Part 22 - Aneh

13.2K 737 21
                                    

Aku duduk dengan tenang disamping Randa, kami sedang menghabiskan waktu bersama di rumah Mama, setelah tadi sebelumnya melihat rumah Randa yang hampir rampung dalam 1 minggu terakhir ini.

Mama menatapku dengan tatapan lembut seperti tatapan Ibuku, aku balas tersenyum lebar.

"Cantiknya menantu Mama," ucapnya begitu lembut.

Aku kembali menampilkan senyumku, kali ini terlihat malu-malu.

Bisa aja Mama, aku jadi malu.

"Jadi kapan nih Mama dapet mantu?" tanyanya tiba-tiba.

Aku menenguk ludahku gugup, baru juga kemarin Ma kayak gitu.

Randa melirikku sekilas dengan senyum miringnya, aku balas menatapnya gugup.

"Masih dalam proses Ma," ucapnya sambil kembali melirikku.

Aku mengigit bibirku pelan, pipiku terasa kaku dan panas sekarang. Aku juga sedikit melirik ke Mama yang terlihat sedang kode-kodean dengan Randa, aku benar-benar malu sekarang, aku menunduk dalam menyembunyikan wajahku.

"Oh, kamu udah minum jamu yang mama rekomendasiin nggak Ran? Biar cepet jadinya, nanti Sri juga bakal mama kasih-in jamunya," aku mengangkat kembali wajahku.

"Nanti Mama kasih jamunya. Biar Mama cepet dapat cucunya," Mama kembali menatapku dengan senyum lembut, aku hanya bisa mengangguk kaku dengan mata yang bergerak-gerak kesana kemari karena gugup.

Mama kembali mengobrol seru dengan Randa tentang bagaimana cara paling jitu untuk segera dapat momongan, mulai dari asupan makanan sampai posisi bercinta.

Telingaku berdenging mendengar ucapan Mama, ya ampun, apa perlu di bahas segitunya? Aku yang mendengarnya bahkan hampir sesak nafas saking malunya, jangan tanya mengenai wajahku karena aku sudah tidak bisa merasakan wajahku lagi, entah kemana mereka pergi.

Akhirnya setelah sekian lama membahas soal momongan ini, percakapan mereka terhenti saat pintu depan terbuka, aku menoleh menatap ke arah mas Herman yang masuk sambil bersiul pelan.

"Good morning everybody," suaranya terdengar lebih dalam dari biasa.

Aku menatapnya kaget, dia terlihat berbeda 180 derajat dari mas Herman yang biasanya, pertama pakaiannya terlihat seperti bukan mas Herman dan pembawaannya tidak setenang dulu.

Mas Herman kemudian menatap ke sekeliling dan kemudian pandangannya terarah padaku.

"Wow, how is it? Beautiful young lady," ucapnya dengan smirk yang baru pertama kali ini ku lihat, tanpa sadar aku mengkeret ke arah Randa dan menggenggam tangannya.

Apa yang terjadi?

Mas Herman melihat gerak-gerikku dan melangkah mundur setelah tersenyum penuh rahasia.

"Easy, i am a good guy," ucapnya masih dengan smirk andalannya."And i miss you brother, long time no see," setelah mencium pipi Mama, mas Herman kemudian naik ke lantai dua rumahnya.

Aku menoleh ke arah Randa dan bisa ku lihat wajahnya berubah kaku, matanya menatap ke tempat di mana mas Herman menghilang.

"Aku bakal telpon om Danu," tegasnya, Randa kemudian dengan cepat mengeluarkan ponselnya, tapi terhenti saat Mama menyelanya.

"Randa ..." suaranya terdengar lirih."Dia tetap kakak kamu."

Randa menatap Mama dengan mata tak percaya."Sejak kapan?"

"1 minggu yang lalu," ucapnya, mata Mama berkaca-kaca.

Randa sontak berdiri, genggaman tangan kami terlepas."Kenapa Mama nggak ngomong ke aku?!" suaranya terdengar keras dan nyaris membentak.

Not A Perfect Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang