d u a e m p a t

1.2K 191 39
                                    

Kau tak mengerti bagaimana rasanya menahan gemuruh rindu yang berarti.

***

Di dalam ruang kamarnya Christine termenung cukup lama. Sebelum akhirnya ia membuka sebuah kotak yang didalamnya terdapat selembar foto lama keluarganya. Foto di mana Papa masih berkumpul bersama dirinya, Mama, dan Cindy kecil.

Diambilnya selembar foto yang memajang potret keluarga kecilnya dulu. Samar-samar Christine ingat bahwa foto ini diambil saat Cindy kecil untuk pertama kalinya menghirup dunia luar. Dan Elizabeth telah diperbolehkan pulang pasca melahirkan anak kedua.

Cindy yang baru berusia 10 hari berada dalam gendongan Elizabeth. Sementara David menggendong Christine. Potret itu menunjukkan betapa harmonisnya rumah tangga kedua orang tuanya. Siapa sangka jika 7 bulan setelah itu, David pergi meninggalkan Mamanya.

Terkadang saat sebelum tidur, Christine suka mengajukan sebuah pertanyaan pada Tuhan; mengapa takdir mempertemukan dua orang jika pada akhirnya takdir pula yang memisahkan mereka?

Dan hingga sekarang Christine belum menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaannya. Semuanya justru semakin semu. Bahkan Mamanya sudah tidak ingin membahas mengenai Papanya.

Sama seperti Cindy, tak jarang Christine merindukan Papanya. Sewaktu masih sekolah, perasaan iri kerap kali muncul ketika Christine melihat teman-temannya dijemput Ayah mereka sepulang sekolah. Atau ditemani mengambil rapot.

Keirian hati itu bertambah berkali lipat saat hari kelulusan SMA. Christine sudah kebal menyaksikan teman-temannya yang dicium pipinya oleh orang tua mereka. Sementara Christine tak pernah mendapat perlakuan seperti itu.

Pekerjaan Elizabeth yang lumayan sibuk membuat Christine memaklumi keabsenan Mamanya di hari kelulusan sekolah. Jangankan berharap Papanya yang tiba-tiba muncul, mengharapkan Mamanya datang saja--Christine menyerah.

Walaupun begitu, Elizabeth pasti mengadakan pesta kecil-kecilan di rumahnya untuk merayakan kelulusan sekolah kedua anaknya. Itu yang membuat Christine semakin menyayangi ibunya.

Christine menyeka cepat air mata yang lagi-lagi mengalir mulus di pipinya. Mengingat masa-masa bersama Papanya dulu, sukses meleburkan perasaannya. Perih tapi tak berdarah.

Christine ingat saat Papanya kewalahan menghadapi sifat keras kepalanya dulu. Waktu itu Christine masih berumur sekitar 4 tahun. Christine berteriak sebal kala kedua orang tuanya hanya mencurahkan perhatiannya terhadap Cindy yang saat itu masih bayi.

Sebagai bentuk protes terhadap orang tuanya, Christine menjadi anak yang sangat manja. Christine melempar botol susu yang dibuatkan David. Christine menangis histeris seraya melempar mainannya ke sembarang arah.

Omelan kecil sang Mama tak diacuhkan Christine. Dulu Christine benci ketika Mamanya selalu memarahinya dengan alasan klasik yang sama; takut Cindy terbangun dari tidurnya.

Kala itu Christine belum mengerti apa-apa. Mamanya pusing tujuh keliling mengurusi Christine yang mendadak menjadi super bawel. Hal itu dilakukan karena Christine ingin menarik perhatian Mama dan Papanya.

Akhirnya di suatu malam Papa memasuki kamar Christine dan menghibur Christine yang tengah menangis. Lama-lama David tidak tega juga membiarkan anak sulungnya merasa diperlakukan tidak adil.

SIDE ( jjk x heb ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang