June, 2018- Seorang anak laki-laki sedang berjalan menuju rumahnya malam itu. Ia masih mengenakan seragam sekolah dan menggendong tas ranselnya serta mengenakan eye pad (perban mata) yang menutupi salah satu matanya. Mungkin matanya sedang iritasi. Begitu sampai di depan rumahnya yang mungil itu, ia mengecek jam tangannya dan jam sudah menunjukkan tengah malam. Ia segera masuk ke dalam rumahnya yang sama sekali belum dikunci. Begitu masuk, ia bisa mendengar suara keributan dari arah dapur. Apakah orang tuanya bertengkar lagi? Anak ini hanya bisa menghembuskan nafasnya sabar. Ia pun segera masuk ke kamarnya yang ia bagi bersama adik perempuannya yang masih SD.
"Yerim? Kenapa belum tidur? Besok kau harus sekolah."
"Woojin oppa, dari tadi ayah dan ibu selalu bertengkar, aku tidak bisa tidur. Kau juga tidak pulang-pulang."
"Cepat tidur, ada hantu kakek-kakek sedari tadi berdiri di samping kasurmu." Woojin meletakkan tas dan masih sibuk melepas kedua sepatunya. Ya, ini salah satu penyakit yang di deritanya. Ia dapat melihat makhluk-makhluk yang orang lain tidak bisa lihat.
"Hentikan. Kau selalu menakut-nakutiku."
"Kalau begitu tidurlah. Nanti hantunya akan mengganggumu terus." Yerim hanya bisa menuruti perintah kakaknya dan segera pergi tidur.
Woojin langsung duduk di meja belajarnya dan mengeluarkan buku-bukunya. Ia harus belajar dan mengerjakan PR nya. Beginilah rutinitasnya sehari-hari, mengerjakan PR di tengah malam.
. . .
Sementara itu jauh di bagian kota Seoul yang lain, di sebuah ruang kerja yang cukup berantakan, Profesor Ong yang usianya makin menua tetapi projeknya belum dimulai-mulai. Ia sedang stress soal itu. Ia lihat ke catatannya, ada 3 foto anak remaja yang terlihat normal. Dari yang paling kiri tertulis Park Jihoon, lalu Samuel Kim, dan yang terakhir David Lee. Sampai sekarang peserta yang berencana ikut masih ada 3. Padahal kurang satu lagi. Profesor Ong bingung harus mencari kemana.
Kalau begitu kenapa tidak dia sendiri yang ikut? Ini sudah tengah malam tetapi dia sendiri belum tidur. Itu sih dia tidak bisa tidur karena sedang memikirkan bahan uji cobanya. Ini sudah memasuki pertengahan 2018 tetapi uji coba ini belum dimulai sama sekali. Padahal rumah tempat mereka berkumpul sudah disiapkan matang-matang sejak awal tahun.
. . .
Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Woojin sudah menyelesaikan PR nya. Ia sangat kelelahan tetapi masih belum merasakan yang namanya kantuk. Ia pun mencari pekerjaan lain. Woojin menyiapkan pena dan buku catatannya. Ia mulai mencatat berapa banyak pengeluaran yang dibutuhkan untuk setengah tahun kedepan mulai dari membayar kontrakan rumah, biaya sekolahnya dan adiknya, biaya masuk Universitas, hutang-hutang ayahnya, serta kebutuhan sehari-hari. Ia catat jumlahnya satu persatu kemudian ia jumlahkan semuanya secara manual. Woojin bukan anak pemalas yang selalu mengandalkan kalkulator, bung. Hasil dari semuanya adalah 5 juta won. Mustahil jika ia bisa mendapat uang sebanyak itu dengan bekerja paruh waktu sebagai seorang kasir di minimarket.
Woojin tidak mau memikirkannya, ia langsung menjatuhkan kepalanya diatas meja dengan malas. Rasanya ingin sekalian tidur tapi begitulah, susah.
Drrt drrt- Ponsel yang ada di sakunya tiba-tiba bergetar yang menandakan ada panggilan masuk. Anak ini memang tidak suka yang berisik-berisik jadi nada deringnya diatur vibrate. Sebuah nomor tidak dikenal menghubunginya. Jadi siapa orang yang menghubunginya di dini hari seperti ini?
"Halo?" sapa Woojin memulai percakapan.
"Apakah anda anak remaja berusia 13-18 tahun? Apakah anda belum bisa tidur? Anda menderita insomnia? Jika benar, silahkan mengikuti uji coba terhadap anak-anak remaja penderita insomnia yang diadakan oleh Profesor Ong, kami akan memberi bayaran 1 juta won untuk anda. Bagi yang berminat bisa hubungi nomor kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?