t i g a d u a

1.3K 206 81
                                    

Hanya dengan dia, aku bisa merasakan yang namanya pulang.
Sebab dia adalah rumahku.

***

Di deretan rak-rak buku khusus novel teenfiction, Cindy lewati tanpa minat. Sesekali dwinetranya mengeksplor dan bibirnya melafal judul-judul novel yang tak sengaja dia baca. Sementara Christine sedari tadi belum berniat beranjak dari tempatnya berdiri. Kepala Christine menunduk, membaca dengan serius novel yang sedang dipegangnya.

Cindy terus melangkah sembari satu tangannya meraba beberapa buku yang dilewatinya. Lalu sebuah novel tak sengaja menarik minatnya. Tanpa berpikir dua kali Cindy mengambil novel yang berjudul "Chance".

Di belakang buku terdapat beberapa penggalan kalimat. Ekor mata Cindy bergerak dari kiri ke kanan membaca dalam diam kalimat tersebut.

Apakah kau tahu arti dari sebuah kehilangan?
Percayalah, kau tidak akan pernah tahu sampai kau benar-benar mengalaminya.

Dan dari kehilangan itu, kau akan mempelajari bagaimana seharusnya kau memanfaatkan sebuah kesempatan.

Kesempatan di mana kau bisa mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikmu.

Banyak orang berkata bahwa kesempatan tidak datang dua kali. Tapi bagiku, kesempatan bisa datang berkali-kali kepada orang yang bisa melihat peluang.

Saat membaca ini, apakah ada orang yang terlintas dalam benakmu? Seseorang yang tak ingin kau lepaskan dari hidupmu.

Apabila iya, itu menandakan orang tersebut sangat berharga bagimu. Maka dari itu, genggamlah orang tersebut sekuat yang kau bisa.

Karena sekalinya kau kehilangan orang itu, yakinlah, hatimu tidak akan sanggup menanggungnya.

Kata-kata yang tercantum di belakang novel tersebut benar-benar mengenyuhkan perasaan Cindy. Bagai ditarik menuju puncak batas kesadaran, seketika Cindy teringat akan ucapan Ayu kemarin.

"Ini kesempatan terakhir lo buat pertahanin Kevin. Gue sama Irene udah nyusun strategi buat jeblosin pak David ke penjara tapi syaratnya Kevin harus jauhin lo mengingat status diri lo yang sebenarnya. Tapi Kevin nolak. Dia bersikeras supaya nggak nyangkut pautin sama masalah bokap lo.

Kevin jauhin lo bukan karena disuruh gue atau Irene. Itu atas kemauan dia sendiri karena dia nggak mau nyakitin lo."

Ayu menghela napas dalam. Sejujurnya dia tak menyangka hubungan Kevin dan Cindy akan diterpa masalah serumit ini. Kemudian Ayu memandang lurus-lurus Cindy.

"Kesempatan ada sama lo, Cin. Lo rela bokap lo mendekam di penjara demi Kevin balik sama lo?"

Cindy benar-benar dihadapkan oleh pilihan yang teramat sangat sulit. Di satu sisi, dia tak ingin kehilangan Kevin. Ibaratnya, Kevin telah menjadi pusaran kehidupannya. Tempat sandaran bagi Cindy di kala gadis itu bersedih. Tapi di sisi lain, dia adalah darah daging dari om David. 

Cindy tersentak tatkala Christine menyentuh pundaknya. Lamunannya seketika buyar dan enyah begitu saja.

"Yuk, cabut. Gue udah pilih novel yang mau gue beli." ujar Christine sumringah sembari menunjukkan lima buah novel di tangannya. "Bantuin gue kek bawain." dengan santainya Christine mengalihkan 3 novel kepada Cindy sementara dia hanya membawa 2.

Cindy mendelik tajam. "Si anjir maunya enak sendiri!"

"Ntar gue traktir makan." Christine mengerling jahil.

Alhasil mau tak mau Cindy menenteng 3 novel berukuran tebal menuju kasir. Dalam hati Cindy berniat akan mencuri satu novel yang dibeli Christine hari ini.

SIDE ( jjk x heb ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang