s e m b i l a n b e l a s

1.3K 216 64
                                    

Ps. Tinggalin jejak juseyo.
Nggak vote atau comment = hantu

***
Please, just trust me.
Only me. Not anyone else
-Kevin

***

Demi Tuhan, ini tidak seperti apa yang Cindy pikirkan. Kevin telah menjelajahi hampir seluruh wilayah gedung Fakultas yang ada di Universitas Nusantara, namun ia masih belum dapat menemukan gadisnya. Bahkan ia juga mendatangi tempat nongkrong Cindy yang notabene adalah kantin kampus. Ia juga tidak melihat gadisnya di sana.

Kevin nyaris merasa putus asa. Ditambah lagi Cindy tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Dan tepat saat Kevin melangkah lesu menuju mobilnya, ekor matanya menangkap sosok Cindy hendak masuk ke sebuah mobil sport putih. Bersama laki-laki yang tak asing lagi bagi Kevin--Gerry.

Gerry membukakan pintu penumpang untuk Cindy. Sekilas Cindy mengulum senyuman kecil. Rautnya mengekspresikan bahwa ia lelah. Tatkala Cindy hendak naik, sebuah tangan kekar menutup paksa pintu penumpang. Cindy memutar kepalanya dan terkejut mendapati Kevin yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Ikut gue!" titah Kevin tegas seraya menggenggam erat tangan Cindy. Gadis itu tak lantas menurut. Kedua tungkainya tertahan di pijakannya.

"Gue nggak mau!" sentak Cindy keras kepala lalu membebaskan tangannya dari cengkraman Kevin.

"Cin, gue bisa jelasin semuanya!"

Sedari tadi Gerry memperhatikan keduanya karena tak tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka. Namun saat melihat bagaimana Kevin memaksa Cindy dengan kembali merangkum telapak tangannya, Gerry mencoba turun tangan.

"Lo dengar kan dia nggak mau? Jangan dipaksa!" sergah Gerry seraya mengamit lengan Cindy.

De javu. Kevin pernah mengatakan kalimat yang sama pada Jackson beberapa hari lalu. Kini giliran Kevin yang mendapat kalimat menyebalkan itu dari bocah SMA yang telah ia tandai sebagai rivalnya sejak pertama kali bertemu.

Lantas Kevin melayangkan tatapan tidak suka. "Emang lo siapanya Cindy?"

Pertanyaan Kevin seolah seperti sebuah tamparan keras bagi Gerry. Tak pelak mendiamkan Gerry seribu bahasa. Bagaimana mungkin dalam keadaan seperti ini Gerry mengungkap identitasnya yang asli? Ini bukanlah waktu yang tepat.

Mata Cindy terpejam sejenak lalu menghela napas dalam. Bagaikan adegan drama Korea, satu pria menggenggam tangannya dan pria lainnya menahan lengannya. Menurut Cindy, itu adegan yang sangat menggelikan serta terlalu berlebihan. Dan sekarang justru Cindy mengalaminya sendiri. Lucu, bukan?

Merasa diperebutkan oleh dua lelaki tampan, Cindy menjadi besar kepala. Tingkat kepercayaan dirinya meningkat drastis meski ia masih jengkel terhadap Kevin yang ia anggap berselingkuh dengan Nuri. Walaupun begitu, Cindy masih menjaga image-nya di depan Kevin dan Gerry.

"Lepasin! Gue sendirian aja!" Cindy melepaskan diri dari keduanya. Memperhatikan Kevin dan Gerry bergantian lalu membalikkan badan. Raut kesalnya masih bersarang di parasnya yang cantik. Ia berlalu begitu saja seraya menghentakkan kaki keras-keras ke tanah. Meyakini bahwa kedua laki-laki itu atau salah satunya akan mengejarnya. 

Sesekali sudut netra Cindy melirik ke belakang untuk sekedar memastikan. Nyatanya, sampai di langkahnya yang ke sepuluh, tak ada satu pun yang mengejarnya. Bahkan terlihat Kevin dan Gerry masih bergeming di tempat. Saling beradu pandang dengan cara yang tidak menyenangkan. Akibat tidak ada salah satunya yang beraksi, alhasil kesabaran Cindy habis. Dengan kekesalan yang telah mencapai ubun-ubun, Cindy mempercepat langkahnya menuju gerbang utama kampus. 

SIDE ( jjk x heb ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang