23. The End

2.1K 404 52
                                    

"Gahyun?"

"Eum, ini aku."

"A-ada apa?"

"Kumohon, bantu aku sebentar. Sebentar saja." wajah Gahyun tiba-tiba memucat dan lesu.

"Kenapa? Ada apa?"

"Dadaku terasa sakit, Woojin-ah."

"Hantu bisa merasakan sakit?"

"A-aku serius. A-aku pun tidak tahu kenapa. T-tolong, jin-ah.." tiba-tiba Gahyun terjatuh, membuat Woojin otomatis meletakkan senter yang ia bawa dan berusaha menolongnya walaupun ia sendiri tahu itu tidak bisa dilakukan.

"Apa yang terjadi? Katakan padaku?"

"Aku serasa ingin mati."

"Kau sudah mati."

"Rasanya sama seperti ketika aku hendak mati dulu. Aku harus apa, Woojin-ah?" suaranya mulai tidak bisa didengar oleh Woojin dan tubuhnya juga mulai memudar. Woojin langsung menyimpulkannya, ini adalah waktunya Gahyun pergi ke alam baka dan akan dilahirkan kembali setelah keinginannya terkabul.

"Kurasa Siyeon sudah datang menjemputmu sesuai janjinya, Gahyun."

"Woojin-ah, jangan menyerah, selamatkan saudara kembarmu, jangan biarkan ia membusuk di bawah tanah sepertiku."

. . .

BRAK!- Setelah mengikat jarinya yang patah, Jihoon pun bisa membantu Siyeon untuk mendobrak pagar besi sialan yang dikunci dengan kuat itu. Mereka berdua langsung bersorak senang begitu berhasil menghancurkan pagar besi tersebut. Tanpa berpikir lama, mereka pun segera pergi keluar dengan mengendap-endap. Jihoon sudah dalam keadaannya yang sangat lemah dan mengenaskan ditambahkan tangannya yang dibuat berlumuran darah sehingga Siyeon harus membantunya untuk berjalan dengan cepat. Perlahan tapi berhasil mengantarkan mereka keluar dari tempat lembab dan gelap ini.

Jihoon menjatuhkan dirinya di tanah dan akhirnya dapat menghirup udara segar begitu berhasil keluar dari lorong-lorong bawah tanah yang hampir membunuhnya. Kemudian Siyeon ikut terduduk di sebelahnya untuk beristirahat sebentar. Ia berkata, "Jihoon-ah, masuklah ke kastil dan beristirahatlah lebih dulu. Aku akan pergi mencari Kak Minhyun."

"Tidak. Aku harus bertemu teman-temanku yang lain. Dimana mereka?"

"Oh, astaga, keadaanmu sangat mengenaskan, kumohon jangan membantah."

"Aku lebih tua darimu, seharusnya kau yang tidak boleh membantahku. Ayo, kita cari Tuan Hwang, aku juga harus mencari Woojin dan teman-temanku yang lain, ayo." Jihoon bangkit lebih dulu dan menarik tangan Siyeon.

. . .

Angin malam musim panas bertiup dengan tenang dan perlahan membersihkan keringat yang mengalir deras di tubuh para orang-orang tak bersalah yang sudah dibuat kelelahan berlari kesana kesini malam itu. Profesor dan kedua pengikut setianya, Samuel dan David sedang berdiam di tempat aman. Mereka bersembunyi dan bersandar dibalik batu besar yang cukup dekat dengan sungai. Sedari tadi mereka bertiga masih saja berebut oksigen.

Darah terus keluar dari luka tembak di kaki Samuel dan membuat kedua manusia yang sedari tadi disampingnya itu panik sendiri. Hingga akhirnya Profesor menyuruh David untuk melepas handwrap yang sejak kemarin masih mengikat kuat ditangannya, handwrap itu pun David lepas perlahan. Kemudian Profesor ikat kaki Samuel menggunakan handwrap dengan kuat sebagai pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahan.

"Samuel, David, aku akan menyusul Woojin sebentar, kalian tunggu disini, ya?"

"Baiklah, Prof."

"Jangan kemana-mana, aku dan Woojin akan segera menghubungi polisi, oke? Tetap disini, ya." kemudian Profesor bangkit dan pergi meninggalkan kedua anak malang ini. Sementara Samuel dan David hanya bisa terdiam dan menurut saja.

Hallerbos TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang