"Rasanya ingin ku masak ia di air mendidih."
"Jangan, jatuhkan saja ia dari puncak Namsan Tower."
"Baiklah, setelah itu kita baringkan di rel kereta."
"Lalu kumakan dagingnya, huh."
"Memangnya kau berani melakukan itu?"
"Tidak sih, hehe."
Woojin dan Samuel saling bersahut-sahutan dengan keadaan tangan dan kaki yang masih terikat. Masih memiliki perasaan kesal dan jengkel pada si pembunuh yang satu ini. Sudah sore tetapi masih belum berhasil lepas. Mungkin karena belum pernah menjadi korban penculikkan yang profesional. Jadi kapan hal mengerikan ini segera berakhir? Akankah berakhir bahagia atau mengenaskan?
"Kita masukkan ia kedalam sumur." obrolan yang semuanya jelas-jelas hanya wacana itu masih saja dilanjutkan. Entah efek kekurangan kerjaan atau memang benar-benar berniat melakukan hal kejam tersebut.
"Ya, lalu kita tutup sumurnya."
"Terlalu cepat, goblok. Kita masukkan kalajengking dan laba-laba beracun lebih dulu."
"Apanya yang dimasukkan, Sam?" Tuan Han datang bersamaan dengan suara dan langkahnya yang berat. Membuat keempat sanderanya hampir menelan ludah mereka.
"Hei, kau keparat!! Tai ledig!! Dimana Tuan Hwang!? Akan kutenggelamkan dia ke sumur!" masih dengan keadaan Samuel yang sedari tadi pagi tidak bisa santai.
"Kau sudah tidak waras ya, Sam?"
"Ya, dia sudah tidak waras, Tuan." jawab Woojin.
. . .
Keadaan ruang bawah tanah masih sama seperti tadi pagi. Sangat sunyi. Hanya ada satu jiwa beserta raganya yang tidak bisa keluar dari sel penjara yang sempit itu. Sesekali ia dijenguk oleh beberapa orang yang ingin melihat kondisinya. Sekarang adalah giliran Tuan Hwang yang akan melihat kondisi anak malang itu.
"Bagaimana kabarmu? Lapar tidak? Ingin makanan?" ujar Tuan Hwang.
Jihoon tak menjawab. Ia terdiam sambil menatap wajah Tuan Hwang dengan tatapan sengitnya. Ia sudah lelah berteriak meminta dibebaskan, toh, Tuan Hwang tidak akan mau melakukannya.
"Tuan, aku ingin bertanya, kenapa kau melakukan ini semua? Kau tidak memberitahu korbanmu tentang latar belakangnya. Korbanmu bahkan tidak tahu apa-apa. Apa ini masalah perusahaan atau masalah yang lain? Jawab aku, Tuan."
"Ohh.. Jihoonku, sayangku, cintaku, manisku, my sweety sweety honey, kau tidak bersalah sama sekali. Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku jadi sedih."
"Jawab aku, Tuan."
"Sudahlah, kau tidak perlu tahu."
"Sumpah, kau seperti eek yang ingin segera kusiram di wc. Oh, ya, dimana teman-temanku, tuan?"
"Teman? Siapa yang kau bilang teman? Woojin? Samuel? David? Kau bahkan baru mengenalnya dalam seminggu. Masih banyak hal yang belum kau tahu tentang mereka."
"Kau yang tidak tahu apa-apa, Tuan. Sekarang jawab pertanyaanku lagi, dimana mereka!?"
"Oke, tenanglah, mereka aman kok. Tidak ada satu pun yang terluka."
"Kau menangkap mereka? Tuan?"
"Ya, kau tahu, butuh perjuangan untuk menculik mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallerbos Terror
FanfictionMenderita insomnia dan harus bermalam di kastil tua, anak-anak dibawah umur ini justru terancam pembunuhan! Dapatkah mereka melarikan diri dari kastil yang terletak di tengah-tengah hutan Hallerbos ini?