I didn't want to fall in love or need someone. I really didn't want anything.
But then, you appeared and I started wanting everything
-wordporn***
Tepat saat Cindy terlihat membuka pagar dan memasuki pekarangan rumah, Kevin melesat dari kamar Cindy. Bergegas menuju kamarnya sendiri. Jika gadis itu menemukan Kevin bergeming di kamarnya, bisa-bisa Cindy salah paham. Dan bisa dipastikan kebencian Cindy bertambah dua kali lipat dari sebelumnya.
Perlahan namun pasti melalui celah pintu kamarnya sendiri, Kevin mengintip Cindy yang telah hilang di balik sekat kamar. Beberapa saat kemudian samar-samar terdengar suara grasak grusuk dari luar.
Kevin masih di sana. Berdiri di balik pintu sembari diam-diam mengawasi gerak-gerik Cindy. Bisa dilihat gadis itu menggendong sebuah tas di punggungnya serta menjinjing beberapa plastik berisikan oleh-oleh yang mereka beli sewaktu di Bandung.
Pemuda itu mengerenyitkan kening. Tampaknya Cindy akan pergi ke suatu tempat terlihat dari beberapa barang yang dia bawa. Kevin tak bisa diam lagi di tempatnya. Dia keluar, menyusul Cindy yang baru menuruni anak tangga.
"Mau kemana lo?" terdengar sinis memang, tapi terselip kecemasan dari nada bicara Kevin.
Cindy menoleh ke belakang. Sebelum ia menjawab, terlebih dulu ia naikan sedikit tas punggungnya yang hampir melorot.
Ternyata yang didapat Kevin hanya lah tatapan menusuk. Cindy bungkam. Tak mengeluarkan satu patah kata pun. Selanjutnya gadis itu kembali melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.
Mungkin gengsi Kevin terlalu besar untuk minta maaf. Meskipun mengaku salah, nyatanya kalimat permintaan maaf itu pun lenyap seketika kala berhadapan dengan Cindy. Namun tak lantas pemuda itu membiarkan Cindy pergi.
"Lo bisu ya?" dada Kevin seolah membuncah ingin meledak menghadapi tindakan Cindy yang menghiraukannya. Pekikan Kevin berhasil menghentikan langkah Cindy. Kevin berdeham sesaat sebelum melanjutkan, "Jangan bilang lo mau kabur."
Seakan membenarkan perkataan Kevin, dengan singkat Cindy menyahut, "Lo bilang nggak mau liat gue."
Tangan Kevin memijit pelipisnya yang mulai terasa sakit. Dihembuskannya napas kasar. Ini semua memang salahnya. Kevin tak dapat memungkiri bahwa kata-katanya pasti sangat menohok perasaan Cindy. Walaupun begitu, bukan berarti Kevin selamanya tak ingin melihat Cindy lagi.
Cindy salah paham atas tindakan yang Kevin perbuat. Bagaimana cara agar menyelesaikan kesalahpahaman dengan gadis itu?
Bahkan Kevin sendiri tak mengerti. Ada rasa penolakan ketika Cindy menjauhinya seperti ini. Bahkan gadis itu tak benar-benar menatap mata Kevin saat berbicara dengannya.
Lantaran tak mendapat respon dari Kevin, Cindy menderapkan kakinya lagi. Sesaat Kevin tersentak dari keterdiamannya yang cukup lama.
"Tunggu! Ini kan rumah lo. Kenapa harus lo yang pergi?"
Tatkala mencapai anak tangga terakhir, tanpa kentara Cindy menepuk jidatnya sendiri. Merutuki kebodohannya yang bersikap sangat kekanakan. Seharusnya ia menendang Kevin keluar dari rumahnya, bukan dia yang secara suka rela pergi dari rumahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDE ( jjk x heb )
Fanfiction[Completed] Cindy Alexandra Xavier--cewek jurusan sastra inggris Universitas Nusantara udah lama suka sama Kevin--si ketua SEMA Universitas Nusantara. Cindy yang supel dan gayanya yang serampangan berbanding terbalik dengan Kevin yang dingin serta s...