tidak aktif?! Sial bagaimana ini?!
Aku berpikir pelan dan berusaha mengingat dimana kami menginap, aku benar-benar tidak tau nama hotelnya apa!
Aku mengigit bibirku pelan, bagaimana sekarang?!
Aku berdiri mondar-mandir ditrotoar jalan, kemudian dengan pelan aku memberanikan diri sedikit berjalan pelan mencari jalan yang telah ku lewati tadi, tapi yang terjadi aku malah merasa semakin tersesat.
Aku kembali meraih ponselku dan berusaha menghubungi Randa, mataku menatap ke sekeliling.
"Ha—" aku hampir menjerit senang saat Randa akhirnya mengangkat panggilanku, tapi itu tidak bertahan lama.
Brak!!
Bahuku di senggol dengan kuat dari belakang, ponselku langsung saja menghantam kerasnya trotoar jalan. Aku menatap ponselku dengan mata membulat, ponselku jatuh berserakan ditrotoar, aku membaliknya dan menatap retakan acak itu dengan kesal, aku kemudian berbalik untuk melihat pelakunya dan orangnya ternyata sedang berdiri tepat dihadapanku dengan seorang wanita berdiri disampingnya menatapku menyesal, aku mengabaikan wanita itu dan menatap fokus pada pria didepanku.
Apa aku sebesar ini tidak kelihatan sampai harus ditabrak?!
Aku berdiri dan menatap pria itu, dia berdiri tepat satu meter di depanku, alisku mengerut pelan menatap wajahnya, aku merasa pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi dimana?
Aku berusaha mengingat pelan wajah datar, kaku, dan dinginnya itu.
Ah!! Aku ingat! Aku tersenyum lebar saat mengingatnya, tanganku menunjukkan pelan.
"Mas yang ditaksi itu kan?!" tebakku tiba-tiba.
Wanita disampingku menoleh ke arah pria disampingnya dan terdiam kaku, kemudian menatapku ngeri sebelum meminta maaf dan memberikanku beberapa lembar uang, kemudian pergi begitu saja sebelum aku bisa menghentikannya.
Aku mengerutkan alisku bingung, kemudian tatapanku beralih ke pria itu.
Dia menatapku lama dari atas ke bawah, kemudian kembali ke wajahku dan menatapku dingin.
"Hmm ..." ucapnya dan segera berlalu pergi.
Aku menganga tak percaya, apa dia pergi tanpa minta maaf dan ganti rugi?!
Dengan cepat aku mengejar langkah lebarnya, kemudian berdiri tepat di depannya, menghalanginya.
"Se-enggaknya mas bisa kan minta maaf dan ganti rugi hape saya?" sindirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Perfect Husband ✔
RomanceSaat sebuah lamaran mendadak datang ke rumahku oleh Bu Lia, dengan begitu semangat aku menyetujuinya tanpa berpikir dua kali karena yang ada di bayanganku saat itu adalah berdiri berdampingan dengan senyum lebar bersama mas Herman, setidaknya itulah...