Mukaku terus saja ku tekuk sejak tadi, aku tidak tau apa penyebabnya, yang jelas aku merasa kesal melihat wanita itu.
Tadi setelah menghabiskan waktu seharian mengelilingi tempat-tempat destinasi di Jogja, aku dan Randa memutuskan untuk singgah mengisi perut di kafe di dekat hotel tempat kami menginap sebelum kembali ke hotel dan beristirahat, tapi sekarang aku menyesal karena gara-gara itu kami bertemu dengan wanita ini.
Entah dari mana dia muncul, tiba-tiba saja aku melihat batang hidungnya, saat aku pamit ke toilet sebentar dan begitu aku kembali, dia sudah mejeng cantik di samping Randa dan sok perhatian layaknya seorang pacar.
Benar-benar memuakkan!
Aku duduk dengan kesal didepan Randa, seharusnya yang ada di samping Randa kan aku?! Aku kan istrinya!!
Wajahku berubah semakin dongkol saat wanita itu seperti tidak sadar aku ada di meja yang sama dengannya. dengan tidak tau dirinya dia berniat menyuapi Randa dengan makanannya.
Aku menggertakkan gigiku kesal.
"Ran ... aaaa ..." ujarnya sok manis, tangannya mengantung di udara menunggu Randa membuka mulutnya dan memakan makanannya.
Randa mendorong pelan tangan wanita itu.
Aku berdecih sinis dan berdehem keras.
"Mbak kenapa disini yah? Saya rasa saya nggak ngundang mbak duduk disini! Dan tolong jaga jarak sama SUAMI saya!" ucapku pedas dan menekankan kata suami, biar saja, biar dia tau diri dan pergi.
Randa terkekeh pelan mendengar ucapanku, aku menatapnya melotot kesal, sedangkan wanita itu menatapku dengan senyum tipis yang terlihat sinis.
"Ini teman aku Sri, Sarah," Randa memperkenalkannya padaku.
Aku menatapnya tak suka.
"Oh teman kamu, yang meluk kamu pas resepsi itu kan?" ucapku lengkap dengan sindiran pedasku.
Wanita itu tertawa anggun yang terdengar seperti tawa mengejek di telingaku.
"Kami memang sedekat itu, bahkan pernah ti—"
"Sarah," Randa berucap pelan memperingati, Sarah tersenyum kecil ke arah Randa kemudian menatapku dengan senyum sok manisnya.
Aku menggeram kesal melihatnya, apa dia tidak punya kerjaan lain selain menganggu Randa apa?!
Aku kemudian memakan makanan yang sudah ku pesan lebih dulu tadi sebelum pergi ke toilet, aku menatap ke luar, mengalihkan pandanganku dari mereka.
"Ran, kamu kenapa udah jarang jalan sama aku?" tanyanya dengan suara manja yang membuatku seketika muak mendengarnya.
"Oh, aku sibuk kerja."
"Kok, gitu sih? Biasanya kan kamu selalu nyempatin waktu buat aku," ucapnya merajuk manja.
Aku mengetatkan rahangku dan makan dalam diam, saat mengunyah aku kembali menatap pemandangan diluar kafe.
"Sarah, aku udah punya istri dan aku udah nggak bisa lagi terlalu sering jalan sama kamu."
Mau tak mau senyum puasku tersungging, masih menatap keluar aku menguyah sambil sesekali tersenyum miring, yang ku tau wanita itu pasti melihatnya.
"Kamu kok gitu sih semenjak nikah sama dia?!" bentaknya tiba-tiba marah.
Aku menoleh menatapnya dengan senyum tak berdosa dan sebelum Randa menyahut, aku lebih dulu menyambar pertanyaannya.
"Karena saya ISTRI-nya dan kamu TEMAN-nya," ucapku dengan senyum miring yang terasa mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Perfect Husband ✔
RomanceSaat sebuah lamaran mendadak datang ke rumahku oleh Bu Lia, dengan begitu semangat aku menyetujuinya tanpa berpikir dua kali karena yang ada di bayanganku saat itu adalah berdiri berdampingan dengan senyum lebar bersama mas Herman, setidaknya itulah...