Setidaknya, beri aku petunjuk tentang perasaanmu.
Bukannya aku tidak peka, namun aku bukan lah peramal yang bisa menerka arti dari tatapanmu.
-Kevin***
"Vin...," suara Cindy terdengar bergetar.
"Apa yang lo suka dari gue?"
Cindy terlonjak mendapati pertanyaan yang terlontar dari seseorang yang selama ini ia cintai.
***
Udara di dalam ruang tamu yang tadinya sejuk mendadak berubah panas. Kevin masih belum mau melepaskan Cindy. Engsel-engsel sendi pada tungkai Cindy seolah kehilangan eksistensinya. Susah digerakkan. Cindy juga kesulitan mengais oksigen yang hampir habis. Gadis itu benar-benar tercekat akibat ulah dari Kevin.
"Apa yang lo suka dari gue?" pertanyaan yang sama kembali diajukan oleh Kevin. Demi Tuhan, Cindy tak tahu harus menjawab apa.
Sesungguhnya tak ada alasan baginya untuk menyukai lelaki itu. Cindy sendiri tak tahu sejak kapan benih cinta itu mulai tumbuh. Namun seingat Cindy, pertemuan pertamanya dengan Kevin saat dia tidak sengaja menabrak pemuda itu. Dan pada hari itu pula Kevin mengucapkan kalimat menyakitkan yang tak mungkin ia lupakan.
Tunggu.
Seketika ingatan Cindy berputar ke masa di mana dia tersentuh hatinya melihat Kevin bernyanyi di depan anak-anak panti asuhan. Ya, sebuah panti yang tiap bulannya Cindy selalu kunjungi. Tentu saja Kevin masih belum mengenal Cindy kala itu. Apa mulai sejak itu Cindy secara tak sadar menyukai Kevin?
Alih-alih mengakui perasaannya dan menjawab jujur, di luar dugaan, Cindy justru menjitak kepala Kevin keras. "Lo belum pernah kena timpuk tai onta ya?!" pekik Cindy sebal tepat setelah gadis itu dapat membebaskan diri dari Kevin.
Tangan Kevin mengusap-usap cepat kepalanya sendiri. Cowok itu mengaduh kesakitan. Tak menyangka jika pertanyaan seriusnya malah dibalas dengan jitakan keras di kepalanya.
"Lo tuh cewek atau cowok sih?! Tenaganya kuat banget!" Kevin merubah posisinya menjadi terduduk di sofa. Masih di tempat yang sama, tepat di puncak kepalanya, Kevin terus mengusapkan telapaknya. Berupaya menghilangkan rasa sakit akibat jitakan yang didapatnya. Sakitnya bukan main.
"Ya bodo! Siapa suruh lo kepedean jadi orang!" Cindy melengos pergi dari ruang tamu. Mengambil langkah cepat naik ke lantai dua menuju kamarnya. Tanpa mengucapkan permintaan maaf dan melupakan keinginannya untuk minum.
Sedangkan Kevin termangu di tempatnya duduk seraya menatap kepergian Cindy dari sana.
"Siapa yang kepedean sih? Lo sendiri yang ngaku pas di UKS." gumam Kevin pada dirinya sendiri.
***
"Cin, bisa keluar sebentar?" kepala Yerina menyembul dari balik pintu. Lantas Cindy segera menutup laptopnya dan menyusul Yerina turun ke lantai bawah.
Setibanya di ruang keluarga, semua anak Bangtanfriend--sebutan baru bagi Bangbang dan Girlfriend Squad--telah berkumpul di sana. Kening Cindy mengerut rapat tatkala melihat ekspresi serius yang terpasang di wajah sahabat-sahabatnya itu. Terlebih Kevin nampak memisahkan diri. Duduk menjauh dari yang lain.
"Kalian kenapa sih?" Cindy menyuarakan rasa ingin tahunya. Tak ada yang menyahut. Semuanya terdiam seperti patung. Terutama Daffa yang sedari tadi nampak menunduk. Hanya Yerina yang mau mendekati Cindy.
"Selama ini lo nggak pernah bohong sama kita. Jawab jujur, lo punya hubungan apa sama Kevin?" mendengar pertanyaan Yerina, Cindy memasang tampang bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDE ( jjk x heb )
Fanfiction[Completed] Cindy Alexandra Xavier--cewek jurusan sastra inggris Universitas Nusantara udah lama suka sama Kevin--si ketua SEMA Universitas Nusantara. Cindy yang supel dan gayanya yang serampangan berbanding terbalik dengan Kevin yang dingin serta s...