13. Where is Professor?

2.3K 431 37
                                    

Profesor Ong POV- Mungkin beberapa pertanyaan-pertanyaan ini masih butuh jawaban yang jelas. Bagaimana bisa aku tetap hidup? Dan bagaimana bisa aku kabur dari hutan menuju kota? Aku sendiri mungkin masih kurang percaya itu bisa terjadi.

Hari itu pada hari kedua anak-anak tinggal di kastil, aku baru bisa datang untuk tugas utamaku disana. Pagi-pagi sekali aku datang ke kastil dan anak-anak menyambutku dengan mengajak sarapan bersama dengan makanan yang sudah dihidangkan Nyonya Han. Awalnya tidak terjadi apa-apa dan aku makan dengan tenang. Setelah itu aku masuk ke ruang kendali dan menata barang-barangku disana. Ingatanku berhenti disana. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Apa aku sudah meninggal saat itu?

Aku baru ingat lagi ketika sadar di suatu tempat. Gelap sekali, tidak ada penerangan dan sangat sepi. Apa ini pos dekat gerbang? Apa anak-anak mengiraku sudah meninggal dan mengamankan tubuhku disana? Aku tidak tahu tepatnya hari apa dan pukul berapa aku tersadar. Di hari yang gelap itu, hanya aku sendiri di dalam ruangan dan aku di teror habis-habisan. Kadang seseorang datang dari kegelapan dan berbicara padaku. Mengancamku secara pribadi. Kadang sebuah pisau tajam dilempar begitu saja. Mengerikan. Aku pikir aku akan mati betulan disana. Dan yang harus kalian tahu, teror itu hanya terjadi selama 2-3 jam sampai aku benar-benar dibuat terancam. Beruntung, ponsel yang ada disakuku memiliki baterai yang cukup. Tetapi sial, sinyalnya tidak bersahabat.

Langit masih belum terang, aku berusaha untuk keluar dari ruangan sempit ini. Aku sempat mengira aku sedang berada di pos dekat gerbang tempat Tuan Han berjaga. Tapi begitu aku keluar, aku ada di sebuah tempat yang lain dari perkiraanku. Aku tidak bisa melihat kastil yang megah di depan mataku. Hanya ada pepohonan yang menghampar luas. Keadaan ruangan tempatku tersadar itu sekitar 5 meter dari permukaan tanah paling rendah. Aku pikir lokasi rumah tak berlampu ini ada di sebuah jalan menanjak keatas. Sebenarnya aku tidak tahu pasti karena keadaanku saat itu mungkin masih setengah sadar dan mataku belum bisa melihat dengan sempurna.

Setelah melihat keadaan diluar ruangan, aku masuk lagi ke ruangan yang super gelap itu. Aku mencoba meraba-raba tembok yang dibuat dari kayu itu dan mencari-cari sesuatu yang mungkin bisa berguna. Hingga aku menemukan sebuah jendela. Syukurlah, sebuah jendela. Kulihat keluar jendela dan langsung dibuat terkejut oleh kerlap-kerlip gedung bertingkat di jauh sana. Maksudnya ada kota tepat di depan mataku!? Tapi bagaimana bisa? Untuk pergi ke hutan sialan itu saja aku harus menempuh berkilo-kilometer. Aku tidak peduli lagi soal itu, aku harus segera pergi kesana untuk mencari pertolongan.

Hanya turun beberapa meter dari bukit, kemudian aku harus menempuh perjalanan yang cukup jauh jika harus berjalan kaki dengan keadaan seperti ini. Sambil sesekali mengecek ponselku untuk mendapat sinyal. Di tengah perjalanan aku sempat mendapatkannya. Bukannya menghubungi polisi atau bantuan lainnya, aku malah menghubungi kontak yang bernama 'Hwang Minhyun'. Hanya ia orang yang kupercaya. Sahabat yang sudah 20 tahun bersamaku, aku mungkin tidak bisa hidup tanpanya. Entah kenapa rasanya aku sudah gila. Masih di perjalanan sambil menghubungi Minhyun, aku rasa aku tidak sadarkan diri di tengah jalan. Mungkin aku kehabisan tenaga dan berujung pingsan.

Dan kini, di tempat inilah aku tersadar. Di apartemen milik Minhyun di Brussel. Aku tidak tahu sejak kapan ia datang ke Belgia. Tapi aku sangat bersyukur Minhyun ada di Brussel sehingga ia bisa menolongku. Karena kala itu hanya dia yang sempat kuhubungi. Jika aku tidak sadarkan diri sampai sekarang mungkin aku akan mati disana. Ini adalah sebuah pengalaman tergila yang pernah kualami. Kini aku masih memiliki trauma berat terhadap hutan tersebut. Aku masih dalam proses menenangkan diri disini. Sementara Minhyun sudah mencoba menghubungi polisi untuk menyelamatkan anak-anak serta Tuan Han dan Nyonya Han yang kutinggalkan di kastil. Aku pasti akan merasa sangat bersalah hal ini terjadi pada mereka.

. . .

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku masih berada di kamarku dan sedang berhadapan dengan sebuah buku catatan. Aku tulis analisis-analisis soal si pembunuh yang berkeliaran di hutan dan aku pikirkan rencana-rencana untuk menyelamatkan anak-anak jika sampai sekarang polisi masih belum bisa menyelamatkan mereka.

Hallerbos TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang